Kusta Saraf: Penyakit Kusta Tanpa Lesi Kulit

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi: Tirto.ID

Lepra atau kusta merupakan salah satu penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae. Diagnosis penyakit ini didasarkan pada satu atau lebih dari gejala klinis berikut ini yaitu hypesthesia di luka (dibandingkan dengan sisi yang lain), pembesaran saraf yang teraba, atau hapusan kulit positif M. leprae. Pure neural leprosy (PNL) merupakan salah satu manifestasi klinis lepra yang hanya menyerang saraf tanpa menimbulkan lesi kulit. PNL didiagnosis berdasarkan pembesaran saraf dan/atau nyeri tekan pada saraf yang dapat disertai dengan kelemahan atau paralisis/kelumpuhan atau kehilangan sensasi. Selain itu juga bisa disertai dengan kesemuatan atau parestesia.

Pure neural leprosy seringkali tidak terdiagnosis karena gejala awal diabaikan oleh pasien, kurangnya perhatian dokter, dan kurangnya kriteria untuk mendiagnosis PNL. Suatu penelitian mendapatkan 42 pasien yang didiagnosis dengan PNL hapusan kulitnya tidak terdeteksi M. leprae. Oleh sebab itu palpasi/meraba saraf, yaitu saraf akan membesar pada PNL, menjadi sangat penting untuk mendiagnosis PNL dan disertai gejal klinis sperti parestesia, kesemutan, dan nyeri pada saraf.

Insiden PNL dilaporkan sekitar 5,5% sampai 17,7%. Di India dilaporkan 4-8% sedangkan di Nepal, 8,7% dari 703 pasien baru lepra didiagnosis PNL. Keluhan utama pasien PNL yaitu paresthesia dan saraf yang paling sering terkena yaitu saraf motoris ulnaris dan saraf sensoris medinus. Meskipun pasien PNL tidak memiliki lesi di kulit namun biopsi kulit menunjukkan gambaran patologi lepra. Penelitian melaporkan 32,1% terjadi perubahan histopatologi kulit walaupun nampak normal di luar. Akan tetapi suatu penelitian menyebutkan bahwa 182 pasien (62%) akan memiliki satu atau dua lesi kulit dalam dua tahun setelah didiagnosis PNL.

Sebuah penelitian multicenter dari empat negara endemis lepra dilakukan untuk mengetahui demografi, prevalensi, dan keterlibatan saraf pada PNL. Data subjek yang digunakan berdasarkan data dari Treatment of Early Neurpathy in LEProsy trials (TENLEP) yang merupakan suatu uji klinis untuk mengetahui efikasi prednisolon untuk mengobati neuropati tahp awal atau mencegah neuropati pada neuropati subklinis. Subjek akan melakukan voluntary muscles testing (VMT) dan tes sensoris menggunakan monofilamen (MFT) kemudian jika menunjukkan hasil nerve function impairment (NFI) akan dimasukkan dalam kelompok clinical trial dan jika hasilnya normal dan memenuhi kriteria subclinical NFI akan dimasukkan dalam subclinical trial. Saraf yang akan di tes pada tangan yaitu saraf ulnaris, medianus, dan cutaneous radialis sedangkan saraf pada kaki yaitu saraf tibialis posterior dan saraf suralis.

Hasil dari penelitian ini yaitu 372 pasien yang berada dalam kelompok subclinical trial didiagnosis dengan neural leprosy atau kusta saraf. Seperti pada penelitian yang sebelumnya, saraf yang sering terkena pada kelompok subclinical trial adalah saraf ulnaris yang diikuti dengan saraf suralis. Begitu juga pada kelompok clinical trial, saraf ulnaris lebih sering membesar dan mengalami gangguan fungsi. Penelitian ini juga mendapatkan bahwa saraf ulnaris kanan lebih terganggu daripada saraf ulnaris kiri namun hasil ini berkebalikan dengan saraf poplitea lateralis.

Seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwa diagnosis PNL sulit dan belum ada definisi yang pasti dari WHO (World Health Organozation). Secara klinis, PNL didefinisikan sebagai pembesaran dan/atau nyeri tekan pada saraf perifer dengan/atau tanpa gangguan fungsi sensoris dan/atau motoris pada area yang seringkali terkait dengan lepra tanpa adanya lesi kulit lepra dan hapusan kulit yang negatif M. leprae. Saraf yang seringkali menjadi fokus dalam pemeriksaan klinis yaitu saraf auricularis mayor, cutaneous radialis, ularis, dan poplitea lateral. Gejala PNL ini mirip dengan neuropati diabetes sehingga semakin sulit untuk didiagnosis terlebih di Indonesia yang jumlah pasien diabetes cukup banyak hingga 5-10% dari populasi orang dewasa.

Pemeriksaan penunjang yang akhir-akhir ini menjadi berguna dalam menegakkan diagnosis penyakit saraf, termasuk untuk mengonfirmasi kusta saraf, yaitu sonografi. Akan tetapi ketersediaanya masih kurang sehingga penggunaannya menjadi terbatas. Untuk memulai terapi PNL tergantung pada saraf yang terlibat, keparahan gangguan fungsi, kontak dengan pasien kusta, dan juga hasil sonografi dapat menjadi pertimbangan.

Penulis : Cita Rosita Sigit Prakoeswa

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:

https://leprosyreview.org/article/92/1/20-20330

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp