Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menyatakan epidemi darurat kesehatan masyarakat sejak 30 Januari 2020 (WHO, 2020a). Pandemi ini telah menyebabkan kepanikan di seluruh dunia sejak awal tahun 2020. Ada 177 negara dengan lebih dari 43.000.000 kasus yang dikonfirmasi dan lebih dari 1.000.000 kematian hingga 27 Oktober 2020 (WHO, 2020b).
Keramaian meningkatkan potensi kontak manusia dan merupakan sumber utama penularan dari manusia ke manusia. COVID-19 tumbuh secara signifikan di daerah yang lebih padat (Therese, 2020). Penelitian tentang kepadatan penduduk, kecepatan angin dan COVID 19 juga telah dilakukan di Turki oleh Coskun (2020).
Populasi Indonesia tersebar di 34 provinsi, begitu pula dengan kondisi iklimnya. Meski merupakan daerah tropis, kondisi iklim di berbagai provinsi di Indonesia beragam. Mengingat kondisi yang beragam di Indonesia tersebut, maka perlu dikaji kondisi iklim dan kepadatan penduduk untuk melihat apakah kedua faktor tersebut berkaitan dengan kejadian COVID-19 yang sangat besar di Indonesia. Studi ini menganalisis hubungan antara kondisi iklim (suhu, curah hujan, dan kelembaban), kepadatan penduduk, dan COVID-19 di 34 provinsi di Indonesia.
Penelitian culster COVID-19 di Indonesia. Ada tiga indikator yang digunakan untuk menentukan cluster COVID-19; total, pulih, dan kasus kematian. Tiga cluster COVID-19 yaitu (Tinggi, Sedang dan Rendah). Provinsi tergolong cluster tinggi ada 2 (dua) Provinsi yaitu Jawa Timur dan DKI Jakarta, Kemudian 4 (empat) Provinsi tergolong dalam cluster sedang ( Jawa Barat; Jawa Tengah; Kalimantan Selatan; Sumatera Selatan) dan 28 provinsi yang termasuk dalam cluster rendah adalah Aceh; Bali; Banten; Bangka Belitung; Bengkulu; DI Yogyakarta; Jambi; Kalimantan Barat; Kalimantan Timur; Kalimantan Tengah; Kalimantan Utara; Kepulauan Riau; Nusa Tenggara Barat; Sumatera Selatan; Sumatera Barat; Sulawesi Utara; Sumatera Utara; Sulawesi Tenggara; Sulawesi Tengah; Lampung; Riau; Maluku Utara; Maluku; Papua Barat; Papua; Sulawesi Barat; Nusa Tenggara Timur; dan Gorontalo.
Korelasi Kondisi Iklim (Temperatur, Kelembaban, dan Curah Hujan) dengan COVID-19 Indonesia .Terdapat tiga indikator iklim yang digunakan untuk menentukan cluster Kondisi Iklim; suhu udara, curah hujan, dan kelembaban. Ketiga indikator tersebut menggunakan satuan yang berbeda, sehingga dilakukan standarisasi nilai. Ada dua kelompok Kondisi Iklim; Kondisi Iklim I dan Kondisi Iklim II. Rata-rata suhu udara pada Kondisi Iklim I lebih rendah dari pada Kondisi Iklim II, sedangkan rata-rata curah hujan dan kelembaban pada Kondisi Iklim I lebih tinggi dari pada Kondisi Iklim II. Hal ini menunjukkan bahwa Kondisi Iklim I merupakan daerah yang lebih dingin dibandingkan dengan Kondisi Iklim II.
Dari analisis cluster, menunjukkan bahwa 52,9% wilayah Indonesia terindikasi memiliki suhu udara rata-rata yang tinggi, curah hujan dan kelembaban yang rendah, termasuk dalam kondisi iklim II. Penelitian kami menemukan korelasi antara kondisi iklim dan cluster COVID-19 p = 0,034 dengan koefisien korelasi positif 40%. Di semua provinsi pada Kondisi Iklim I (suhu rendah), kasus COVID-19 rendah. Kami memperkirakan virus corona dapat hidup di pada suhu tinggi. Suhu udara rata-rata Indonesia berkisar antara 26,7° C – 29,5° C dan penyebaran COVID-19 di Indonesia juga tinggi.
Korelasi Kepadatan Penduduk (Jumlah Penduduk dan Luas Provinsi) dengan COVID-19 Di Indonesia. Kepadatan penduduk dihitung dengan membagi penduduk dengan luas areanya. Ada perbedaan besar antara kepadatan penduduk tinggi dibandingkan dengan penduduk rendah dan sedang. Penelitian kami menemukan korelasi antara kepadatan penduduk dan COVID-19 dengan p = 0,004 dan koefisien korelasi positif 63,3%. Berdasarkan hasil tabulasi silang, 92,6% provinsi kepadatan rendah, kasus COVID-19 juga rendah. Serta 100% provinsi dengan kepadatan tinggi memiliki COVID-19 yang tinggi pula.
Wilayah Indonesia teridentifikasi pada suhu udara tinggi dengan 26,7 ° C – 29,5 ° C dan kelembaban tinggi 67 – 87%, karena iklim tropisnya. Namun sebagian besar provinsi di Indonesia tergolong dalam Kondisi Iklim II sebesar 52,9%. Kondisi iklim II adalah kondisi iklim dengan suhu udara rata-rata yang lebih tinggi, curah hujan dan kelembaban yang lebih rendah dibandingkan dengan kondisi iklim lainnya. Indonesia juga dikenal sebagai negara yang sangat padat. Jakarta adalah wilayah terpadat di Indonesia (kepadatan penduduk: 15.900). Hasil kami menemukan adanya korelasi antara kondisi iklim dengan cluster COVID-19 (p: 0,034), dan ada korelasi antara kepadatan penduduk dengan cluster COVID-19 (p: 0,004). Kepadatan penduduk lebih terkait dengan tingginya angka kasus COVID-19 di Indonesia yang memiliki korelasi positif sebesar 63,3%. Enam provinsi teratas dengan kasus COVID-19 tertinggi di Indonesia diklasifikasikan dalam Kondisi Iklim II dan wilayah yang cukup padat hingga padat penduduk. Perlu adanya langkah adaptasi dan mitigasi dalam pengendalian COVID-19 terkait kondisi iklim pada kondisi iklim II dan kepadatan penduduk yang tinggi sehingga kebijakan di provinsi masing-masing dalam pengendalian massa, social distancing, dan upaya penurunan kasus COVID-19 melalui kesadaran berbasis komunitas.
Penulis: R. Azizah
ASSOCIATION BETWEEN CLIMATIC CONDITIONS, POPULATION DENSITY AND COVID-19 IN INDONESIA (Perkaitan Antara Keadaan Iklim, Kepadatan Penduduk Dan Covid-19 Di Indonesia)
http://www.ukm.my/jsm/pdf_files/SM-PDF-50-3-2021/28.pdf
AIP DOSEN_JURNAL SCOPUS_R. Azizah