Rumput laut merupakan salah satu komoditas unggulan perikanan Propinsi Jawa Timur. Total produksi rumput laut Jawa Timur pada tahun 2016 adalah sebesar 645.274 ton dengan luas lahan budidaya sebesar 166 ribu hektar. Terdapat 9 sentra produksi rumput laut di Jawa Timur, yang terdiri dari Kabupaten Pamekasan, Kabupaten Sumenep, Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Pasuruan, Kota Pasuruan, Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Situbondo, Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Pacitan. Kabupaten sumenep merupakan penghasil rumput laut terbesar di Jawa Timur.
Budi daya rumput laut ini merupakan sumber mata pencaharian utama bagi masyarakat pesisir daerah Sumenep. Kabupaten Sumenep ternyata memiliki potensi alam bahari cukup bagus untuk budidaya rumput laut. Hal tersebut diungkapkan Kepala Bidang Penanaman Modal, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Sumenep, Drs. Abd. Rahman. Hasil produksi rumput laut kabupaten sumenep sudah menembus pasar internasional, seperti ke China dan Hongkong. Sebagian besar ekspor rumput laut sudah dalam kondisi kering dengan kadar air 38% dan kotor 2%. Produksi rumput laut tersebut terutama untuk produksi makanan seperti agar-agar dan bahan dasar kosmetik.
Wilayah Kabupaten Sumenep terdiri dari daratan dan kepulauan sebanyak 126 pulau baik yang berpenghuni maupun yang tidak berpenghuni, terdiri dari 27 kecamatan (19 kecamatan daratan dan 8 kecamatan kepulauan). Dari ke 27 kecamatan yang ada di Sumenep hanya ada 10 kecamatan yang masyarakatnya sebagai pembudidaya rumput laut. Kecamatan Bluto dan Kecamatan Saronggi merupakan kecamatan sentra produksi rumput laut terbesar di Kabupaten Sumenep.
Sebagian besar pembudidaya rumput laut di Kabupaten Sumenep merupakan pembudidaya skala kecil dan menggunakan peralatan tradisional. Kondisi tersebut menyebabkan pendapatan yang diterima oleh petani relatif kecil dan hanya dapat memenuhi kebutuhan dalam waktu yang pendek. Panen rumput laut yang membutuhkan waktu tunggu 2 bulan dan risiko gagal panen, menyebabkan pendapatan yang diterima oleh rumah tangga pembudidaya rumput laut menjadi tidak menentu. Oleh karena itu, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, perempuan (istri) sebagai bagian dari keluarga, juga ikut mencari nafkah sebagai tambahan penghasilan keluarga. Seperti hasil penelitian yang sudah ada, menyatakan bahwa kegiatan yang dilakukan oleh istri nelayan dalam menyumbang pendapatan keluarga yaitu membuka warung makanan (penjual sarapan pagi), penjual ikan keliling, buruh pengering ikan, buruh pengasapan ikan, buruh pembuat kue (balado) dan pembantu rumah tangga. Selain harus bertanggung jawab terhadap urusan domestik, perempuan (istri) juga harus membantu tugas atau pekerjaan laki-laki (suami) dengan cara terlibat aktif mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Dengan demikian, upaya untuk menyejahterakan keluarga tidak semata-mata bergantung pada kemampuan suami dalam mencari nafkah, tetapi juga ada peran istri yang secara bersama-sama membangun kesejahteraan keluarga.
Peran produktif perempuan (istri) pembudidaya rumput laut di Kabupaten Sumenep dilakukan dalam bentuk bekerja untuk menambah penghasilan keluarga. Sebagian besar bekerja sebagai buruh harian usaha budidaya rumput laut. Rata-rata curahan waktu untuk bekerja adalah 5,6 jam/hari. Rata-rata pendapatan yang diperoleh adalah sebesar Rp 585.100/bulan.
Peran domestik perempuan pembudidaya rumput laut di Kabupaten Sumenep sebagai ibu rumah tangga maupun istri dilakukan dalam bentuk memasak untuk anggota keluarga, mengurus rumah, mengantar dan menjemput anak sekolah, mengasuh anak serta mengelola keuangan rumah tangga. Dengan demikian peran domestik istri sangat penting bagi keberlangsungan keluarga serta perbaikan kondisi sosial ekonomi rumah tangga.
Peran sosial perempuan (istri) pembudidaya rumput laut di Kabupaten Sumenep terdiri dari menjadi anggota PKK, anggota posyandu, arisan, kegiatan keagamaan dan arisan. Interaksi sosial yang dilakukan merupakan modal sosial yang dapat digunakan untuk meningkatkan pembangunan sosial masyarakat pesisir. Variabel Curahan Waktu Kerja, Pendidikan Terakhir, Pengalaman Kerja, Jumlah Anak secara simultan berpengaruh secara signifikan positif terhadap Share pendapatan istri terhadap pendapatan Keluarga. Sehingga jika seluruh nilai variabel independen ditingkatkan maka share pendapatan istri juga akan meningkat.
Istri pembudidaya rumput laut yang bekerja sering mengalami dilema. Karena disaat para istri dituntut untuk ikut aktif dalam area publik dengan bekerja keras mencari nafkah, disisi lain seorang istri juga dituntut untuk tidak melupakan peran di area domestik seperti menjalankan peran sebagai ibu rumah tangga dan mengurus suami.
Secara Parsial Faktor yang berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap Share pendapatan istri terhadap pendapatan Keluarga adalah variabel pendidikan terakhir dan Pengalaman Kerja. Sedangkan variabel curahan waktu kerja tidak berpengaruh secara signifikan dikarenakan pekerjaan yang dilakukan bersifat borongan. Variabel jumlah anak tidak berpengaruh signifikan secara parsial dikarenakan pendapatan yang diperoleh oleh ibu rumah tangga relatif kecil.
Selain peran domestik dan produktif, istri pembudidaya juga berperan dalam mengelola potensi komunitas, yang hasil akhirnya juga untuk kepentingan ekonomi dan investasi sosial rumah tangga masyarakat pesisir. Peranan ini diwujudkan dalam bentuk keterlibatan kaum perempuan mengikuti arisan, simpan-pinjam, sumbangan timbal-balik hajatan, dan kegiatan gotong-royong lainnya. Ketiga jenis tanggung jawab di atas telah menempatkan posisi sosial dan peranan ekonomi perempuan pesisir yang cukup kuat dan mendominasi, baik pada tataran rumah tangga, maupun tataran masyarakat.
ADRIANA MONICA SAHIDU
Department of Marine, Faculty of Fisheries and Marine, Universitas Airlangga, Mulyorejo Street, Surabaya 60115, Indonesia
Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:
https://iopscience.iop.org/article/10.1088/1755-1315/718/1/012030