Bioremediasi Limbah Pabrik Gula Menggunakan Mikroba Indigenous

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi Mikroba Indigenous. (Sumber: UI)

Industrialisasi, seperti aktivitas manusia lainnya yang berdampak pada lingkungan, seringkali mengakibatkan pencemaran dan degradasi. Pencemaran tersebut akan menurunkan keanekaragaman hayati perairan. Air limbah dari industri gula merupakan salah satu yang memiliki karakteristik kompleks dan dianggap sebagai tantangan bagi insinyur lingkungan dalam hal pengolahan dan pemanfaatannya. Air limbah dari pabrik gula berkontribusi terhadap peningkatan bahan organik di lingkungan perairan. Seluruh bahan kimia ini, dengan satu atau lain cara, akan meningkatkan materi organik di lingkungan air, padatan terlarut, dan materi tersuspensi.

Alternatif pengolahan limbah yang saat ini menggunakan jasa mikroorganisme dikenal juga dengan bioremediasi. Bioremediasi adalah proses di mana agen mikrobiologi bermanfaat, seperti bakteri, digunakan untuk membersihkan tanah dan air yang terkontaminasi. Ini didefinisikan sebagai eliminasi, atenuasi atau transformasi zat pencemar atau kontaminasi dengan penerapan proses biologis. Pemanfaatan mikroorganisme dapat mengurai sampah organik menjadi senyawa organik yang lebih sederhana, dengan cara mengubah senyawa organik menjadi bentuk karbondioksida (CO2), metana (CH4), hidrogen (H2), dan hidrogen sulfida (H2S), dan air (H2O) dan energi yang ditujukan untuk proses pertumbuhan dan produksi. Sampah organik mengandung minyak dan lemak, karbohidrat, protein, hidrokarbon, dan fenol. Umumnya sampah organik mudah terurai atau terdegradasi oleh mikroorganisme.

Karakterisasi komunitas mikroba indigenous dalam hal keanekaragaman, potensi metabolik, dan respon (perubahan komposisi komunitas) terhadap agen bio-stimulator sangat penting untuk pengembangan teknologi bioremediasi. Namun, keberhasilan bioremediasi secara in situ dengan menggunakan mikroorganisme asli masih sangat dibatasi oleh tingkat unsur hara yang tidak tepat atau peristiwa kondisi fisikokimia keduanya (suhu, pH, kadar air, dan ketersediaan unsur hara) yang terjadi di lokasi yang tercemar.

Penelitian terbaru disajikan oleh kolaborasi peneliti Universitas Brawijaya dengan Universitas Airlangga yang mengidentifikasi dan mengkarakterisasi bakteri indigenous pada limbah cair pabrik gula yang berperan sebagai agen bioremediasi. Penelitian tersebut memberikan sebuah peluang optimalisasi bioremediasi menggunakan bakteri yang tepat karena bakteri tersebut telah ada dalam limbah itu sendiri. Dengan identifikasi ini, bakteri kandidat yang telah didapat dapat dikultur dan diperbanyak untuk mempercepat atau memaksimalkan proses bioremediasi limbah tersebut secara tepat dan spesifik.

Penulis: Veryl Hasan

Artikel lengkapnya dapat dilihat pada link berikut ini,

http://www.ukm.my/jsm/pdf_files/SM-PDF-50-2-2021/1.pdf

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp