Don Quixote yang Menyebalkan

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh ceknricek.com

Toko buku identik dengan etalase, deretan buku yang bertumpuk-tumpuk atau rak-rak tinggi yang biasanya tidak ramah bagi anak. Terlepas dari itu, biasanya dalam toko buku akan disisakan satu buah kolom kecil dalam etalase mapun raknya yang berisi kumpulan karya-karya sastra dunia dari berbagai belahan dunia. Tidak terkecuali Don Quixote.

Don Quixote sendiri merupakan salah satu karya sastra dunia yang pamornya cukup mentereng semenjak abad pertengahan. Kisahnya yang heroik, dan selayaknya sebagai sastra yang “agung”, Don Quixote menjadi pembawa pesan bagi sang moralis dalam melontarkan gagasan beserta kritik pada zamannya.

Secara tekstual, kelahiran Don Quixote oleh Miguel deCervantes terlihat banyak dipengaruhi oleh sudut pandang renaisans. Berdasarkan catatan sejarah bagaimana novel ini pertama kali muncul pada tahun 1605, pada masa itu belum dapat disebut sebagai masa renaisans, tetapi penting sekali untuk diketahui justru di masa-masa itulah embrio yang mendasarikelahiran renaisans mulai bertumbuh dan berkembang melalui tulisan-tulisan sastra. Maka, saya kira saya tidak berlebihan jika menilai bahwa Don Quixoteadalah salah satu anak zaman renaisans sebab ia juga tengah membawa semangat zamannya (Zetgeist).

El ingenioso hidalgo don Quixote de la Manchamerupakan judul asli novel yang menceritakan perjalanan seorang ksatria bernama Don Quixote, sehingga kemudian lebih dikenal sebagai Don Quixotesaja. Novel ini diterbitkan dalam dua volume dan tahun yang berbeda, yaitu pada tahun 1605 dan 1615. Konon katanya novel ini sebenarnya merupakan karya seorang sejarawan arab Sayid Hamid Benengali yang tulisannya ditemukan ia beli setelah melihat seorang pemuda menggadaikan sebundel kertas di toko, kemudian Miguel meminta kepada seorang moor untuk menerjemahkannya, kurang lebih itulah yang ditulis oleh Cervantes pada pembukaan novel Don Quixote volume kedua. Terlepas dari itu, El ingeniosohidalgodonQuixotedelaManchatelah diakui sebagai sebuah karya sastra yang luar biasa mengilhami pembentukan karakter, utamanya pada fiksi modern

Dorothea Rosa Herliany dalam opininya yang berjudul “Pentingnya Sastra di Sebuah Bangsa” yang dimuat di harian kompas (07/10/13) menyampaikan bahwa dunia mengukur peradaban suatu bangsa itu melalui sebuah novel yang ditulis para sastrawan. Beliau kemudian menjelaskan lebih lanjut bahwa melalui bacaan itulah orang dari berbagai negara bisa mengetahui watak dan jati diri manusia dalam sebuah bangsa secara lebih jujur dan utuh. Ada watak dan peristiwa di dalamnya.

Begitu pula dengan El ingeniosohidalgodonQuixotedelaManchasebagai sebuah saksi penting peristiwa yang menjadi catatan sejarah umat manusia, ia tidak sekedar menjadi saksi perekam peristiwa, tapi secara jujur Don Quixote juga berperan sebagai martir yang dipenuhi oleh kegilaan sebagaimana diungkapkan oleh Dea Anugerah dalam artikelnya di Tirto “Bagaimana Cervantes Menyiksa dan Mempermalukan Don Quixote?” (16/01/19). Dea menyitir beberapa pendapat mengenai prosesi Cervantes dalam mempermalukan tokoh fiksinya sendiri, Don Quixote. tapi di satu sisi karir kepengarangan Cervantes dalam melakukan kritik terbuka pada zamannya sangat perlu untuk diapresiasi. Yaitu dengan menghadirkan yang diperkenalkannya sebagai Sayid Hamid Benengali. Lebih lanjut, Dea menuturkan bahwa selain mereka tokoh Don Quixote, Cervantes juga mereka-reka tokoh yang diperkenalkannya sebagai Sayid Hamid Benengali. Mengapa tokoh tersebut dianggap sebagai rekaan ? berdasarkan uraiannya, kata Benengali atau yang berarti “terung” merupakan makanan yang cukup populer bagi komunitas muslim dan yahudi, sedangkan pada masa setelah kemunculan novelnya yang pertama, babi menjadi makanan yang populer untuk disantap dan dipaksakan untuk dikonsumsi kepada komunitas muslim – yang dipaksa memeluk kristen (moor) – yang masih tinggal. Sehingga kata Bengali pada karakter rekaan itu merujuk pada simbol kemarahan Cervantes atas konflik agama yang terjadi pada masa itu.

Lalu, bagaimana dengan kehadiran Don Quixote di Indonesia ? total sudah ada dua penerbit yang menerjemahkan karya ini ke dalam bahasa indonesia. pertama, Don Quijote dari La Mancha. Kedua, Petualangan Don Quixote. Novel yang pertama merupakan bentuk terjemahan atas novel aslinya yang diterjemahkan oleh Penerbit Obor. Sedangkan yang kedua merupakan ikhtisar atau ringkasan dari novel dua aslinya yang ada dua jilid. Saya berkesempatan membaca keduanya, tapi untuk novel yang kedua oleh sebab merupakan ikhtisar maka yang terbaca pun adalah sekedar rangkuman atas pembacaan orang lain. Maka saya berujar kepada teman saya sambil menunjuk buku yang kedua “cerita di buku itu kini menjadi sastra dunia yang menyebalkan”

Penulis: Muhammad Fuad Izzatulfikri

Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia FIB UNAIR

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp