Biosuplemen Pakan Dari Kulit Buah Naga Tingkatkan Performa Kelinci Pedaging

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto by Info Budidaya

Dalam perkembangannya saat ini ternak kelinci secara prospektif menjadi alternatif yang baik untuk mengatasi kekurangan daging sebagai sumber protein dan untuk menopang ketersediaan pangan di masyarakat. Kelinci dengan varietasnya dapat dimanfaatkan untuk lima produk berbeda yaitu makanan (daging), bulu, kelinci hias, pupuk, dan hewan laboratorium. Selain kemampuan reproduksinya yang tinggi dan kemudahan untuk berternak, kelinci juga menghasilkan daging yang mengandung nutrisi penting untuk kesehatan. Daging kelinci mengandung protein yang sangat tinggi yaitu 20% – 21%, rendah lemak, dan rendah kolesterol sehingga dapat digunakan sebagai alternatif sumber protein hewani untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat akan produk hewani. Dengan demikian peningkatan produksi ternak khususnya dengan budidaya kelinci diharapkan dapat memenuhi kebutuhan protein hewani.

Pemberian pakan merupakan bagian terpenting dalam budidaya kelinci dan menjadi komponen kunci bagi setiap peternak untuk mendapatkan keuntungan. Peternak dengan jumlah kelinci yang sangat banyak yaitu mencapai ratusan keatas tentunya membutuhkan pakan dalam jumlah dan kualitas yang tinggi pula. Biasanya pakan yang digunakan untuk budidaya kelinci diproduksi dari bahan yang mudah didapat, murah, dan berkualitas baik yang memiliki komposisi nutrisi yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi kelinci. Oleh karena itu perlu ada alternatif pakan seimbang dengan menggunakan bahan baku lokal, khususnya sebagai sumber serat dan protein. Pakan alternatif dari produk agroindustri sangat penting karena kaya nutrisi dan perlu menjadi fokus perhatian sebagai cara untuk mengurangi limbah pertanian. Pemanfaatan limbah pertanian sebagai pakan alternatif merupakan salah satu solusi untuk mencegah kekurangan pakan ternak. Dengan adanya diversifikasi pemanfaatan hasil samping (by product) yang sering dianggap sebagai limbah dari limbah pertanian dan perkebunan menjadi pakan dapat mendorong pengembangan agribisnis secara integratif dalam sistem produksi yang terintegrasi dengan pola pertanian dan perkebunan melalui daur ulang bioma ramah lingkungan atau dikenal dengan “zero waste production system”.

Salah satu sumber pakan ternak adalah limbah buah naga. Penelitian tentang limbah buah naga untuk campuran pakan konsentrat telah dilakukan di peternakan sapi dan menunjukkan bahwa suplemen ini bisa menambah berat badan. Kulit buah naga menyumbang 30-35% dari total bobot buah merupakan sumber organik yang belum banyak dimanfaatkan di Indonesia. Rendahnya protein dan tingginya serat kasar pada kulit buah menjadi kendala utama dalam penggunaannya sebagai pakan ternak, khususnya pada kelinci. Selain itu kendala lain dalam penanganan kulit buah naga adalah umur simpan yang pendek karena kadar airnya yang tinggi hingga 94,05%. Kadar air yang tinggi membuat kulit buah naga rentan terhadap mikroorganisme yang dapat merusak struktur komponen kulitnya. Untuk mengatasinya, kulit buah naga harus dikeringkan untuk mengurangi kadar air agar lebih tahan terhadap serangan mikroorganisme. Nilai gizi kulit buah naga dapat ditingkatkan dengan metode biofermentasi dengan memanfaatkan ragi Sacharomyces cerevisiae. Ragi Sacharomyces cerevisiae dapat meningkatkan daya cerna serat dengan cara menurunkan ikatan lignoselulosa dan hemiselulosa serta dapat berfungsi sebagai probiotik dalam pakan ternak. Berdasarkan latar belakang diatas yang menyiratkan potensi peran kulit buah naga merah hasil fermentasi sebagai sumber pakan, maka penelitian ini dilakukan untuk menggali potensi dampak limbah kulit buah naga sebagai pakan suplemen konsumsi pakan, konversi pakan, dan pertambahan berat badan.

Penulis : Ragil Angga Prastiya, drh., M.Si.

Informasi lengkap tentang riset ini dapat diakses pada artikel di bawah ini:

https://iopscience.iop.org/article/10.1088/1755-1315/743/1/012060

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp