Durasi Penggunaan Layar Gadget Berperan Penting dalam Terjadinya Mata Kering Terkait Computer Vision Syndrome di Kalangan Generasi Muda

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto oleh gadgetplus.co.id

Penggunaan gadget baik berupa handphone, laptop, tablet, komputer serta perangkat elektronik lainnya semakin luas di kalangan masyarakat. Alat-alat elektronik tersebut digunakan untuk e-mail, media sosial, alat pembelajaran, atau hiburan. Perluasan cakupan internet membuat aktivitas tersebut menjadi mudah, menyenangkan dan berlangsung waktu lama. Dalam bidang akademik, gadget digunakan sebagai sarana pembelajaran. Siswa juga memanfaatkan gadget untuk aktivitas akademik dan non akademik.

Efek negatif paparan sinar High Energy Visible (HEV) oleh gadget adalah gangguan penglihatan yaitu computer vision syndrome (CVS).  Gejala CVS meliputi mata kering, kabur, perih, merah, gatal atau juga sakit kepala, leher kaku, dan bahu sakit. Mata kering merupakan gejala terbanyak CVS. Dalam rerata usia SMA 16 tahun produksi lapisan air mata (LAM) normal. Faktor lingkungan menyebabkan mata kering pada usia muda termasuk lama waktu penggunaan gadget. Mata kering yang terabaikan menyebakan luka kornea (erosi kornea) yang berdampak pada aktivitas membaca dan menggunakan komputer yang menurunkan prestasi akademik siswa.

Studi yang meneliti hubungan antara faktor lama waktu beraktivitas di depan gadget (jam/hari) dan riwayat penggunaan gadget (tahun) yang dihubungkan dengan kejadian mata kering bermanfaat untuk mengetahui faktor yang berpengaruh pada kesehatan mata terkait CVS. Siswa peserta studi diminta mengisi kuesioner, diwawancarai dan dilakukan pemeriksaan tear break up time test (TBUT) untuk penegakkan diagnosa mata kering. Mata kering apabila nilai TBUT <10 detik. Sebanyak 94 orang siswa SMA dari dua sekolah menengah negeri dan swasta ikut dalam penelitian ini. Besaran jam/hari dan tahun penggunaan gadget menentukan siswa tersebut dalam kategori paparan ringan, sedang atau berat.

Sebanyak 82 siswa mengalami mata kering. Sekitar 11 siswa dari paparan ringan, 18 siswa dari paparan sedang dan 53 siswa dari paparan berat menunjukkan mata kering. Paparan HEV berat menyebabkan diagnosis mata kering tertinggi di kalangan siswa (53 siswa). Semua siswa SMA dalam penelitian ini adalah generasi yang lahir dalam jaman dimana perkembangan teknologi internet dan gadget berkembang pesat. Kurikulum pendidikan mereka dirancang untuk menggunakan lebih banyak gadget bagi sebagian besar kebutuhan akademik siswa. Sebagai generasi millenium, mereka sudah dikenalkan dengan gadget sejak usia dini sehingga wajar jika mereka memiliki riwayat penggunaan gadget yang panjang (tahun) dan waktu penggunaan gadget dalam jam/hari yang lebih lama. Kemajuan game modern, aktivitas media sosial, berbagai aplikasi messenger atau hal lainnya semakin menambah waktu penggunaan gadget dan juga paparan HEV. Hal itu semua juga didukung dengan kemudahan akses internet hingga ke pelosok negeri. Menariknya, dalam studi ini tidak ada perbedaan antara paparan HEV ringan, sedang dan berat dengan kejadian mata kering pada siswa. Penggunaan harian 1-4 jam/hari dapat menyebabkan mata kering. Sebuah penelitian menyebutkan bahwa batas penggunaan gadget adalah 2 jam/hari.

Namun, dalam situasi pandemi Covid-19 saat ini yang mengharuskan hampir semua aktivitas dilakukan secara online, patut diduga ada potensi peningkatan penderita CVS di segala usia. Oleh karena itu, batasan 2 jam per hari menggunakan gadget menjadi tidak relevan karena kebutuhan belajar atau lainnya. Beberapa strategi pencegahan telah direkomendasikan seperti “20-20-20 rule” oleh American Academy of Ophthalmology (AAO) dan American Optometrist Association (AOA). Dengan aturan ini, setiap 20 menit di depan gadget, diharapkan memejamkan mata selama 20 detik atau melihat jauh sekitar 20 kaki (6 meter). Selain itu, latihan berkedip, postur ergonomis yang baik, penyesuaian pencahayaan, dan over the counter (OTC) tetes air mata buatan juga dapat diberikan. Namun, jika gejala CVS menetap dan atau terjadi gangguan berat pada aktivitas sehari-hari setelah mengikuti strategi yang disebutkan sebelumnya, maka kunjungan ke dokter spesialis mata sangat diperlukan.

Penulis: Rozalina Loebis

Link artikel: https://www.degruyter.com/document/doi/10.1515/jbcpp-2020-0478/html

Judul artikel: Correlation between the exposure time to mobile devices and the prevalence of evaporative dry eyes as one of the symptoms of computer vision syndrome among Senior High School students in East Java, Indonesia

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp