Kebesaran Jiwa Ksatria Airlangga

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

Dua kata – Ksatria Airlangga selalu disebut bilamana menyebut civitas akademika Universitas Airlangga termasuk para alumninya. Kata ini sudah “deep rooted” atau sangat mengakar di dada para civitas akademika karena kata itu juga terpatri di liriknya Hymne Airlangga yang selalu dinyanyikan diberbagai event dan selalu membuat bulu kuduk merinding tanda “nasionalisme” atau kecintaan terhadap almamater yang tinggi.

Ksatria dalam bahasa Inggris nya adalah Knight, dan menurut berbagai pengertian Knight itu bisa berarti ksatria pada jaman pertengahan dahulu kala yang mengabdi kepada raja dengan menunggang kuda dan memakai baju besi bila berperang; Menurut Cambridge English Dictionary: “ (in the past) a man of high social position trained to fight on a horse”, contoh dalam kalimat “knights in black armour”; atau dalam tradisi Inggris – seorang Ksatria itu adalah seseorang yang dianugerahi gelar “Sir” oleh raja/ratu Inggris karena jasa-jasanya yang gemilang dalam mengabdi kepada kerajaan/negara.

Ada teori yang menyatakan bahwa agama Hindu yang datang ke Indonesia dibawa oleh para bangsawan dan pemimpin kerajaan dari kasta Ksatria. Ini disebut Teori Ksatria. Teori ini menjelaskan bahwa para Ksatria berperan dalam pendirian kerajaan-kerajaan di Indonesia. Kasta Ksatria adalah salah satu kasta yang ada di dalam sistem sosial agama Hindu, yang terdiri dari para raja, para prajurit, dan bangsawan. Beberapa orang yang berasal dari kasta Brahmana umumnya menyelenggarakan pemerintahan dan juga memimpin kerajaan. Selain itu mereka juga sering memimpin peperangan.

Lalu ada kata “Jiwa Ksatria” yang banyak diartikan sebagai jiwa yang teguh serta berani membela kebenaran dan melawan segala bentuk kejahatan. Jiwa Ksatria itu juga disebutkan sebagai sikap berjiwa besar mengakui kelemahan dan kekalahan dalam suatu pertandingan. Jiwa Ksatria juga bermakna sikap yang mengalah karena lebih mengutamakan kepentingan yang lebih luas dibandingkan kepentingan diri sendiri. Pendek kata Ksatria dihubungan dengan sifat-sifat yang agung seperti kebesaran jiwa, berani berkorban, bijakasana, mementingkan kepentingan yang lebih luas dsb.

Tentunya didalam kata Ksatria Airlangga juga mengandung makna – makna yang luhur diatas, dan kebesaran jiwa Ksatria Airlangga di tunjukkan oleh semua alumni Unair pada Kongres IKAUA tanggal 3 Juli 2021 yang lalu di gedung ACC di Kampus C. Para alumni menunjukkan kematangan kebesaran jiwanya dalam menerima perbedaan dengan legowo ditengah-tengah dinamika suatu proses demokrasi. Kematangan jiwa Ksatria Airlangga itu salah satunya ditunjukkan dalam bentuk solidaritas yang tinggi untuk membangun IKAUA sekaligus membesarkan nama almamaternya.

Mungkin bisa disebutkan kebetulan – bhwa munculnya solidaritas yang tinggi itu, bersamaan ketika Unair berhasil meraih ranking 465 sebagai perguruan tinggi level dunia, muncul pula gairah para alumni dimana-mana baik didalam maupun diluar negeri untuk memikirkan keberlangsungan IKAUA lewat kongres itu dan kejayaannya Unair sebagai almamaternya. Sebelum- sebelumnyanya perhelatan kongres itu tidak menarik perhatian alumni, dianggap sebagai kegiatan rutin biasa saja. Namun kali ini kongres IKAUA itu begitu menariknya bagi alumni, menganggap keberadaan ikatan alumni itu sebagai hal yang penting, sampai – sampai ada alumni yang bukan peserta kongres bertanya bagaimana caranya ikut kongrea.

Melihat gairah para alumni terhadap Kongres – saya sebagai alumni UA masuk tahun 1973 yang tergolong kaum kolonial ini merasa “surprise” dengan geliat para alumni kaum milenial dalam menghadapi kongres, cara mengkampanyekan calon dan ide-ide sudah menggunakan IT terkesan lebih menarik dan bergairah, dibandingka dengan acara yang sama pada jaman saya dimana kemajuan IT belum ada. Hal itu juga menunjukkan negara dan masyarakat kita mengalami transformasi jaman lama menuju jaman digital dan Artificial Intelligent.

Tapi apapun jamannya, perhelatan sebuah kongres yang ditunjukkan dengan perubahan-perubahan sosial dan teknologi itu, value atau nilai sebagai seorang Ksatria tidaklah boleh berubah secara drastis. Nilai Jiwa Ksatria Airlangga telah berani menghapuskan pengelompokan “Kita” dan “Mereka” diantara alumni. Perasaan “We” Vs “Them” itu biasanya munccul karena persoalan SARA. Perasaan seperti ini sedang terjadi di negara-negara maju seperti Amerika Serikat (terutama sejak dan pasca pemerintahan Donald Trump) dan negara-negara Eropa yang berakibat ada perpecahan diantara anak bangsanya. Melanggengkan nilai yang tidak patut itu bisa berimbas negative pada perkembangan kemajuan kampus dimana para alumni pernah menimba ilmunya.

Ketua umum yang baru yang terpilih yang kebetulan menjabat sebagai Gubernur Jawa Timur Neng Khofifah Indah Parawangsa (di IKAUA ada tradisi menyebut Cak dan Neng) sudah memiliki moto yang sama dengan yang pernah diucapkan Presiden Pilipina Manuel L Quezon (1936-1944) dan Presiden Amerika Serikat John F. Kennedy (1961-1963): “My loyalty to my party ends when my loyalty to my country begins”. Kongres alumni UA itu melepaskan kesetiaan (loyalty) baju aspirasi ideologi, naju sekotral fakultas dan politiknya begitu terpilih menjadi ketua umum yang baru karena kesetiaannya nanti harus satu yaitu IKAUA dan Almamaternya – Universitas Airlangga. Rektor Unair. Cak Prof. Dr. Muhammad Nasih, SE, MT, Ak dalam salah satu butir pesan-pesannya terhadap Kongres mengatakan bahwa menjadi Ketua Umum dan pengurus IKAUA adalah media pengabdian dan bakti untuk Unair. Sementara itu Sekretaris Unair Cak Dr, Koko Srimulyo, M.Si dalam rapat Steering Committee Kongres IKAUA mengatakan bahwa Unair adalah tujuan loyalitas para pengurus IKAUA, karena keberadaan IKAUA ditentukan oleh keberadaan Unair sebagai almamaternya. Pernyataan kedua Ksatria Universitas Airlangga itu seakan menggaris bawahi pernyataan presiden Pilipina dan Amerika Serikat di atas.

Ditengah-tengah persoalan bangsa saat ini yaitu makin meluasnya Corona-19 yang berdampak serius pada segala aspek kehidupan, kebesaran jiwa Ksatria Airlangga yang luhur untuk mengabdi dan mengabdi kepada bangsanya sangat diperlukan.

Berita Terkait

Ahmad Cholis Hamzah

Ahmad Cholis Hamzah

Contributor of Media UNAIR, Alumni of Faculty of Economics Airlangga University’73 and University of London, UK.