Resiliensi Ekonomi Masyarakat terhadap Gempa Bumi dalam Mendukung Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto oleh kicknews.today

Resiliensi bencana merupakan kemampuan masyarakat yang terdampak bencana untuk memulihkan diri secara cepat dan efisien. Penilaian resiliensi terhadap wilayah bencana penting dilakukan untuk mengetahui kondisi resiliensi dan sebagai dasar dalam merumuskan arahan adaptasi peningkatan resiliensi (Ciptaningrum & Pamungkas, 2017) dan harus mendapat perhatian serius karena dapat berdampak pada pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals -SDG’s). Resiliensi ekonomi mengacu pada tindakan yang dilakukan setelah bencana daripada sebelum bencana, sebab berfokus pada pengurangan gangguan penyaluran barang dan jasa serta kerusakan properti yang dialami wilayah terdampak gempa (Xie et al., 2018).

Provinsi Maluku Utara termasuk wilayah yang memiliki tingkat kerawanan terhadap gempa bumi yang cukup tinggi di Indonesia, sebab menjadi titik persinggungan tiga lempeng besar yang melintasi wilayah Indonesia. Gempa bumi menjadi salah satu ancaman alam yang paling utama di Maluku Utara karena selain berpotensi menimbulkan korban jiwa yang tidak sedikit juga berdampak signifikan pada perekenomian masyarakat lokal dan kesejahteraan (Aldo & Pratama, 2019).

Kecamatan Jailolo merupakan salah satu wilayah di Kabupaten Halmahera Barat, Provinsi Maluku Utara yang memiliki risiko gempa bumi cukup tinggi. Gempa bumi kecil sering terjadi di Kecamatan Jailolo dan meningkat mulai November 2015. Karakteristik gempa bumi yang dirasakan sama dengan karakteristik gempa bumi swarm yang diartikan sebagai kenaikan jumlah gempa bumi dalam rentang waktu tertentu tanpa ada gempa bumi besar dan umumnya terjadi di daerah vulkanik, daerah patahan atau daerah konsentrasi stress. Hingga Desember 2015, sistem analisis gempa bumi BMKG Pusat, Jakarta telah mencatat terjadinya 96 gempa bumi dengan magnitude terbesar 4,8 MMI dan dilaporkan 33 gempa bumi yang dirasakan (Putri et al., 2016). Wilayah dengan risiko gempa bumi yang cukup tinggi inilah masyarakat dituntut mempunyai kapasitas resiliensi yang baik.

Tujuan dilakukan penelitian untuk menilai resiliensi ekonomi masyarakat terhadap gempa bumi di Kecamatan Jailolo. Populasi yang menjadi sasaran adalah seluruh desa di Kecamatan Jailolo yang berjumlah 34 desa yang kemudian dipilih 5 desa sebagai sampel secara acak yaitu Desa Tedeng, Payo, Saria, Matui dan Buku Maadu. Variabel yang dinilai dalam resiliensi ekonomi adalah kepemilikan rumah, pekerjaan, sumber pendapatan ganda dan pendapatan. Setiap indikator memiliki cut of point yang mengacu pada penelitian Ainuddin dan Routray (2012) yang diperoleh berdasarkan hasil survei di beberapa negara Asia. Kepemilikan rumah dikategorikan baik apabila lebih besar dari cut of point 60%, pekerjaan dikategorikan baik apabila lebih besar dari cut of point 50%, sumber pendapatan ganda dikategorikan baik apabila hasil lebih besar dari cut of point 50% dan pendapatan dikategorikan baik apabila hasil lebih besar dari cut of point 90%. Analisis dilakukan dengan menghitung proporsi masing-masing indikator, menghitung nilai Resilience Factor Index (RFI) kemudian dibandingkan dengan kategori resiliensi yang telah diperoleh.

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa resiliensi ekonomi masyarakat di Kecamatan Jailolo berada pada kategori sedang (RFI 0,86) yang berarti masyarakat memiliki kemampuan resiliensi cukup baik. Resilience Factor Index tertinggi adalah kepemilikan rumah (1,67). Masyarakat yang tinggal di 5 desa memiliki rumah sendiri, hal ini yang membuat nilai RFI tinggi. Resilience Factor Index terendah adalah pendapatan (0,10). Hal ini dikarenakan mayoritas pekerjaan masyarakat setempat adalah petani kelapa (kopra) yang melakukan panen setiap 3 bulan sekali dengan hasil yang didapatkan ≤Rp. 1.000.000. Desa yang memiliki pekerjaan kategori tinggi adalah Buku Maadu dengan nilai RFI 1,52. Sumber pendapatan ganda tinggi berada di desa Tedeng dengan nilai RFI 1,23. Pendapatan dengan kategori tinggi berada di Desa Buku Maadu dengan nilai RFI 0,41.

Ditulis oleh: Febriyanti, Hidajah, A. C

Lebih lanjut dapat diakses melalui: https://e-journal.unair.ac.id/JBE/article/view/22681

Febriyanti. Martini S, Hidajah A.C & Dwirahmadi F (2021). COMMUNITY ECONOMIC RESILIENCE TO EARTHQUAKE IN JAILOLO SUB-DISTRICT, NORTH MALUKU PROVINCE, 2019

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp