Bakti RSTKA untuk Bencana Banjir Bandang NTT

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

UNAIR NEWS – Rumah Sakit Terapung Ksatria Airlangga (RSTKA) kembali berlayar menuju Nusa Tenggara Timur (NTT) yang saat ini masih diterjang Banjir Bandang. Pada banjir bandang itu, dilaporkan sebanyak 148 orang meninggal dan sejumlah orang dinyatakan hilang per tanggal 8/4/2021.

Selain itu, bantuan untuk para pengungsi di sana masih terbatas, seperti makanan dan pelayanan kesehatan. Keterbatasan itu ditengarai karena beberapa pulau di sana juga terdampak banjir. “Dengan kehadiran RSTKA, kami berusaha masuk lebih dalam, ke pulau yang tidak bisa diakses kapal besar, dan memberikan bantuan,” ujar Dokter Agus Haryanto, Kepala Operasional RSTKA.

Dokter Agus, sapaannya, menyebutkan bahwa fokus utama dari RSTKA adalah pelayanan kesehatan. ”Terutama dalam kegiatan operasi, ya,” sambungnya.

Pasalnya, kegiatan operasi di pulau masih terbatas lantaran masalah keuangan, pengadaan infrastruktur kesehatan, dan kondisi geografis. Selain dalam bidang kesehatan, misi lain dari RSTKA adalah membantu pemulihan daerah yang terkena bencana seperti penyediaan pangan, pengelolaan air bersih, dan reboisasi.

“Apabila tidak ada hambatan, Sabtu pagi (10/4) kami sudah berangkat ke lokasi,” terang Agus. Kapal hanya membawa keperluan yang dibutuhkan oleh relawan seperti posko kesehatan, ruang sterilisasi, kamar operasi utama, dan dapur umum.

Selain itu, kapal juga membawa bantuan makanan, reaktor penjernihan air, dan bibit tanaman. Untuk relawan sendiri, Agus menyebutkan bahwa mereka akan naik pesawat menuju kota terdekat dari lokasi bencana, lalu dijemput.

RSTKA akan beroperasi di empat pulau yang direkomendasikan oleh Kepala Pusat Krisis Kementerian Kesehatan RI. Pulau tersebut antara lain Adonara, Lembata, Pantar, dan Alor. “Karena ada empat pulau, maka RSTKA membagi relawan yang tergabung dalam empat tim,” ujar Agus.

Satu tim terdiri atas 25 orang, baik itu dokter, perawat, dan relawan non medis. Kehadiran relawan RSTKA diharapkan dapat membantu tugas dari tenaga kesehatan, petugas, atau relawan yang sudah bekerja di lokasi.

Agus menyebutkan, pelayanan kesehatan oleh RSTKA diupayakan beroperasi kapan pun. “Namun hal itu juga harus disesuaikan dengan jumlah dan tenaga sumber daya kita,” ujarnya sembari menegak air mineral.

RSTKA juga akan memasang dua jenis unit penjernihan air, baik yang bisa dikonsumsi maupun tidak. Pengunaannya disesuaikan dengan kebutuhan dan alat filternya. Upaya lain yang dilakukan adalah penguatan kegiatan ekonomi melalui penanaman tanaman yang berproduktif, seperti sayur dan buah, serta bantuan dana sosial.

Tingginya aksi sosial yang diberikan oleh RSTKA ini tentunya tidak bisa terlepas dari campur tangan relawan dan donatur, baik yang berasal dari UNAIR dan lainnya maupun tenaga kesehatan dan bukan.

“Cinta dan perasaan untuk membantu orang-orang yang mengalami kesusuahan merupakan landasan mereka untuk membantu kapal ini,” ujar Dokter Agus dengan penuh penghayatan. Ia bersyukur, karena tanpa kehadiran mereka semua, kapal ini tidak bisa meneruskan kebaikan bagi mereka yang membutuhkan. Harapnya, mewakili RSKAT adalah semakin banyak orang yang ikut serta dalam kegiatan RSTKA, baik menjadi relawan atau ikut berdonasi. (*)

Penulis: M. Gita Jayanata 

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp