Efektivitas Pembentukan Program Kelompok Pendukung ASI untuk Meningkatkan ASI Eksklusif

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Halodoc

Sektor kesehatan dituntut untuk memastikan bahwa bayi memiliki makanan dengan jumlah dan gizi yang aman. Program 1.000 Hari Pertama Kehidupan di Indonesia yang memberikan kesehatan lebih baik pada bayi. ASI Eksklusif merupakan isu kesehatan ibu dan anak di Indonesia. WHO juga merekomendasikan bahwa semua bayi harus mendapatkan ASI eksklusif sejak lahir sampai usia enam bulan. Setelah itu, anak-anak harus menerima makanan tambahan tapi teruskan menyusui setidaknya selama dua tahun.

Dengan Kelompok Pendukung ASI (KP-ASI), pelaksanaan ASI Eksklusif diharapkan dapat ditingkatkan. Kelompok pendukung menyusui memberikan lebih banyak kesempatan untuk ibu menyusui untuk aktif berpartisipasi dalam promosi kesehatan dan pendidikan. Kelompok ini juga penting karena ibu cenderung memiliki rasa didukung, diperhatikan dan dicintai. Secara tidak langsuung, emosi positif akan meningkatkan hormone oksitosin dan membantu produksi ASI. 

Desa Sugihwaras dan Desa Sumbergede, Kabupaten Bojonegoro, merupakan dua desa yang sedang mewujudkan program KP-ASI untuk memberikan dukungan dan motivasi dalam menyusui. Kedua desa ini merupakan desa yang menjadi lokasi praktik kerja lapangan mahasiswa Prodi S1 Kesehatan masyarakat FKM Universitas Airlangga. Meskipun kedua desa memiliki kemungkinan tantangan yang sama namun intervensi yang dilakukan mungkin berbeda dipengaruhi oleh budaya setempat. 

Artikel yang ditulis oleh tim peneliti dari Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga menunjukkan hasil analisis keefektifan program pembentukan KP-ASI dan pelaksanaan program intervensi pada ibu hamil dan menyusui dalam meningkatkan perilaku ASI Eksklusif di Desa  Sugihwaras dan Sumbergede. Hasil analisis menunjukkan karakteristik masyarakat  dan rata-rata durasi program kedua desa cenderung sama. Desa Sumbergede berfokus pada kesiapan program pembentukan kader KP-ASI, sedangkan Desa Sugihwaras berfokus pada ibu menyusui dan suami. Analisis indikator keberhasilan program menyatakan Desa Sumbergede memiliki persentase ketercapaian 5,71% lebih tinggi. Analisis kelebihan dan kekurangan program menunjukkan Desa Sumbergede lebih berhasil dan memiliki keunggulan pada sumber daya di wilayahnya. Hasil penelitian ini harapannya dapat menjadi solusi alternatif bagi wilayah dengan karakteristik yang sama untuk ikut menyukseskan program ASI Eksklusif.

Penulis : Dewi Roudhotul Hasanah, Nuzulul Kusuma Putri, Andini Yulina Pramono 

Artikel asli dapat dilihat pada tautan berikut:

https://e-journal.unair.ac.id/JAKI/article/view/10415

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp