Keragaman Norovirus di Jawa Timur

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh CNN Indonesia

Penyebab utama terjadinya kasus gastroenteritis akut (GEA) dalam segala kelompok usia di dunia tersering adalah norovirus. Berdasarkan studi epidemiologinya, wabah norovirus dapat menyebabkan lebih dari satu juta penderita rawat inap hingga 200.000 kematian setiap tahun pada anak-anak usia kurang dari lima tahun di dunia. Prevalensi gastroenteritis akut oleh karena virus RNA dengan rantai tunggal tak berkapsulterdapat sekitar 15 sampai 61% di Indonesia, rata-rata pasiennya memerlukan perawatan inap di rumah sakit. Norovirusmemiliki banyak genotipe yang berbeda-beda karena cepatnya berevolusi. Genogrup yang menginfeksi manusia yaitu hanya GI, GII dan GIV dimana terbagi menjadi beberapa genotipe. Salah satu genotipe yang banyak ditemukan adalah GII.4, sebagai penyebab gastroenteritis sporadis pada anak-anak dan juga dewasa di berbagai negara. Rekombinasi yang sering terjadi pada genom norovirus menyebabkan perbedaan genotipe kapsid dan polimerase. Nomenklatur saat ini terdiri dari genotipe polymerase (RdRp) dan kapsid (VP1).

Tahun 2015, prevalensi norovirus pada anak-anak yang dirawat inap sekitar 18,5% dan sebanyak 56%, GII.4 Sidney [P31] adalah genotipe tersering di Yogyakarta atau Nusa Tenggara Barat, Indonesia. Namun, belum ada data ataupun studi yang membahas mengenai transisi genotipe norovirus yang ada di Indonesia dalam jangka waktu yang cukup lama. Oleh karena itu, penelitiuan ini dibuat bertujan untuk menyelidiki transisi genotipe norovirus diantara anak-anak di Jawa Timur, Indonesia selama tahun 2015-2019.

Penelitian ini dilakukan selama lima tahun, dari Bulan Juni tahun 2015 sampai Juli tahun 2019, dengan sampel penelitiannya adalah pasien anak-anak yang terdiagnosa gastroenteritis akut di dua rumah sakit Kota Surabaya, yaitu rumah sakit swasta dan rumah sakit pemerintah dengan spekulasi rumah sakit rujukan ini mencakup seluruh anak yang berasal dari segala penjuru Jawa Timur dari desa hingga perkotaan dengan status kebersihan yang berbeda-beda. Terdapat sebanyak 966 sampel tinja yang dikumpulkan, sekitar 49,2% didapatkan dari rumah sakit swasta dan 50,8% dari rumah sakit pemerintah. Usia pasien berkisar dari 1 sampai 191 bulan dan didapatkan 89,5% dengan pasien anak berusia kurang dari lima tahun. Sebanyak 572 pasien anak dengan jenis kelamin laki-laki dan 394 anak perempuan. Pada penelitian ini, gastroenteritis akut didefinisikan apabila pasien dengan lebih dari dua kali episode tinja berair atau lebih, dari buang air besar biasanya per hari, dan berlangsung selama kurang dari empat belas hari. Sampel tinja atau feses yang dikumpulkan dan disimpan disuhu 20o di rumah sakit sampai dikirim ke Institut Penyakit Tropis Universitas Airlangga dalam kondisi beku.

Pendeteksian norovirus dilakukan menggunakan RT- PCR untuk mengetahun gen kapsid dan polymerase serta menyaring strain norovirus GI dan GII. Didapatkan 119 sampel dengan positif norovirus yang kemudian dilakukan RT-PCR konvensional guna mengkonfirmasi RNA norovirus dan sekuensing-nya. Hasil penelitiannya menggunakan uji chi-squared atau Fisher’s exact test. Prevalensi infeksi norovirus yang diperoleh secara signifikan lebih tinggi terjadi di rumah sakit pemerintah (14,7%) dibandingkan dengan rumah sakit swasta (9,9%). Infeksi norovirus lebih sering terjadi pada bulan Oktober, November dan puncaknya bulan Desember, hal ini dapat diperkiraan oleh karena musim hujan.

Pada penelitian ini, dijumpai sekitar 85% dari sampel tinja yang positif ternyata pasien anak dengan usia kurang dari dua tahun dan 70 pasien anak dengan norovirus positif adalah anak laki-laki. Dari 119 sampel norovirus positif, 97,5% gen kapsid yang terdeteksi adalah GII. Dengan prevalensi tertinggi yaitu sebanyak 40 genotipe GII.4. Genotipe yang berbeda ditemukan pada sampel dari rumah sakit pemerintah yaitu GI.6, GI.7, GII.7, GII.14, GII.15 dan GII.21, sedangkan pada rumah sakit swasta yaitu GI.3 dan GII.12. Hasil genotipe norovirus GII dalam 71 strain gen RdRp didapatkan prevalensi tertinggi dengan 43,7% yaitu GII.P31. dan setiap tahunnya genotip paling dominan GII. P16 tahun 2015, GII.P31 tahun 2016, GII. P16 tahun 2017, dan GII. P31 tahun 2018.

Secara keseluruhan, infeksi norovirus dalam prevalensi penelitian ini 12,3%, di mana tahunan prevalensinya dari 2015 yaitu 17,4% menjadi 10,8% di tahun 2018. Selain norovirus, didapatkan rotavirus sebanyak 29,1% yang terlihat pada pasien anak gastroenteritis dan sebelas pasien koinfeksi dengan norovirus dan rotavirus. Genotipe norovirus sering berubah-ubah tiap tahun, seperti pada penelitian ini,  GII.17 ditemukan di tahun 2015 dan menghilang di tahun 2016 hingga 2018 dan terdeteksi kembali pada tahun 2019, hal ini juga terjadi di negara lain.

Dapat disimpulkan bahwa secara genetik genotipe norovirus yang ada di Indonesia sangat beragam dan sebagian besar berkorelasi dengan yang di Asia dan Eropa. Sejak vaksin rotavirus dimasukkan dalam program imunisasi nasional, diprediksi norovirus akan diduga menjadi patogen utama diare oleh karena virus dan harus terus dipantau.

Penulis: Dr. Alpha Fardah Athiyyah, dr., Sp.A(K)

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:

https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/33401005/

Utsumi, T. Lusida, M. Dinana, Z. Wahyuni, R. Soegijanto, S. Soetjipto. Athiyyah, A. et al., (2021) ‘Molecular epidemiology and genetic diversity of norovirus infection in children hospitalized with acute gastroenteritis in East Java, Indonesia in 2015–2019’, Infection, Genetics and Evolution, 88(September 2020). doi: 10.1016/j.meegid.2020.104703.

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp