Diet Ketogenik Mempengaruhi Fungsi Ginjal dengan Meningkatkan Kadar Kreatinin Serum Mencit

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto oleh Andrew Weil

Diet ketogenik adalah diet rendah karbohidrat, tinggi lemak, dengan rasio protein sedang hingga sedikit meningkat. Penurunan berat badan adalah salah satu efek yang dicari dari diet ketogenik ini, sehingga banyak digunakan untuk terapi non-farmakologis obesitas, selain itu juga digunakan untuk terapi epilepsi, maupun penyakit neurodegeneratif. Gangguan pada fungsi ginjal dapat diukur dengan menggunakan beberapa biomarker seperti kreatinin serum, urea serum, cystatin c, albumin urin, dan lain-lain. Kreatinin serum merupakan biomarker yang sering digunakan karena dapat mendeteksi kelainan pada glomerulus maupun tubulus ginjal, mudah didapatkan, murah, serta dikenal sejak lama sebagai gold standard pemeriksaan fungsi ginjal. Peningkatan kadar kreatinin serum merupakan tanda adanya gangguan fungsi ginjal. Beberapa penelitian menggunakan diet ketogenik menunjukkan hasil yang berbeda, mulai dari peningkatan kadar kreatinin serum yang tidak signifikan, hingga peningkatan yang signifikan pada komposisi diet ketogenik dan jangka waktu tertentu.

Konsumsi makanan tinggi lemak dan rendah karbohidrat dapat merangsang hormone glukagon sehingga terjadi proses ketogenesis (pembentukan badan keton) yang dimulai dengan lipolisis cadangan lemak, lalu terjadi pemecahan glikogen dalam hati. Hasil akhir dari proses ini adalah badan keton sebagai sumber energi. Proses ketogenesis ini meningkatkan kadar badan keton di dalam darah maupun urine, kondisi ini disebut ketosis. Konsep terjadinya proses ketosis pada penggunaan diet ketogenik dipercaya dapat menimbulkan efek antiinflamasi. Antiinflamasi inilah yang dipercaya sebagai terapi penyakit metabolik maupun gangguan pada sistem saraf. Namun, penggunaan diet ketogenik jangka panjang dapat menimbulkan penumpukan lemak pada ginjal sehingga memicu terjadinya proses inflamasi. Proses inflamasi tersebut dapat menimbulkan retraksi glomerulus. Sehingga, fungsi ginjal sebagai tempat ekskresi sisa metabolisme melalui urine dan pusat homeostasis dalam tubuh akan terganggu. Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa manfaat yang diharapkan dari diet ketogenik masih kontradiktif dengan efek samping yang akan ditimbulkan.

Penelitian ini menggunakan 18 ekor mencit (Mus musculus) jantan, berusia 2-3 bulan, dengan berat 20-30 gram. Seluruh mencit diaklimatisasi selama 7 hari dengan pakan standar, selanjutnya dibagi menjadi 2 kelompok secara random. Kelompok kontrol (K1) diberi pakan standar dan kelompok perlakuan (K2) diberi pakan diet ketogenik dengan komposisi 60% lemak, 30% protein, dan 10% serat selama 8 minggu. Pengukuran berat badan dilakukan sebelum perlakuan dan setelah perlakuan (24 jam setelah pemberian makan terakhir). Pengambilan darah untuk pengukuran kadar kreatinin serum dilakukan melalui pungsi pembuluh darah jantung pada 24 jam setelah pemberian makan terakhir.

Data berat badan dan kadar kreatinin serum dikumpulkan dan dilakukan analisis statistika. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan berat badan yang lebih rendah pada kelompok diet ketogenik (p<0,05) dan peningkatan kadar kreatinin serum pada kelompok diet ketogenik (p<0,05). Peningkatan kadar kreatinin serum dapat terjadi karena pemberian diet tinggi lemak dalam waktu yang lama menimbulkan peningkatan lipolisis sehingga menyebabkan peningkatan asam lemak bebas dalam sirkulasi dan penumpukan lemak pada organ viseral dan sumsum tulang. Penumpukan lemak akan mengganggu struktur dan fungsi nefron. Hal ini juga dapat memicu terjadinya inflamasi di ginjal maupun sistemik, yang akan memicu produksi hormon dan molekul vasoaktif. Hal tersebut dapat menimbulkan retraksi glomerulus karena terjadi konstriksi sel mesangial glomerulus, sehingga menurunkan laju filtrasi glomerulus. Kondisi ketosis juga memberikan stimulus di sentral maupun perifer yang menimbulkan efek penurunan nafsu makan.  Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa diet ketogenik meningkatkan kadar kreatinin serum dan menurunkan peningkatan berat badan pada mencit.

Penulis: Dr. Purwo Sri Rejeki, dr., M.Kes & Alif Lutvyani

Informasi detail bisa didapatkan pada hasil riset kami di link:  http://jonuns.com/index.php/journal/article/view/517

Alif Lutvyani; Artaria Tjempakasari: Purwo Sri Rejeki, Long-Term Ketogenic Diet Alters Kidney Function Through Increasing Serum Creatinine Levels in Mice. Journal of Hunan University Natural Sciences. Feb2021, Vol. 48 No 2,p113-120. 8p.

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp