Dirjen Dikti Tekankan Semangat Panjat Pinang Antar Perguruan Tinggi dalam Berinovasi

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Dirjen Dikti Prof. Ir. Nizam, M.Sc., Ph.D., saat menyampaikan paparan. (Foto: SS Zoom)

UNAIR NEWS Dalam rangka peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (HARTEKNAS) tahun 2021, Universitas Airlangga menggelar webinar pada Senin (02/08). Mengangkat tema “Inovasi, Optimisme dan Transformasi Layanan Kesehatan dan Mitigasi di Masa Pandemi” webinar tersebut dihadiri oleh Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud-Ristek) Republik Indonesia, Prof. Ir. Nizam, M.Sc., Ph.D. yang menjadi keynote speaker.

Mengawali pemaparanya, Prof. Nizam mengungkapkan bahwa digabungkannya kembali Kemendikbud-Ristek bertujuan untuk mengintegrasikan kembali fungsi penelitian dan pengabdian masyarakat dalam lingkup pendidikan tinggi. Dimana setiap penelitian yang dilakukan, harus bertujuan untuk menciptakan ilmu pengetahuan dan teknologi baru bagi masyarakat sekaligus membentuk calon peneliti masa depan.

“Karena Tri Dharma Perguruan Tinggi merupakan satu kesatuan yang terintegratif, maka penelitian dan inovasi yang dilakukan harus bernafaskan pada pendidikan untuk menyiapkan calon peneliti masa depan disamping menciptakan teknologi baru yang bermanfaat bagi masyarakat,” ujarnya.

Dia melanjutkan, pendidikan tinggi harus mampu menghilirkan risetnya kepada ruang interaksi dengan masyarakat. Untuk itu, budaya kolaboratif mulai antar program studi, fakultas hingga universitas dalam berinovasi harus ditekankan guna menciptakan inovasi yang tepat guna.

“Saya sangat bangga sekali kemarin UNAIR – ITS berhasil menciptakan RAISA (Robot Medical Asistant ITS-UNAIR), lalu ada GeNose C19 dari UGM, kemudian perihal Vaksin Merah-Putih dari UNAIR yang kini menjadi yang terdepan,” ungkap dia.

Hal inilah, sambungnya, yang ingin Dirjen Dikti dorong dimana karya intelektual tidak hanya berhenti dalam ruang publikasi, melainkan betul-betul dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Untuk itu, lanjutnya, tentunya sangat diperlukan kolaborasi dengan mitra industri maupun masyarakat.

“Tentunya kita sangat prihatin, Indonesia yang kaya akan sumber mineral, fitofarmaka dan sumberdaya alam harus mengimpor hampir 90% dari alat kesehatan, obat-obatan, ini merupakan tugas besar bagi perguruan tinggi untuk setidaknya mengurangi ketergantungan impor kita,” ungkap Prof. Nizam.

Prof Nizam mengungkapkan, tanpa adanya kolaborasi, maka perguruan tinggi hanya akan menjadi silo-silo sempit dengan semangat kepiting. Dalam artian satu kampus dengan yang lain saling berkompetitif, dan bahkan saling menjatuhkan.

“Tentu bukan ekosistem yang seperti itu yang harusnya terjadi antar perguruan tinggi,” tandasnya.

Dirinya berharap, perguruan tinggi harus memiliki semangat panjat pinang. dimana semua saling bantu, kalau bisa saling berkorban untuk mewujudkan keberhasilan adanya pendidikan tinggi yakni kemajuan bangsa Indonesia.

“Ada yang rela terinjak-injak, ada yang rela dinaiki, semata-mata untuk mencapai hadiah yang ada di puncak, yakni kemajuan Indonesia,” pungkasnya.

Penulis: Ivan Syahrial Abidin

Editor: Nuri Hermawan

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp