Tantangan Menkes untuk UNAIR

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

Ada yang menarik ketika saya mengikuti acara daring GEBRAK COVID-19 yang diselenggarakan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK UNAIR) tanggal 30 Juli 2021 lalu tentang penyerahan rekomendasi 56 Guru Besar FK UNAIR baik yang aktif maupun yang purna untuk pemerintah pusat maupun propinsi tentang bagaimana menghadapi pandemi Covid-19 secara komprehensiv dari hulu sampai hilir permasalahan. Acara yang dibuka Wakil Rektor UNAIR bidang Internasionalisasi, Digitalisasi dan Informasi dr. Muhammad Miftahussurur, M.Kes., Sp.PD-KGEH., Ph.D (mewakili Rektor UNAIR) dan dihadiri lebih dari 600 orang itu membicarakan hal-hal yang sangat strategis menghadapi persoalan pandemi Covid-19 yang ‘unpredictable’ dan penuh ‘uncertainty’ ini.

Hal-hal yang menarik itu, pertama, masukan-masukan para Guru Besar yang bertugas baik di FK-UNAIR, RS. Dr.Sutomo maupun di RSUA adalah masukan yang sangat strategis  mendapatkan apresiasi dari pejabat tinggi negara yang hadir yaitu Menteri Koordinasi Bidang Perekonomian sekaligus Ketua Komite penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional, Bapak Airlangga Hartarto, Menteri Kesehatan Bapak Budi Gunadi dan Gubernur Jawa Timur yang sekaligus Ketua IKAUA Neng Khofifah Indarparawangsa. Kedua adalah permintaan yang serius (saya sebut sebagai tantangan) dari Menkes kepada Universitas Airlangga untuk membantu pemerintah dalam menghadapi Covid-19. Bapak Menkes meminta agar masukan-masukan UNAIR tidak hanya bersifat ilmiah tapi juga applicable atau dapat dilaksanakan di masyarakat. Gubernur Jawa Timur pun menyatakan terima kasihnya atas rekomendasi tersebut karena menjadikan penyemangat bagi Pemerintah Propinsi Jawa Timur dalam berjibaku melawan pandemi.

Bapak Menkes meminta UNAIR untuk membantu pemerintah dalam sektor kesehatan ini di keempat pilar penting dalam menghadapi pandemi. Pilar yang dimaksud pertama adalah diagnostik yang menyangkut upaya 3 T yaitu tes (testing), telusur (tracing) dan isolasi atau tindak lanjut (treatment). Bapak Menkes mengakui dengan jujur bahwa UNAIR di pilar pertama ini memiliki keunggulan terutama dari Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan, untuk mampu mengidentifikasi siapa yang terinfeksi dan mengurangi penyebaran virus Corona.

Pilar kedua adalah pengobatan atau terapeutik. Menurut Budi, ini berarti bagaimana penanganan bagi mereka yang jatuh sakit. Di pilar kedua ini, Bapak Menkes yakin bahwa UNAIR dengan dokter-dokternya yang profesional sudah sangat terbukti kiprahnya. Pilar ketiga adalah vaksinasi dimana UNAIR juga aktif berpartisiasi bahkan berinisiasi membuat vaksin Merah Putih. Pilar keempat yang tidak kalah penting adalah bagaimana memperkuat sistem kesehatan masyarakat. Budi mengatakan, di sini termasuk memperkuat puskesmas untuk melakukan edukasi masyarakat terkait protokol kesehatan.

Khusus pilar keempat ini, Menkes menjelaskan temuan beliau ketika meninjau Kabupaten Bangkalan Madura pada saat ramai-ramainya berita Covid-19 menyebar di kabupaten ini. Menkes menemukan kenyataan tentang masih banyaknya masyarakat yang tidak memahami persoalan Covid-19, dan ini menurut beliau memerlukan pendekatan non-medis. Menkes yakin bahwa kekuatan UNAIR tidak hanya di bidang kedokteran tapi juga di ilmu-ilmu sosial yang sangat diperlukan untuk melakukan integrated – comprehensive approach dari berbagai bidang ilmu sosial dalam menangani pandemi.

Di negara-negara Afrika atau negara lainnya, untuk menangani trauma masyarakat akibat perang atau konflik berdasarkan etnik, banyak negara membantu pemulihan negara yang menderita akibat perang dengan menurunkan para ahli psikologi untuk mendampingi masyarakat yang trauma tersebut. Dalam hal ini para ahli di bidang sosiologi dapat memetakan sikap masyarakat, para ekonom juga melakukan pemberdayaan ekonomi masyaraakat, dan sebagainya. Pendeknya, penanganan masalah yang serius seperti pandemi Covid-19 di dunia harus dilakukan oleh seluruh disiplin keilmuan, tidak melulu disiplin ilmu kedokteran.

Mengingat UNAIR memiliki berbagai potensi hebat di berbagai disiplin ilmu, maka UNAIR harus berani menjawab ‘tantangan’ Bapak Menteri Kesehatan itu dengan lantang mengatakan ‘We Accept Your Challenge’ atau ‘Kami Terima Tantangan Bapak’. Jendral George Patton seorang pahlawan perang dunia II Amerika Serikat pernah mengatakan: “Terimalah Tantangan-Tantangan Agar Kamu Bisa Merasakan Kebahagiaan Suatu Kemenangan” – yang dimaksud kemenangan dalam hal ini tentu adalah kesuksesan UNAIR untuk berdarma bhakti suci, berjasa mulia – kepada bangsa seperti tersurat dalam Hymne Airlangga yang sering dinyanyikan seluruh Ksatria Airlangga. (*)

Berita Terkait

Ahmad Cholis Hamzah

Ahmad Cholis Hamzah

Contributor of Media UNAIR, Alumni of Faculty of Economics Airlangga University’73 and University of London, UK.