Dosen UNAIR Banyuwangi Bagikan Kiat-kiat Penulisan Ilmiah

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Penjelasan tentang Penulisan Ilmiah oleh Susy Katikana Sebayang, S.P., M.Sc., Ph.D di acara Scientific Training. (Foto: SS Zoom)

UNAIR NEWS – Selain untuk menuangkan isi pikiran, menulis juga diperlukan sebgai rekam jejak untuk karya dan kontribusi kita. Menulis memang tidak mudah bagi setiap orang, bahkan bagi seseorang yang memiliki bakat menulis. Karena terdapat tahapan-tahapan yang harus dilalui dan kadang-kadang tidak bisa dicapai. Begitulah intermezo yang diungkapkan Susy Katikana Sebayang, S.P., M.Sc., Ph.D dalam pelatihan Scientific Training yang diadakan divisi In-App B-PHA UNAIR Banyuwangi.

“Sebenarnya menulis ilmiah jauh lebih mudah daripada menulis yang inovatif dan kreatif seperti npvel dan sebagainya. Karena katya ilmiah sudah ada pakemnya dan sudah ada formula yang perlu diikuti,” ungkap Susy Katikana Sebayang, S.P., M.Sc., Ph.D., selaku salah satu pemateri di pelatihan tersebut.

Berdasarkan penjelasan Susy, terdapat strtuktur tulisan ilmiah yang umum digunakan. Diantanranya judul, abstrak, introduction, method, result, discussion, conclusion. Format tersebut leboh sering digunakan pada studi kuantitatif sedangkan untuk kualitatif lebih bervariasi.

“Namun tetap ada metode, hasil, dan diskusi,” tegas dosen FKM UNAIR Banyuwangi tersebut.

Susy memberikan tips agar atikel ilmiah yang kita buat bisa terdapat di halaman pertama mesin pencarian adalah dengan memanfaatkan keywords yang sering digunakan banyak orang dalam judul. Hal ini membuat peran judul sangat penting bagi karya ilmiah, karena merupakan hal pertama yang akan dilihat oleh pembaca.

Untuk penulisan abstrak sendiri, tandasnya, haruslah ditulis secara singkat namun sudah mampu memberikan gambaran kepada pembaca mengenai tulisan kita. Menurut Susy, bagian pendahuluan juga cukup ditulis secara singkat dengan mencantumkan isu utama, permasalahan yang telah di ketahui, gap of knowledge, dan ditutup dengan tujuan penelitian/tulisan. Susy menegaskan bahwa pendahuluan hanyalah digunakan untuk membawa pembaca kepada alasan kenapa dan tujuan tulisan tersebut dibuat.

“Empat sampai lima paragraf cukup untuk membuat pendahuluan tidak perlu hingga berlembar-lembar,” terang Susy.

Untuk bagian metode, Susy memaparkan bagaian-bagian yang perlu dicantumkan. Diantaranya terdiri dari populasi dan sample, cara pengumpulan data (bagaimana, siapa, dan kapan studi dilakukan serta cara menjamin mutu), cara menganalisa, dan etika penelitian.

“Definisi operasional itu mencakup konsep serta standar pengukuran yang digunakan. Sayangnya masih banyak mahasiswa yang tidak membahwa definisi operasional dalam artikel ilmiahnya,” imbuh Susy.

Pada akhir, Susy juga menerangkan perbedaan isi dari hasil dan diskusi. Jika pada bagian hasil, hal yang harus ditampilkan harus ditampilkan adalah yang sesuai dengan tujuan tulisan dan dibatasi hanya pada hasil dan interpretasi tidak perlu didiskusikan. Sedangkan pada diskusi dapat dicantumkan temuan secara umum, perbandingan dengan temuan pada studi lain baik yang sesuai maupun bertentangan.

“Lalu mahasiswa bisa menggunakan software untuk referensi seperti Endnote, Mendeley, dan Zotero. Ini akan memudahkan untuk mengganti-ganti gaya selingkung di jurnal,” pungkasnya.

Penulis: Tyas Ratna Manggali

Editor: Nuri Hermawan

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp