Simak Panduan Isolasi Mandiri pada Anak yang Terpapar Covid-19

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Kompas.com

UNAIR NEWS – Covid-19 saat ini tidak hanya menjangkit dewasa hingga tua namun anak-anak juga memiliki potensi yang sama. Data resmi yang dirilis pada Juni 2021 menunjukkan bahwa jumlah anak yang positif Covid-19 sebanyak 250.000. Tingkat kematian anak akibat Covid-19 bahkan sudah mencapai 1,2% dari total keseluruhan. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) juga menyebutkan bahwa 50% dari kematian anak akibat Covid-19 berada pada usia dibawah 5 tahun.

Dr. Retno Asih Setyoningrum, dr., Sp.A(K) mengatakan bahwa gejala Covid-19 pada anak-anak sangat beragam mulai yang gejala ringan sampai berat yang mengancam nyawa. “Gejalanya itu tergantung dari fase sakit, kondisi kesehatan sebelumnya, adanya penyakit komorbid, serta gambaran spesifik lainnya misalnya adanya kelainan bawaan,” katanya.

Namun gejala demam menjadi gejala yang sering terjadi pada anak. “Gejala lain yang dirasakan bias gejala infeksi respiratori akut seperti demam, batuk, pilek sampai sesak. Meski demikian ada juga anak yang ternyata tidak memiliki gejala spesifik saluran pernapasan, ternyata terpapar Covid-19 dengan gejala pada saluran pencernaan seperti nyeri perut, diare, dan muntah. Bahkan ada yang munculnya gejala sistemik atau Multisystem inflammatory syndrome in Children (MIS-C),” terang pengajar Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga tersebut.

Dr. Retno Asih Setyoningrum, dr., Sp.A(K) pengajar Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. (Foto: Dokumen Pribadi)

Penanganan anak dengan Covid-19 tergantung derajat sakitnya. Pada kasus tertentu dapat dilakukan dengan isolasi mandiri. Tetapi ada beberapa ketentuan yang harus terpenuhi seperti tidak bergejala; mengalami gejala ringan seperti batuk, pilek, demam, diare, muntah, dan ruam-ruam; anak aktif dan bisa makan minum; menerapkan etika batuk; memantau gejala atau keluhan; melakukan pemeriksaan tubuh 2 kali sehari pada pagi dan malam hari; lingkungan rumah atau kamar memiliki ventilasi yang baik.

“Alat yang harus disediakan di rumah ketika anak terpapar Covid-19 adalah termometer dan oximeter,” ujar Retno. Selain itu ada beberapa obat yang perlu disiapkan di rumah yaitu obat demam, vitamin C (1-3 tahun maksimal 400 mg/hari; 4-8 tahun maksimal 400 mg/hari; 9-13 tahun maksimal 1200 mg/hari; 14-18 tahun maksimal 1800 mg/hari), zink 20 mg/hari yang diberikan selama 14 hari; vitamin D3 (usia kurang 3 tahun 400 IU/hari; anak 1000 IU/hari; remaja 2000 IU/hari; remaja obesitas 5000 IU/hari).

Retno juga menegaskan bahwa dalam penanganan anak yang sedang isolasi mandiri tidak ada ketentuan harus mengkonsumsi nutrisi tambahan seperti susu yang dijual di pasaran. “Intinya itu nutrisi yang bergizi, tidak ada khusus harus susu,” ucapnya.

Kendati demikian ada beberapa keluhan yang harus diwaspadai oleh orang tua saat merawat anak yang tengah isolasi mandiri. Keluhan tersebut adalah anak banyak tidur, napas cepat, ada cekungan di dada dan hidung kembang kempis, saturasi oksigen kurang dari 95%, mata merah, terdapat ruam, leher bengkak, demam lebih dari 7 hari, tidak bisa makan dan minum, mata cekung, buang air kecil berkurang, dan terjadi penurunan kesadaran. “Jika anak mengalami gejala tersebut maka segeralah bawa ke rumah sakit,” tutupnya.

Penulis : Icha Nur Imami Puspita

Editor : Khefti Al Mawalia

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp