Webinar RSUA dan The University of Manchester Bahas Lebih Dalam Badai Sitokrom

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Pemberian Sambutan Webinar Current Progress & Emerging Strategies In The Treatment of Cytokine Storm and Difusse Microthrombosis of Covid-19 oleh Prof. Dr. Nasronuddin, dr., Sp.PD-KPTI., FINASIM, direktur Rumah Sakit Airlangga. (Foto: SS Zoom)

UNAIR NEWS – Rumah Sakit Universitas Airlanga (RSUA) bekerja sama dengan The University of Manchester menggelar seminar bertajuk “Current Progress & Emerging Strategies In The Treatment of Cytokine Storm and Difusse Microthrombosis of Covid-19” pada Sabtu (03/04). Dalam kesempatan tersebut, para pemateri berbagi tentang perkembangan pengobatan terkini mengenai Covid-19 terutama pada bidang kardiovaskular.

Webinar yang dihadiri oleh lebih dari 370 partisipan itu terbagi menjadi dua sesi, hadir sebagai narasumber pada sesi pertama, Prof. Delvac Oceandy, MD., PhD. dari The University of Manchester, Prof. Dr. Budi Susetyo Pikir, dr., Sp.PD., Sp.JP., FIHA., FAsCC., dan Dr. Soedarsono, dr.,Sp.P(K)., dari RSUA. Sementara pada sesi kedua, hadir sebagai narasumber, Prof. Dr. Nasronuddin, dr., Sp.PD-KPTI., FINASIM., Dr. Urgoseno, dr., Ph.D., Sp.PD-KHOM., FINASIM., dan M.Yusuf, dr., PhD., Sp.JP(K)., FIHA., FESC., FAsCC. dari RSUA. 

Sesi pertama dibuka dengan sepatah dua kata oleh Wiwin Is Effendi, dr., Ph.D., Sp.P(K)., FAPSR. selaku moderator. Dilanjutkan dengan pemateri pertama, Prof. Delvac. Pada kesempatan ini, Prof. Delvac memaparkan tentang pentingnya studi genetik untuk Covid-19.

“Studi genetik untuk Covid-19 ini sangat penting. Dari studi ini kita dapat mengidentifikasi risiko-risiko tinggi dari tiap individu, lebih mengerti tentang penyakit itu sendiri, dan juga dapat mengidentifikasi target terapi baru, termasuk badai sitokin,” jelasnya.

Badai sitokin dapat menyebabkan kerusakan multiorgan, terutama pada paru. dr. Budi menyampaikan bahwa banyak pasien yang meninggal dikarenakan badai sitokin tersebut. Banyak terapi yang telah diterapkan antara lain, SCD (Selective Cytopheretic Device), CYTOSORB (Extracorporeal Cytokine Hempadsorption Device), hsACE2, terapi stem cell, terapi secretome. Menurut dr. Budi dari banyaknya terapi tersebut, secretome merupakan terapi yang paling aman.

Pada akhir sesi pertama, dr. Soedarsono memaparkan tentang CARDS (Covid-19 associated ARDS) yang sebenarnya memiliki definisi yang sama dengan ARDS (Sindrom distres pernapasan akut) pada umumnya. Terapi pada CARDS harus meliputi proteksi ventilasi paru, prone positioning, restrictive fluid management, pemberian antikoagulan, dan terapi-terapi pada komplikasi infeksi.

Sebagai pembicara pertama di sesi kedua, Prof. Dr. Nasronuddin, dr., Sp.PD-KPTI., FINASIM. menyampaikan bahwa badai sitokin diakibatkan karena tidak terkendalinya produksi sitokin pada penderita Covid-19. Hal ini dapat membuat keadaan pasien menjadi lebih buruk.  Selain yang disampaikan dr. Budi pada sesi pertama, untuk menghambat badai sitokin dapat juga dilakukan target inhibisi pada pada obat-obat inhibitor IL-6, IL-1, maupun kortikosteroid.

“Kami di Surabaya kini tengah meneliti stem cell dari tubuh pasien itu sendiri. Kami juga telah melakukan plasma exchange, immonuglobulin intravena, dan convalescent plasma,” tukas Prof. Nasronuddin.

dr. Urgoseno pada penjelasannya mengatakan bahwa, Covid-19 merupakan penyebab baru terjadinya VTE (Venous Thromboemboli). Antikoagulan diberikan sebagai prevensi terhadap VTE, dan paling terpenting adalah mengurangi morbiditas serta kematian pada pasien Covid-19. Biasanya pasien diberikan antikoagulan selama tiga bulan penuh, tambah dr.Yusuf. 

Sampai saat ini banyak para ahli yang meneliti Covid-19, baik pada studi genetik, badai sitokrom itu sendiri, hingga peran antikoagulan terhadap pasien. (*)

Penulis: Alysa Intan Santika

Editor: Nuri Hermawan

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp