Potensi Antibakteri Ekstrak Daun Unguterhadap Bakteri Lactobacillus acidophillus

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto by Orami

Pemanfaatan bahan herbal untuk pengobatan tradisional banyak dilakukan oleh masyarakat Indonesia. Bahan herbal mudah diperoleh, harganya relatif murah, dan secara umum dinilai lebih aman dari pada penggunaan obat yang berbahan dasar kimia Salah satu Salah satu tanaman berkhasiat obat tersebut adalah daun ungu. Tanaman daun ungu dengan nama latin (Graptophillum pictum (L.) Griff memiliki beragam nama di setiap daerah di Indonesia, di Jawa Barat dikenal dengan nama Handeuleum, di Daun Ungu dikenal secara luas oleh masyarakat Indonesia sebagai obat herbal yang dapat menyembuhkan penyakit wasir. Di Indonesia dapat ditemukan beberapa varietas daun ungu, antara lain varietas viride, dengan warna hijau polos, varietas album, dengan warna hijau cerah dan bercak putih kekuningan dan varietas lurido-sanguineum Sims, dengan warna keseluruhan ungu tua. Daun ungu khususnya varietas lurido-sanguineum Sims digunakan untuk keperluan terapi dibidang kedokteran, misalnya sebagai peluruh kencing (diuretik), mempercepat pemasakan bisul, pencahar ringan (laksatif), dan pelembut kulit (emoliens), sedangkan bunganya berkhasiat sebagai pelancar haid. Daun ungu dengan varietas lurido-sanguineum Sims dilaporkan memiliki aktivitas antiinflamasi, analgesik, laksatif.

Daun ungu (Graptophyllum pictum (L.) Griff) asalnya dari Irian dan Polynesia, dapat ditemukan dari dataran rendah sampai pegunungan dengan ketinggian 1.250m dpl. Merupakan tumbuhan perdu atau pohon kecil, berumur menahun, dengan tinggi sekitar 1,5 – 3 meter. Tumbuhan ini berbatang aerial dan berbatang tegak, berkayu, berbentuk silindris, dengan warna ungu kehijauan, bagian dalam solid, memiliki permukaan licin dan percabangan simpodial (batang utama tidak tampak jelas) dengan arah cabang miring ke atas. Tumbuhan daun ungu berdaun tunggal, tersusun saling berhadapan (folia oposita), berwarna ungu tua, dengan panjang 15–25cm dan lebar 5–11 cm, dengan helaian daun tipis tegar, berbentuk bulat telur dengan ujung runcing dan pangkal meruncing (acuminatus), memiliki tepi rata, pertulangan menyirip (pinnate) dan permukaan mengkilat (nitidus). Sementara bunganya majemuk dan muncul dari ujung batang (terminalis). Buah tumbuhan daun ungu berbentuk kotak sejati (capsula) dan lonjong, berwarna ungu kecoklatan, sedangkan bentuk bijinya bulat berwarna putih. Akar tunggang tumbuhan ini tingginya hanya mencapai tiga meter dan biasanya tumbuh liar di pedesaan atau ditanam sebagai tanaman hias dan tanaman pagar. Daun ungu cocok tumbuh di daerah dataran rendah sampai ketinggian 1.250 meter di atas permukaan laut. Tumbuh baik pada tempat-tempat terbuka yang terkena sinar matahari, dengan iklim kering atau lembab. Tumbuhan ini berbunga sepanjang tahun, namun di Jawa jarang sekali menghasilkan buah. Perbanyakan dengan stek batang. Batang daun ungu mengandung kalsium oksalat, asam formiat, dan lemak. Dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan wungu diklasifikasikan sebagai berikut; kingdom Plantae, divisi Spermatophyta, kelas Dicotyledonae, ordo Tubiflorae, famili Acanthaceae, genus Graptophyllum, spesies Graptophyllum pictum.

Senyawa aktif yang beragam pada daun ungu dapat memberikan manfaat bagi kesehatan manusia. Berdasarkan analisis fitokimia ekstrak daun ungu mengandung senyawa aktif flavonoid, tanin, alkaloid non toksik, steroid, saponin, dan glikosida. Salah satu pemanfaatan dari daun ungu yaitu sebagai agen antibakteri. 

Keradangan pulpa gigi atau disebut juga pulpitis, salah satu penyebab utamanya adalah karies gigi. Bakteri yang mengawali terjadinya proses karies adalah Streptococcus mutans, sedangkan pada proses karies lanjut yang telah mencapai dentin dan menyebabkan terjadinya lubang gigi yang dalam maka bakteri penyebab yang dominan adalah Lactobacillus acidophilus. Lactobacillus acidophilus juga menjadi penyebab utama terjadinya karies sekunder yang mempercepat proses demineralisasi. Karies sekunder dapat disebabkan oleh adanya retensi plak pada kebocoran berukuran mikro antara gigi dengan tepi restorasi. Karies sekunder dilaporkan menjadi salah satu alasan utama pasien datang ke dokter gigi untuk mengganti restorasi gigi yang lama. Apabila karies sekunder tidak segera dirawat, dapat menyebabkan pulpitis bahkan kematian pulpa gigi sehingga pasien membutuhkan perawatan saluran akar. Lactobacillus acidophilus adalah bakteri penyebab karies yang paling dominan diantara spesies Lactobacillus lainnya. Pada pasien karies, terdapat populasi Lactobacillus achidophillus pada plak gigi berkisar 10.000-100.000 sel/mg plak. Dalam upaya untuk menekan pertumbuhan Lactobacillus achidophillus, dan mencegah terjadinya karies sekunder diperlukan suatu bahan antibakteri.

Pada penelitian ini membuktikan bahwa penggunaan ekstrak daun ungu dengan konsentrasi 6,25% dapat menghambat pertumbuhan Lactobacillus acidophillus. Pada penelitian ini, ekstrak daun ungu yang digunakan menggunakan pelarut etanol dengan konsentrasi 96%, dengan harapan bahwa etanol dengan kadar murni dapat menarik lebih banyak zat aktif pada daun ungu dan meningkatkan efektifitasnya sebagai antibakteri, pada proses penghambatan bakteri Lactobacillus acidophillus.

Berdasarkan informasi di atas, daun ungu berpotensi sebagai agen antibakteri berbahan dasar herbal. Hal ini dapat menjadikan ekstrak daun ungu sebagai alternatif bahan disinfeksi dalam perawatan gigi berlubang.

Penulis : Tim Peneliti

Juniarti DE, Kusumaningsih T, Soetojo A, Prasetyo EP, Sunur YK

Antibacterial Activity and Phytochemical Analysis of Ethanolic Purple Leaf Extract (Graptophyllum Pictum L.griff) on Lactobacillus Acidophilus. Malaysian Journal of Medicine and Health Sciences. April 2021; 17: 71-73.

Korespondensi:

Devi Eka Juniarti, drg., M.Kes., Sp.KG(K)

NIP : 197906302005012001

HP : 081299534242

Link jurnal terkait tulisan di atas :

https://medic.upm.edu.my/upload/dokumen/202104291523102020_0935_19.pdf

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp