Peningkatan prevalensi obesitas sudah makin meningkat, baik di negara maju maupun negara berkembang. Di Indonesia prevalensi obesitas terus meningkat setiap tahunnya. Hasil analisis Riset Kesehatan Dasar (2018) memperlihatkan angka prevalensi obesitas (IMT >27) sebesar 10,5% (13,9% laki-laki dan 14,8% perempuan) pada tahun 2007, 14,8% (19,7% laki laki dan 32,9% perempuan) pada tahun 2013 dan 21,8% pada tahun 2018. Obesitas merupakan kondisi akumulasi lemak tubuh yang abnormal atau berlebihan yang menimbulkan risiko bagi kesehatan dan dapat menjadi faktor timbulnya masalah penyakit degeneratif. Obesitas kerap dikaitkan sebagai penyakit multifaktor akibat dari gaya hidup, pola makan yang tidak sehat dan kurangnya aktivitas fisik. Kurangnya aktivitas fisik berdampak pada kelebihan berat badan dan kelebihan energi yang disimpan pada jaringan adiposa, baik yang terletak di organ dalam atau visceral maupun yang di bawah kulit/ subkutan. Peningkatan jaringan adiposa visceral yang abnormal tinggi dikenal dengan obesitas visceral dan dapat meningkatkan resiko lebih tinggi terhadap penyakit degeneratif, maka hal tersebut perlu diantisipasi dan diobati baik secara farmakologis maupun non-farmakologis.
Latihan fisik merupakan pendekatan non-farmakologis yang sering dikaitkan dengan penggunaan energi lebih besar dan dapat mengurangi penumpukan lemak tubuh. Dosis latihan yang tepat harus memperhatikan beberapa aspek yang salah satunya yaitu intensitas. Intensitas latihan merupakan dosis latihan yang diberikan dengan ukuran berat ringan beban dalam sebuah sesi latihan. Intensitas latihan dapat dibagi menjadi 3, yaitu intensitas ringan, sedang, dan berat. Latihan fisik yang dilakukan dengan dosis yang tepat dapat menurunkan persentase penumpukan lemak dalam tubuh baik pada visceral maupun subkutan. Guna mengetahui variasi intensitas latihan yang efektif dalam menurunkan persentase penumpukan lemak visceral dan subkutan dalam tubuh, dapat dicerminkan melalui pengukuran berat lemak perigonadal fat (pgF) yang mewakili lemak visceral, dan inguinal fat (ingF) yang mewakili lemak subkutan. Sebuah penelitian laboratorium dilakukan dengan menggunakan sampel hewan coba mencit betina dengan berat badan 15-20 gram dan usia 8 minggu. Sampel dibagi menjadi 4 kelompok yaitu kelompok control (C), kelompok olahraga intensitas ringan (G1), kelompok olahraga intensitas sedang (G2), dan kelompok olahraga intensitas berat (G3). Latihan fisik atau olahraga yang diberikan berupa renang dengan memberikan beban berupa klip kertas pada pangkal ekor yang diikatkan oleh sehelai tali. Berat klip sebagai beban berdasarkan intensitas olahraga yang dilakukan dengan pemberian berat beban pada G1 sebanyak 3% dari berat badan, G2 sebanyak 6% dari berat badan, dan G3 sebanyak 9% dari berat badan. Durasi perlakuan adalah 4 pekan. Pemberian intervensi renang dilakukan dengan frekuensi 3x/pekan dan durasi peningkatan secara progresif hingga mencapai 15 menit. Berat badan mencit ditimbang setiap minggu guna sebagai patokan pemberian beban klip selama latihan renang.
Hasil dari penelitian pada hewan cob ini menunjukkan hasil rata-rata berat badan masing-masing kelompok antara sebelum dan sesudah intervensi latihan tidak mengalami perbedaan yang bermakna. Namun, dilihat dari jumlah rata-rata berat badan setelah intervensi kelompok olahraga intensitas berat memiliki nilai yang paling rendah dibandingkan kelompok lainnya. Hasil lain menunjukkan berat lemak visceral (pgF) paling rendah didapatkan pada G3 disusul G2, G1, dan C, namun tidak terdapat perbedaan yang bermakna. Sedangkan berat lemak subkutan (ingF) menunjukkan perbedaan yang bermakna antar kelompok, dengan nilai G3 paling rendah diikuti G2, G1, dan C. Kesimpulan menunjukkan bahwa variasi intensitas latihan yang dilakukan selama 4 pekan dapat menurunkan berat lemak terutama lemak subkutan (ingF). Sedangkan lemak visceral, ada kecenderungan mulai terjadi penurunanmeski belum bermakna, yang dapat disebabkan antara lain durasi kurang lama. Namun demikian, nampak dari hasil tersebut, pada kelompok yang olahraga, menunjukkan hasil yang lebih baik dari pada yang tidak berolahtaga. Diantara kelompok yang berolahraga, kelompok yang melakukan olahraga intensitas sedang, menunjukkan hasil yang paling optimal disbanding kelompok olahraga dengan intensitas yang lain. Memang kelompok intensitas berat mempunyai penurunan lemak visceral yang paling besar, namun, penurunan lemak subkutannya pun juga paling besar. Sedangkan lemak subkutan dengan persentasi yang tepat, dibutuhkan untuk kondisi udara dingin dan sebagai ‘bantalan’ atau pelindung tulang.
Penulis: Ahmad Rukhani Lutfi, S. Or., M.Kes; Dr. Lilik Herawati, dr., M.Kes
Informasi detail mengenai research artikel ini dapat dilihat pada tulisan kami di:
https://e-journal.unair.ac.id/FMI/article/view/18497
Lutfi, A. R., Liben, P. and Herawati, L. (2021) ‘Four Weeks Exercise in Vary Intensities Reduce More Inguinal Fat Than Perigonadal Fat in Mice’, Folia Medica Indonesiana. doi: 10.20473/fmi.v57i2.18497.