Reaktivitas Serum Antibodi Helicobacter pylori di Tujuh Negara Asia Menggunakan Uji Kekeruhan Agregasi Lateks Otomatis

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Helicobacter pylori. Sumber: https://thearabhospital.com/

Helicobacter pylori adalah bakteri berbentuk spiral yang berkoloni di mukosa lambung, yang menyebabkan kanker lambung, kanker paling umum urutan keenam dan merupakan kanker urutan kelima penyebab kematian terkait kanker di seluruh dunia pada tahun 2020 (https://gco.iarc.fr/). Tingkat kejadian dan mortalitas kanker lambung tertinggi dilaporkan dari negara-negara di Asia Timur. Tingkat infeksi H. pylori menurun di negara Eropa dan Amerika Utara; namun, masih tinggi di lokasi lain. Di negara dengan angka kejadian kanker lambung yang tinggi seperti Korea dan Jepang, metode diagnostik untuk infeksi H. pylori telah berkembang.

Tes serologis antibodi anti-H. pylori banyak digunakan untuk proses skrining infeksi H. pylori. Tes non-invasif lebih disukai, dan sampel serum memiliki beberapa manfaat termasuk mudah dikumpulkan, membutuhkan prosedur persiapan yang singkat, dan relatif stabil untuk pembekuan dan pencairan sampel. Banyak jenis sistem deteksi berbasis ELISA dan kit immunokromatografi diproduksi dan dibandingkan dengan menggunakan sampel serum.

Salah satu uji antibodi H. pylori dengan menggunakan agregasi lateks telah diproduksi dan dievaluasi sebelumnya dengan menggunakan banyak antibodi (IgG, IgA, dan IgM) yang mengikat antigen H. pylori yang diperangkapkan pada latex. Konsep yang sama baru-baru ini digunakan untuk beberapa tes otomatis imunoturbidimetri Latex untuk mendeteksi serum antibodi anti-H. pylori. Sistem lateks high-throughput yang komersial ini semakin meningkat popularitasnya di negara Jepang.

Untuk patogen yang beragam secara genetik seperti H. pylori, keragaman antigen mungkin tercermin dalam deteksi serum antibodi terhadap H. pylori yang ada pada individu. Berdasarkan dari gambaran di atas, peneliti dari dari Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran, RSUD Dr. Soetomo, Universitas Airlangga bekerjasama dengan Universitas Oita, Jepang berhasil mempublikasikan hasil penelitiannya di salah satu jurnal Internasional terkemuka, yaitu Journal of Gastroenterology and Hepatology. Penelitian tersebut membahas mengenai evaluasi nilai antibodi anti-H. pylori pada 1.797 sampel serum yang diperoleh dari 7 negara di Asia menggunakan sistem lateks yang baru saja dikembangkan. Status infeksi ditentukan dengan kultur dan histologi (imunohistokimia) menggunakan sampel biopsi lambung dari individu yang sama. Nilai tes tersebut dapat dianalisis dengan menggunakan status infeksi H. pylori saat ini. Namun, ada bukti yang menyatakan bahwa sampel negatif H. pylori termasuk sampel infeksi sebelumnya yang secara tidak sengaja (alami) telah dieradikasi, diperoleh hasil berdasarkan pengamatan endoskopi dari beberapa pasien gastritis atrofi yang berpotensi mengalam risiko pada perkembangan neoplasma lambung dan kanker lambung. Oleh karena itu, peneliti juga membandingkan nilai tes dengan kriteria infeksi H. pylori dan dengan infeksi plus atrofi dengan kriteria yang dievaluasi, sehingga mempertimbangkan skrining yang efisien untuk pasien kanker lambung saat ini dan masa depan.

Hasil penelitian yang didapatkan dari penelitian ini adalah area di bawah kurva (AUC) dari ROC dari E-plate dan kurva Lateks adalah hampir sama, dan yang tertinggi berada di Vietnam. AUC Latex sedikit lebih rendah dari AUC pelat-E di negara lain, dan perbedaannya menjadi signifikan secara statistik di Myanmar dan kemudian yang terendah adalah negara Bangladesh. Untuk mempertimbangkan kasus infeksi pada masa lalu, dilakukan evaluasi terhadap atrofi. Sebagian besar AUC menurun menggunakan status atrofi ini sebagai evaluasi; akan tetapi, perbedaan antara kedua kit tidak signifikan di setiap negara tetapi pengukuran AUC Latex terlihat lebih baik saat menggunakan semua sampel. Nilai cut-off praktis adalah 3,0 U / mL di E-test dan 3,5 U / mL di tes Lateks.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah Kit dapat diaplikasikan di semua negara, tetapi direkomendasikan agar menggunakan kit baru dengan strain H. pylori regional untuk negara Myanmar dan Bangladesh. Penggunaan nilai cut-off yang lebih rendah dari nilai best cut-off penting jika dipergunakan untuk skrining pasien kanker lambung.

Informasi detail dari penelitian ini dapat dilihat pada artikel kami di Journal of Gastroenterology and Hepatology. Berikut link artikel:

https://onlinelibrary.wiley.com/doi/abs/10.1111/jgh.15467?af=R

Penulis: Muhammad Miftahussurur

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp