Perbaikan Klinis Pasien dengan Kavernosus Perawatan Endovaskular pada Fistula Karotid-Traumatik

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto by DokterSehat

Fistula karotid kavernosus (CCF) adalah suatu kelainan akibat komunikasi abnormal antara arteri karotis interna (ICA), arteri karotis eksterna, atau salah satu cabangnya menuju sinus kavernosus. CCF traumatik (TCCF) adalah jenis yang paling umum terjadi, mencapai hingga 75% dari semua CCF, sedangkan CCF spontan hanya 25% dari semua CCF. TCCF dilaporkan terjadi pada 0,2% pasien dengan trauma kranioserebral dan hingga 4% pasien yang mengalami fraktur basis kranii. TCCF sebagian besar terdeteksi pada pasien laki-laki yang berusia muda. Presentasi klinis yang klasik dari CCF adalah triad exophthalmos, cephalic bruit, dan kongesti konjungtiva yang disebut “Dandy Triad”. Tanda dan gejala yang paling umum terjadi di antaranya adalah proptosis pada 72%-98%, kemosis pada 55%-100%, bruit orbital pada 71%-80%, dan sakit kepala pada 25%-84%. Selain itu, sebagian besar pasien mengeluh tentang gangguan penglihatan, termasuk diplopia yang dilaporkan pada 88% pasien, penglihatan kabur, dan nyeri orbital.

Pengobatan CCF tergantung pada gejala klinis, angio-arsitektur, dan risiko terjadinya perdarahan intrakranial. Sebagian besar kasus, penanganan dilakukan dengan prosedur endovaskular. Embolisasi endovaskular dapat dilakukan dengan menggunakan koil, balon, stent, atau obat emboli cair. Penanganan secara bedah (ligasi ICA atau trapping) jarang digunakan dan hanya dilakukan pada kasus di mana embolisasi endovaskular telah gagal.

Untuk memberikan kontribusi dalam bidang ini, sebuah laporan kasus dilakukan oleh Permana dkk., (2021) dari Universitas Airlangga – RSUD Dr. Soetomo Surabaya, penelitian yang telah diterbitkan dalam Asian Journal of Neurosurgery (Wolters Kluwer – Medknow) ini bertujuan untuk mendapatkan informasi terkait penanganan endovaskular pada TCCF.  Penelitian ini merupakan penelitian retrospektif yang melibatkan semua kasus CCF langsung dengan manifestasi neurologis, yang didiagnosis di Departemen Bedah Saraf RSUD Dr. Soetomo – Universitas Airlangga. Data klinis pasien diambil dari rekam medis dalam 3 tahun dari Desember 2014 hingga Desember 2017. Kriteria inklusi adalah semua pasien dengan CCF langsung traumatik pada semua kelompok usia yang dilakukan intervensi bedah saraf endovaskular.

Penelitian ini melaporkan presentasi klinis dan pemeriksaan radiologi sebelum dan sesudah perawatan. Diagnosis TCCF dilakukan dengan evaluasi klinis, radiologi, dan trans femoral cerebral angiography (TFCA). Evaluasi radiologis dilakukan dengan TFCA untuk melihat pola drainase vena sebelum dan sesudah perawatan. Ditemukan bahwa semua pasien memiliki drainase anterior ke vena oftalmikus superior (SOV) atau vena oftalmikus inferior, vena petrosus, vena serebral tengah superfisial, dan komunikans interkavernous.

Evaluasi klinis dan radiologi dilakukan segera setelah prosedur, pada 6 minggu dan 6 bulan. Pasien dikategorikan menjadi tiga kelompok berdasarkan apakah mereka sembuh secara langsung, sembuh secara lambat/tertunda, atau bahkan tidak sembuh. Pasien yang mengalami pengurangan gejala dalam waktu 1 minggu setelah prosedur dikategorikan ke dalam kelompok sembuh langsung. Pasien yang sembuh lebih dari 1 minggu sampai 6 bulan dikategorikan kelompok sembuh tertunda. Sementara itu, pasien yang tidak kunjung sembuh bahkan setelah 6 bulan diklasifikasikan sebagai “tidak sembuh”. Pemeriksaan klinis secara detail dilakukan untuk mencari proptosis, chemosis, cephalic bruit, diplopia, tinnitus, paresis N. III, dan paresis N. VI setelah prosedur intervensi endovaskular.

Ada 2 prosedur endovaskular untuk mengobati TCCF di rumah sakit, yaitu Ballooning dan Coiling. Pada penelitian ini, didapatkan bahwa semua pasien mengalami oklusi parsial dan total paska prosedur. Oklusi fistula secara angiografis, visualisasi arteri oftalmikus, dan hilangnya bruit menandakan hasil klinis yang baik. Semua pasien mengalami perbaikan dengan waktu yang bervariasi, tergantung pada tingkat beratnya fistula dan pengobatannya.

Pada akhirnya, penelitian ini mengungkapkan bahwa perbaikan gejala klinis memiliki korelasi langsung dengan derajat oklusi. Prosedur dibagi menjadi tindakan coiling dan ballooning tergantung pada kondisi pasien dan hasil pemeriksaan angiografi. TFCA masih merupakan alat diagnostik yang sangat penting dalam diagnosis dan pengobatan TCCF. Pendekatan endovaskular harus disesuaikan kasus per kasus sesuai dengan jenis, anatomi yang tepat, dan berat dari masing-masing fistula. Dengan meningkatnya perkembangan teknologi endovaskular, banyak teknik dan alat baru yang dapat lebih meningkatkan keberhasilan terapi pada TCCF.

Penulis: Dr. Asra Al Fauzi

Link jurnal:  ‘Clinical Improvement of Patients with Endovascular Treatment in the Traumatic Carotid-Cavernous Fistula’ yang telah terpublikasi di Asian Journal of Neurosurgery, April-June 2021, Volume 16 Issue 2 Pages 376-380 (DOI:10.4103/ajns.AJNS_246_20)

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp