Biomarker Jantung sebagai Prediktor Risiko Keparahan dan Kematian pada Pasien COVID-19

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Slideshare

COVID-19 adalah infeksi akibat virus SARS-CoV2 yang pertama kali ditemukan di Wuhan, Cina, pada akhir tahun 2019. Hingga akhir tahun 2020, lebih dari 79 juta orang di seluruh dunia terinfeksi virus ini dan sekitar 1,7 juta di antara meninggal. Manifestasi klinis dari penyakit infeksi ini beragam, antara lain demam, batuk, kelelahan, nyeri otot, diare, dan pneumonia, yang dapat berkembang menjadi sindroma distres pernapasan akut dan komplikasi kerusakan berbagai organ. Meskipun sebagian besar kasus COVID-19 menimbulkan gejala ringan hingga sedang, sekitar 15% dapat berkembang menjadi infeksi berat yang mengancam jiwa.

Pasien COVID-19 dengan komorbid, contohnya hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung koroner, penyakit paru obstruktif kronis, dan penyakit ginjal, memiliki prognosis yang lebih buruk dan angka kematian yang tinggi dibandingkan pasien tanpa komorbid. Kerusakan jantung seringkali didapatkan pada pasien COVID-19. Penyakit kardiovaskular merupakan faktor komorbid yang dapat memperparah infeksi COVID-19. Hal ini dikarenakan interaksi antara SARS-CoV2 dengan sistem kardiovaskular pada berbagai level yang menimbulkan kerusakan dan disfungsi sel otot jantung. Untuk mencegah perburukan pasien COVID-19 ke arah derajat berat atau kematian serta mengetahui prognosisnya, diperlukan pemeriksaan biomarker tertentu sehingga pasien dapat ditangani lebih awal.

Kami menganalisis beberapa biomarker jantung seperti CKMB, troponin, BNP (B-type natriuretic peptide), NT-proBNP (N-terminal-pro hormone BNP), prokalsitonin (PCT), dan D-dimer dalam memprediksi risiko keparahan dan kematian  COVID-19 dengan cara penelitian menggunakan data sekunder, yaitu meta-analisis dari berbagai database jurnal. Kami mendapatkan sebanyak 29 studi terkait pengaruh berbagai biomarker tersebut terhadap keparahan dan kematian COVID-19. Secara total, kami mendapatkan 972 pasien COVID-19 derajat berat, 2.590 pasien COVID-19 derajat ringan-sedang, 1.386 kasus kematian dengan COVID-19 dan 4.577 kasus pasien COVID-19 yang bertahan hidup. Sebagian besar penelitian yang kami dapatkan berasal dari Cina, negara asal dari virus tersebut.

Dari meta-analisis yang kami lakukan, pasien dengan COVID-19 derajat berat memiliki kadar CKMB, PCT, NT-pro BNP, BNP, dan D-dimer yang lebih tinggi dibandingkan derajat ringan. Pasien COVID-19 yang meninggal juga memiliki peningkatan seluruh biomarker jantung (CKMB, troponin, PCT, NT-pro BNP, BNP, dan D-dimer) dibandingkan dengan yang bertahan hidup. Hal ini menunjukkan bahwa berbagai biomarker tersebut dapat menjadi faktor prediktor untuk memperkirakan prognosis pasien COVID-19. Dari berbagai biomarker tersebut, D-dimer memiliki nilai yang paling tinggi untuk risiko keparahan dan kematian pada COVID-19.

Mekanisme yang mendasari peningkatan biomarker jantung pada kasus COVID-19 berat di antaranya: (1) Perubahan kebutuhan oksigenasi sel jantung; (2) penyumbatan darah akibat peradangan dan infeksi virus; (3) Gangguan atau kerusakan pembuluh darah kecil; (4) menurunnya kekuatan jantung terkait stress; (5) badai sitokin; (6) toksisitas langsung oleh virus. Pelekatan antara virus SARS-CoV2 dan reseptornya juga dapat merangsang system imun tubuh dan menimbulkan badai sitokin. Pelepasan mediator kerusakan sel, radikal bebas, dan berbagai protein akan merusak berbagai organ termasuk jantung, sehingga biomarker jantung yang meliputi troponin dan CKMB akan meningkat. Peningkatan sitokin inflamasi juga akan meningkatkan kadar PCT. Tekanan pada dinding sel jantung juga akan memicu pelepasan NT-proBNP dan BNP. Kondisi hipoksia, distres napas, gangguan cairan/elektrolit, dan aktivasi sistem neurohormonal dapat memperburuk kondisi jantung, hingga menyebabkan gangguan irama jantung, bahkan kematian. Pada COVID-19 juga terjadi ketidakseimbangan antara pembekuan darah dan inflamasi, menyebabkan kondisi pembekuan darah yang berlebihan (hiperkoagulopati). Interaksi antara system imun dan pembekuan darah akan berakibat meningkatnya D-dimer. Melalui mekanisme di atas, dengan memeriksa berbagai biomarker jantung tersebut (CKMB, troponin, PCT, NT-pro BNP, BNP, dan D-dimer) pada infeksi COVID-19, diharapkan pemantauan pasien akan lebih baik dan dapat mencegah kemungkinan perburukan maupun kematian pada pasien COVID-19.

Penulis: Dr. Citrawati Dyah Kencono Wungu, dr., M.Si

Informasi lengkap artikel ini dapat dilihat di:

https://www.ijidonline.com/article/S1201-9712(21)00225-3/fulltext

Citrawati Dyah Kencono Wungu, Siti Khaerunnisa, Eka Arum Cahyaning Putri, Hanik Badriyah Hidayati, Ema Qurnianingsih, Lina Lukitasari, Ira Humairah, Soetjipto. Meta-analysis of cardiac markers for predictive factors on severity and mortality of COVID-19. International Journal of Infectious Disease, 105:P551-559. https://doi.org/10.1016/j.ijid.2021.03.008

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp