Bahaya! Gaslighting Menghilangkan Rasa Percaya Dirimu

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Kompas com

UNAIR NEWS – Hubungan yang baik haruslah bertimbal balik, memunculkan rasa bahagia, dan saling mengahargai, serta menambah rasa percaya diri pada masing-masing individu yang terlibat. Hubungan tersebut disebut dengan hubungan yang sehat. Sementara itu, hubungan yang tidak sehat atau hubungan manipulatif adalah hubungan yang hanya menguntungkan sebelah pihak.

Gaslighting merupakan salah satu hubungan manipulatif. Hubungan ini bersifat tidak seimbang, dimana salah satu pihak menempatkan pihak yang lain di atas segalanya. Pakar Psikologi Universitas Airlangga Dr. Primatia Yogi Wulandari, M.Si., menjelaskan bahwa perilaku gaslighting ini dapat mempengaruhi “korban” sehingga meragukan penilaian dan persepsinya sendiri. 

“Pernyataan seperti, aku nggak bohong, kamu terlalu membayangkan yang aneh-aneh. Aku cuma becanda. Masa gitu aja marah, biasanya muncul dari pelaku sehingga membuat korbannya kurang percaya diri. Pada titik tertentu, korban bahkan mempertanyakan kewarasannya,” jelas Primatia yang akrab disapa Mima tersebut pada Jumat (21/05).

Gaslighting, sambungnya, dapat terjadi dengan atau tanpa disadari oleh korban, bahkan pelakunya. Namun, motif yang dilakukan cukup jelas, yaitu menyelesaikan konflik dengan membuat korbannya menyetujui semua perbuatan pelaku. Perlu diingat, tidak semua kebohongan termasuk ke dalam gaslighting.

“Kembali pada prinsip hubungan sehat. Bila kebohongan tersebut membuat korban meragukan dirinya sendiri, maka hal itu disebut sebagai gaslighting. Namun, bila kebohongan itu bukan untuk melemahkan self-trust salah satu pihak, contohnya, suami memuji istrinya pintar masak, sehingga membuat hubungan menjadi harmonis, maka tidak disebut gaslighting,” tuturnya.

Mima menjelaskan, ada beberapa kondisi yang menjadi ciri suatu individu terjebak dalam hubungan gaslighting. Seperti, mempertanyakan persepsi dirinya sendiri, meminta maaf walaupun bukan pihak yang berbuat salah, memaklumi tindakan buruk pelaku. Korban gaslighting jugamerasa tidak bahagia tanpa tahu dengan jelas alasannya, serta sulit mengambil keputusan, meskipun dalam hal-hal sederhana.

“Faktor utama yang membuat seseorang terjebak dalam hubungan gaslighting adalah rasa tidak aman, sehingga menimbulkan ketergantungan pada pelaku. Pelakunya ini bisa jadi orangtua, pasangan, saudara, teman, atasan. Semakin dekat hubungan personal kedua individu, semakin riskan pula korban dimanipulasi oleh pelaku. Sehingga menimbulkan keraguan pada diri sendiri,” jelas Mima.

Penulis: Alysa Intan Santika

Editor: Nuri Hermawan

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp