Terancamnya Kehidupan Mangrove Sang Penjaga Ekologi Pantai

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

Mangrove adalah salah satu tumbuhan yang banyak ditemukan di area pantai. Tidak hanya sekedar tumbuh, mangrove berperan serta dalam menjaga ekosisitem pantai. Bagian pohon mangrove, mulai dari akar, batang, dan ranting, adalah habitat yang baik bagi beberapa jenis fauna. Mangrove juga menjaga stabilitas pantai dengan menurunkan kekuatan abrasi ombak di wilayah pesisir. Terdapat beberapa jenis mangrove, diantaranya adalah Soneratia alba, Rhizophora mucronate, Avicennia marina, Xylocarpus granatum, Bruguera gymnoriza, Thespesia populnea, dan Ceriops decandra.

Potensi yang dapat diperoleh dari hutan mangrove dalam menunjang perekonomian masyarakat adalah sebagai perikanan muara sungai, ekowisata, buah mangrove, dan daunnya yang dapat digunakan sebagai bahan baku obat-obatan di bidang farmasi. Potensi mangrove dapat dimanfaatkan jika ekosistem hutan mangrove dapat dilestarikan. Ekosistem mangrove merupakan rantai utama yang berperan sebagai penghasil jaring makanan ekosistem pesisir. Ekosistem ini memiliki produktivitas yang tinggi dengan menyediakan pakan yang melimpah untuk berbagai jenis hewan laut dan menyediakan tempat berkembang biak, bertelur, dan membesarkan anak untuk beberapa jenis ikan, kerang, kepiting, dan udang. Habitat mangrove merupakan salah satu ekosistem yang paling produktif di muka bumi, sehingga tingkat keanekaragaman vegetasinya yang rendah dapat menyebabkan penurunan kekayaan spesies alami yang hidup di sekitar hutan mangrove.

Hutan mangrove memiliki fungsi ganda dan merupakan mata rantai yang sangat penting dalam menjaga keseimbangan siklus biologis di perairan. Hutan mangrove di sepanjang pantai dan sungai pada umumnya merupakan habitat berbagai jenis ikan. Hutan mangrove sebagai salah satu lahan basah di daerah tropis dengan akses yang mudah dan pemanfaatan komponen keanekaragaman hayati dan dataran tinggi menjadikan sumberdaya tersebut sebagai sumberdaya tropis yang kelestariannya akan terancam dan menjadi salah satu sentra global masalah lingkungan. Konversi hutan mangrove yang terus meningkat menjadi lahan pertanian atau tambak ikan/udang, adalah salah satu jenis ancaman keruskaan ekosistem.

Kerusakan yang terjadi pada ekosistem mangrove dapat disebabkan oleh beberapa hal, termasuk kejadian alami dan hal-hal yang berasal dari kegiatan manusia. Salah satu indikator terancamnya ekosistem mangrove dapat dilihat dari keberagaman jenis mangrove itu sendiri, dan juga jumlah per speciesnya dalam suatu ekosistem. Keanekaragaman mangrove merupakan komponen fundamental dalam menjaga keseimbangan ekosistem perairan. Iklim, topografi, tanah, dan gangguan yang disebabkan oleh faktor manusia dapat mempengaruhi struktur, komposisi, dan fungsi mangrove, sehingga kestabilan ekosistem mangrove harus dijaga dan diketahui status konservasinya. Sebuah studi melaporkan adanya ancaman ekosistem mangrove di Denpasar, Bali untuk jenis-jenis diantaranya Avicennia marina, Xylocarpus granatum, Bruguera gymnoriza, Thespesia populnea, dan Ceriops decandra. Jenis-jenis ini didapati sangat sedikit jumlahnya dalam setiap hectare area, sehingga dapat dikategorikan telah mengalami kerusakan. Vegetasi mangrove yang tumbuh di kawasan hutan mangrove Denpasar didominasi oleh Soneratia alba dengan sekitar 35%, diikuti oleh Rhizophora mucronate 25% dan Avicennia marina 10%. Sedangkan dominasi terendah didapati pada Ceriops decandra sebesar 5%.

Keberagaman mangrove sangatlah penting, karena satu species mangrove saja tidak dapat menopang keberagaman hayati di sekitar ekosistem pantai. Selain menopang ekologi pantai, beberapa jenis mangrove memiliki manfaat yang lain, seperti sebagai bahan obat tradisional. Soneratia alba telah banyak digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat pesisir, salah satunya sebagai obat dan pembangunan kapal di Sungai Mida (Kenya). Soneratia alba juga dapat digunakan sebagai bioindikator pencemaran lingkungan perairan karena sifatnya yang dapat menyerap logam berat dan tumbuh dengan baik pada substrat koral dan berpasir. Ekosistem mangrove juga disarankan sebagai pencegah erosi perairan dan penyerapan karbon dioksida yang berlebihan. Karbon dioksida (CO2) merupakan salah satu gas rumah kaca yang berperan besar dalam perubahan iklim dan pemanasan global. Kelompok Avicenniaceae, Rhizophoraceae, dan Sonneratiaceae yang mengandung tanin banyak dimanfaatkan untuk bahan penyedap dan pewarna anggur. Senyawa tanin yang terdapat pada Rhizophora mucronata dapat digunakan sebagai pewarna alami yang dapat diproduksi secara komersial.

Dalam bidang pengobatan, mangrove berpotensi sebagai bahan baku obat tradisional. Beberapa suku di Asia dan Afrika lebih banyak memanfaatkan tanaman mangrove sebagai bahan baku obat tradisional untuk mengobati beberapa penyakit seperti hepatitis, diabetes, leukemia, dispepsia, cacing, dan diare. Tanaman mangrove berjenis Rhizophora mucronata, Xylocarpus granatum, Avicennia marina, Bruguiera gymnorrhiza, Thespesia populnea, dan Ceriops decandra juga dapat digunakan sebagai obat tradisional. Sebagai contoh, daun Ceriops decandra dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku yang berpotensi sebagai antikanker. Hal tersebut dapat disebabkan karena adanya aktivitas metabolit yang terdapat pada tanaman ini. Potensi penghambatan sekresi insulin oleh sel β pankreas pada penderita diabetes tipe 2 juga dimiliki oleh R. mucronata dan A. marina karena terdapat kandungan fitokimia seperti tanin, alkaloid, flavonoid, saponin dan triterpen tinggi pada tanaman tersebut. Mengingat penting dan kebergunaannya mangrove, ancaman terhadap ekosisitem mangrove wajib menjadi perhatian. Menjaga ekosistem mangrove dapat dilakukan dengan tidak merusak ekosistem yang ada serta dengan melakukan penanaman kembali untuk beberapa jenis species yang diketahui telah terancam.

Penulis: Setyo Budi Kurniawan

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat di:

http://www.plantarchives.org/SPECIAL%20ISSUE%2021-1/90%20(592-599).pdf

Monitoring of diversity, characteristics, threatening rate and potency of Mangrove vegetation in Denpasar, Bali, Indonesia

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp