Pengaruh Teh Hitam (Camellia Sinensis) terhadap Kadar Adiponektin Serum pada Diet Atherogenic Tikus

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Sumber: Alodokter

Aterosklerosis adalah salah satu masalah terbesar dari gangguan kardiovaskular dan telah diselidiki secara intensif selama 25 tahun terakhir. Di Indonesia, peningkatan prevalensi penyakit jantung koroner tampaknya dipengaruhi oleh peningkatan tingkat sosial ekonomi yang disertai dengan perubahan pola makan dari makanan yang banyak mengandung serat menjadi makanan yang banyak mengandung lemak. Hal ini terlihat dari hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 1986 tentang penyakit jantung iskemik yang dilakukan di tujuh provinsi di Indonesia dengan peningkatan tajam pada kelompok umur 45-54 tahun sebesar 174,6 per 100.000 penduduk. Pada kelompok usia lanjut, 55 tahun ke atas, prevalensinya mencapai 461,9 per 100.000 penduduk. WHO pada tahun 1990 memperkirakan bahwa penyebab kematian tertinggi per tahun adalah penyakit kardiovaskular, yaitu 12 juta per tahun untuk seluruh dunia.

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian teh hitam terhadap kadar adiponektin serum pada Tikus Wistar jantan yang diberi diet aterogenik (AD). Penelitian ini dirancang sebagai desain eksperimental yang menggunakan 20 tikus dan membaginya menjadi empat kelompok sebagai berikut: P1 (AD 3 bulan); P2, P3, dan P4 (pemberian ekstrak teh hitam 3 bulan AD + dengan dosis masing-masing 0.015gr / hari, 0.03gr / hari, 0.045gr / hari). Kadar adiponektin serum diukur dengan metode ELISA.

Penelitian ini menunjukkan bahwa ada kecenderungan peningkatan kadar adiponektin seiring dengan peningkatan dosis. Namun kadar adiponektin serum pada kelompok AD saja (380.6ng / mL) tidak berbeda nyata dengan kelompok perlakuan (masing-masing 386.93ng / mL, 404.27ng / mL, dan 416.6ng / mL pada P2, P3, dan P4) ( ANOVA, p = 0,352). Selain itu, tidak ada hubungan yang signifikan antara dosis teh hitam dan kadar adiponektin (uji korelasi Pearson, p = 0,073, r = 0,373). Kami menyimpulkan bahwa ekstrak teh hitam meningkatkan kadar adiponektin serum tidak signifikan pada tikus diet aterogenik.

Hasil penelitian ini berkorelasi positif artinya semakin tinggi dosis penambahan teh hitam maka semakin tinggi pula hasil pengukuran kadar adiponektinnya. Selanjutnya, induksi diet tinggi lemak akan meningkatkan ukuran sel lemak inguinalis dan, jika dibandingkan dengan penelitian lain, pemberian ekstrak teh hitam yang diseduh menurunkan ukuran sel lemak. Namun berdasarkan uji ANOVA, peningkatan kadar adiponektin yang terjadi tidak signifikan. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, di antaranya pemeliharaan mencit yang tidak memadai yang dapat memicu stres. Ruang pemeliharaan tikus sebaiknya memiliki kelembaban relatif 55 ± 10%, suhu berkisar antara 23-27˚ C, lama penyinaran 12 jam, suara tidak berisik, dan udara terjaga, terasa nyaman, kebersihan kamar harus selalu dijaga, botol minuman harus dibersihkan seminggu dua kali. Dalam melakukan penelitian, mungkin saja hal-hal tersebut kurang diperhatikan sehingga beberapa tikus dapat mengalami kondisi stres.

Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh pemberian ekstrak teh hitam terhadap kadar adiponektin, dapat disimpulkan bahwa ekstrak teh hitam meningkatkan kadar adiponektin serum tidak signifikan pada tikus diet aterogenik. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang efek perlindungan teh hitam terhadap aterosklerosis dalam sampel yang lebih nyata (in vivo) agar efek teh hitam dapat diukur secara akurat. Diperlukan penelitian lebih lanjut secara farmakologis dan matematis untuk menentukan dosis teh hitam yang optimal. Perlu adanya penelitian tentang regulasi produksi adiponektin yang jalurnya lebih pasti.

Penulis : Meity Ardiana

Artikel lengkapnya dapat dilihat pada link berikut ini,

https://www.scopus.com/inward/record.uri?eid=2-s2.0-85081177907&doi=10.1088%2f1755-1315%2f441%2f1%2f012169&partnerID=40&md5=8cd9cd8d42fd5373bcda397517d3e0bd

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp