Aset Tidak Berwujud, Komite Manajemen Risiko, dan Biaya Audit

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto oleh Lawyers Weekly

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara asset tidak berwujud, komite manajemen risiko (RMC), dan biaya audit. Hubungan antara aset tidak berwujud dengan biaya audit yang diteliti oleh Visvanathan (2017) menemukan hubungan yang signifikan antara aset tidak berwujud dengan biaya audit. Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Datta, Jha, dan Kulchania (2019) juga menunjukkan hubungan positif antara perusahaan dengan aset tidak berwujud yang besar dan biaya audit yang tinggi, dan kedua penelitian tersebut dilakukan di Amerika Serikat. RMC yang berdiri sendiri akan menjalankan perannya secara independen dengan komite audit dan karenanya, dapat bekerja lebih efektif untuk mengawasi manajemen risiko. RMC memiliki peran sebagai mekanisme tata kelola untuk mengendalikan risiko perusahaan dan mengkomunikasikan risiko tersebut secara memadai kepada berbagai pemangku kepentingan (Buckby, Gallery, & Ma, 2015; Nahar, Jubb, & Azim, 2016. Menurut Hines et al. (2015), terdapat terdapat hubungan positif antara dewan komite manajemen risiko dengan biaya audit, namun memiliki keterbatasan yaitu hanya memiliki data di database Morningstar. Hasil yang sama juga ditemukan pada penelitian Larasati, Ratri, Nasih, dan Harymawan. (2019) bahwa komite manajemen risiko sebagai bentuk respons risiko terhadap tugas pemantauan risiko dan menghasilkan jaminan laporan keuangan yang memadai memerlukan layanan audit yang komprehensif dan menyebabkan biaya audit meningkat. Badertscher et al. (2014) menunjukkan hubungan yang positif antara RMC dan biaya audit karena penilaian auditor atas risiko bawaan dan risiko pengendalian.

Dari beberapa penelitian di atas, terdapat kesenjangan antar penelitian karena banyak faktor yang mempengaruhi biaya audit, misalnya jumlah aset tidak berwujud yang dimiliki perusahaan karena memperbesar upaya audit dan keberadaan komite manajemen risiko akan mencoba untuk mengurangi salah saji dan kecurangan, akan dianggap dapat menambah layanan audit yang lebih komprehensif dan meningkatkan biaya audit yang kemudian menjadi dasar penelitian ini. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris apakah aset tidak berwujud mempengaruhi biaya audit, kemudian objektivitas kedua untuk mendapatkan bukti empiris apakah komite manajemen risiko mempengaruhi aset tidak berwujud dan biaya audit.

Metode dan Hasil Penelitian

Saya dan Aditya Aji Prabhawa menggunakan software STATA 14 kemudian menggunakan uji analisis statistik deskriptif, korelasi pearson, dan regresi linier berganda sebagai teknik analisis, yang bertujuan untuk menguji pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dan pengaruh variabel moderasi. Penelitian ini menggunakan populasi seluruh perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2018, diperoleh sampel akhir sebanyak 656 observasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa auditor mengenakan biaya yang lebih tinggi untuk perusahaan dengan proporsi aset tidak berwujud yang lebih tinggi di neraca untuk sampel perusahaan yang terdaftar di Indonesia. Ini terjadi karena beberapa kemungkinan alasan. Auditor memandang aset tidak berwujud untuk perusahaan tersebut lebih berisiko, seperti proses penilaian lebih rumit untuk tidak berwujud karena ada subjektivitas yang signifikan dan beberapa asumsi, goodwill harus dinilai untuk kemungkinan penurunan nilai setiap periode akuntansi, dan faktor lain karena peningkatan dalam risiko litigasi, waktu, dan upaya auditor dalam menghitung nilai aset. Biaya audit juga lebih tinggi ketika perusahaan memiliki komite manajemen risiko. Pembentukan RMC di perusahaan memberikan pembagian tugas yang lebih baik dan memungkinkan mereka untuk fokus pada pekerjaan mereka, karena tugas utama RMC adalah menemukan risiko dan merekomendasikan cara untuk mengatasinya.

Kami membuat beberapa kontribusi untuk literatur. Pertama, kami menjelaskan masalah apakah objek tidak berwujud telah membuat laporan keuangan lebih sulit untuk dihitung karena memiliki banyak risiko salah saji, yang akan meningkatkan biaya auditor dan kedua, temuan ini menunjukkan bahwa RMC yang berdiri sendiri pada perusahaan publik dapat meningkatkan biaya audit yang dibebankan oleh auditor. Bagi praktisi, aset tidak berwujud pada perusahaan membuat lebih sulit untuk mengevaluasi aset, dan temuan ini menunjukkan bahwa RMC akan meningkatkan biaya audit karena RMC menuntut kualitas hasil audit yang lebih tinggi. Selain itu, memiliki RMC dapat memperkuat hubungan antara aset tidak berwujud dan biaya audit, karena independensi mereka dipandang sebagai atribut penting untuk meningkatkan tanggung jawab mereka. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan informasi bagi perkembangan ilmu akuntansi, auditor, dan profesional akuntan untuk menentukan hal-hal yang dapat mempengaruhi biaya audit dan sebagai bahan acuan dalam penelitian selanjutnya.

Penulis: Prof. Dr. Mohammad Nasih, SE., MT., Ak.

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:

https://www.tandfonline.com/doi/pdf/10.1080/23322039.2021.1956140

Prabhawa, A. A., & Nasih, M. (2021). Intangible assets, risk management committee, and audit fee. Cogent Economics & Finance9(1), 1956140.

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp