Krisis Lingkungan Pengaruhi Kesehatan Jiwa

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Prof. Yusuf saat memaparkan materi pada International Student Forum, FKp UNAIR (Foto: Adelya Salsabila Putri)

UNAIR NEWS – Bencana alam gempa bumi berkekuatan M 5,5 yang berpusat di Malang, Jawa Timur turut dirasakan oleh beberapa daerah disekitarnya pada Sabtu (10/4/2021). Gempa tersebut banyak menimbulkan kerugian, tak hanya kerugian material, namun juga kesehatan jiwa para korban. Usai bencana melanda, para korban selamat tak jarang mengalami trauma, ketakutan, dan syok akibat kehilangan keluarga, kerabat, serta tempat tinggal.

Prof. Dr. Ah Yusuf S, S.Kp., M. Kes, Dekan FKp UNAIR (Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga) mengatakan bahwa krisis lingkungan akibat bencana alam maupun ulah manusia dapat meningkatkan tekanan dan ketidaknyamanan yang memengaruhi kesehatan jiwa seseorang.

“Krisis lingkungan dapat disebabkan karena bencana alam maupun ulah manusia, hal tersebut dapat memaksa seseorang untuk mencari bantuan kepada terapis mental atau psikolog karena hal itu dapat menyebabkan depresi, amarah, dan memancing sikap sadisme,” paparnya di acara International Student Forum, FKp UNAIR, Sabtu (10/4/2021).

Severe mental disorder dan masalah psikososial merupakan kasus masalah kesehatan mental yang banyak terjadi pada masyarakat. Severe mental disorder merupakan bentuk gangguan dan kekacauan fungsi mental yang disebabkan oleh kegagalan mekanisme adaptasi dari fungsi-fungsi kejiwaan terhadap stimuli eksternal sehingga muncul gangguan pada struktur kejiwaan.

“Salah satu faktor psikologis yang memengaruhi perilaku individu adalah kondisi mental disorder atau kekalutan mental. Seperti skizofrenia yang merupakan bentuk gangguan dan kekacauan fungsi mental yang disebabkan oleh kegagalan reaksi mekanisme adaptasi dari fungsi-fungsi kejiwaan terhadap stimuli,” ujarnya yang juga sebagai dosen keperawatan jiwa itu.

Dari aspek masalah psikososial, krisis lingkungan menyebabkan gangguan ketidakmampuan berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya sehingga menyebabkan retardasi mental. Retardasi mental adalah keadaan perkembangan mental yang terhenti atau tidak lengkap yang ditandai oleh adanya keterbatasan keterampilan selama masa perkembangan sehingga berpengaruh pada semua tingkat intelegensia, seperti kemampuan bahasa, motorik, kognitif, dan sosial.

“Banyak masalah-masalah psikososial yang dihadapi oleh masyarakat pada kondisi krisis lingkungan, yaitu berduka, keputusasaan, ansietas, stres, depresi, ketidakberdayaan, koping tidak efektif, koping keluarga tidak efektif, dan sindroma post trauma yang menyebabkan retardasi mental,” ujarnya.

Lebih lanjut, ia menekankan bahwa kondisi lingkungan sangat berpengaruh pada kesehatan jiwa seseorang. Sebagai upaya penanggulangan, banyak diarahkan pada upaya kebutuhan sandang, pangan, dan papan yang merupakan bagian terpenting dalam merespon antisipasi timbulnya masalah mental emosional masyarakat.


Kerja sama antara pemerintah dan organisasi non-pemerintah baik nasional maupun internasional, pusat komunitas, keluarga, dan tenaga kesehatan merupakan hal yang esensial untuk penanganan kesehatan jiwa yang baik dan efektif. Adanya kesinambungan program, pertukaran informasi, dan saling kerja sama diantara badan tersebut dapat mencegah tumpang tindihnya pelaksanaan program penanggulangan krisis lingkungan.


UNAIR sebagai Universitas terbaik di Indonesia selalu ikut berpartisipasi ketika ada bencana alam sebagai bentuk implementasi tri darma perguruan tinggi.

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp