“Menahan Mudik” Menyelamatkan Bangsa dari Persebaran Covid-19

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Ekbis Sindownews.com

Seperti yang kita tahu bahwa Pandemi Covid-19 hampir 2 tahun lebih telah menjajah bumi. Bagaimana tidak, pandemi ini menghancurkan berbagai sektor di dunia. Mulai dari sektor kesehatan, pendidikan hingga sektor ekonomi dunia. Begitu pula yang dirasakan di negara Indonesia sendiri. Sejak pandemi covid-19 masuk ke indonesia, sekolah-sekolah diliburkan, rumah sakit semakin diperketat, bahkan banyak dari warga negara Indonesia di PHK karena pembatasan masuk kerja. Hal ini membuat negara kita mengalami penurunan ekonomi yang bahkan lebih buruk dari krisis moneter kala Presiden Soeharto dilengserkan.

Hingga sampai saat ini virus covid-19 masih merajalela bahkan ditengah bulan Ramadhan yang mulia ini. Tahun ini menjadi tahun kedua umat muslim di dunia terutama di Indonesia merasakan bulan Ramadhan ditengah pandemi covid-19. Meskipun tahun ini lebih longgar dari biasanya, namun suasana Ramadhan tak seperti biasanya. Seperti dua tahun yang lalu ketika virus yang berasal dari Wuhan, China ini merajalela di seluruh belahan bumi. Tahun ini salat berjamaah diperbolehkan dilakukan di masjid dengan protokol kesehatan yang ketat. Buka bersama yang menjadi salah satu hal yang paling dinanti bagi berbagai kalangan baik muda hingga tua, diperbolehkan dengan memakai masker dan menjaga jarak antara satu sama lain. Namun tidak dengan tradisi umat muslim Indonesia ketika mendekat Hari Raya Idul Fitri. Mudik, tahun ini kembali dibatasi bahkan dilarang oleh pemerintah Indonesia.

Melihat pengalaman dari negara tetangga, India menorehkan rekor tertinggi infeksi covid-19 setelah ratusan ribu umat Hindu berkumpul untuk mandi di Sungai Gangga dalam perayaan Festival Kendi atau Kumbh Mela. Tentu ini menjadi pelajaran besar bagi pemerintah Indonesia untuk mengantisipasi hal serupa di negara Indonesia. Apalagi tradisi masyarakat Indonesia yang identik dengan mudik dan silaturahmi. Sehingga, terjadi pergerakan masyarakat yang memiliki kemungkinan dampak persebaran virus covid-19 ini. Menjadikan alasan besar pemerintah Indonesia melarang mudik Ramadhan di tahun ini. Namun, banyak masyarakat yang menilai bahwa kebijakan ini sangat disayangkan untuk dilaksanakan. Bagaimana tidak, sudah kedua kalinya masyarakat harus menahan diri untuk tidak kembali ke kampung halaman. Bahkan bagi banyak masyarakat yang di PHK, mereka memilih pulang untuk dapat sekadar menenagkan pikiran mereka. Bahkan, sebagai masyarakat yang di PHK tidak dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka sehingga mudik menjadi pilihan terakhir bagi mereka. Namun hal itu tidak dapat terwujud dengan adanya larangan mudik lebaran.

Dari itu semua, banyak hal yang perlu dipikirkan dalam menyikapi larangan mudik ini. Karena, pemerintah memberlakukan larangan ini dengan berbagai pertimbangan dan konsekuensi yang ada demi menjaga masyarakat Indonesia terhindar dari wabah covid-19 ini. Yang pertama, bahwa larangan mudik ini menjadi penting diberlakukan melihat bagaimana kondisi pandemi covid-19 ini yang masih merajalela di negara kita Indonesia. Tanpa adanya pelarangan mudik maka terjadi persebaran masyarakat, yang dimana memungkinkan dampak persebaran virus covid-19 yang dapat mengakibatkan menaiknya kasus konfirmasi positif covid-19. Yang kedua, adalah menjaga orang tua di desa yang memiliki kerentanan tinggi terhadap penyakit. Maka apabila masyarakat melaksanakan mudik dan tanpa diketahui terkena covid-19. Dan pada akhirnya menulari orang tua mereka, sehingga yang seharusnya pulang membawa kebahagiaan menjadi pulang membawa berita duka. Yang terakhir, adalah pelarangan mudik menjadi salah satu cara kita dalam memutus persebaran covid-19. Dengan dilaksanakanya larangan mudik, maka tidak terjadi pergerakan masyarakat. Sehingga, dampak penyebaran covid-19 dapat diantisipasi bahkan dikurangi. Besar harapan, ke depan wabah virus covid-19 ini dapat segera terselesaikan dan kita semua dapat merasakan lebaran di kampung halaman masing- maasing dengan suka dan tawa. Nuansa lebaran akan selalu ada selama kita dapat memaksimalkan bulan Ramadhan dengan berbagai hal baik didalamnya. Pandemi bukan menjadi halangan untuk bersilaturahmi, karena silaturahmi dapat dilakukan meskipun jarak memisahkan antara satu sama lain. Dengan kita menahan diri untuk tidak mudik dan berlebaran di kampung halaman tahun ini, maka ke depan pandemi ini akan segera berakhir dengan kerja keras dan kesabaran diri untuk masa depan yang lebih baik lagi.

Penulis: Ananda Wildhan Wahyu Pratama, Mahasiswa Akuakultur PSDKU Universitas Airlangga di Banyuwangi / Wakil Ketua KM PSDKU UNAIR Banyuwangi

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp