Prodi Kedokteran Hewan UNAIR Banyuwangi Tangani Paus Orca Tedampar

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Kondisi Paus Orca (Orcinus orca) yang terdampar di perairan Bansring, Wongsorejo, Banyuwangi. (Foto: Istimewa)

UNAIR NEWS –Paus Orca (Orcinus orca) ditemukan terdampar di perairan Bansring, Wongsorejo, Banyuwangi pada Sabtu (03/04/2021). Kehadiran paus pembunuh atau killer whale ini baru pertama kali dilaporkan di perairan Banyuwangi. 

Paus Orca adalah spesies terbesar dari keluarga lumba-lumba. Sebenarnya paus ini tergolong sebagai lumba-lumba. Namun, karena ukurannya yang sangat besar dibanding lumba-lumba lain, banyak yang menyebutnya sebagai paus. Spesies ini ditemukan di seluruh samudera, dari kawasan dingin seperti Arktik dan Antarktika hingga kawasan bersuhu hangat. 

Kondisi paus yang sudah mati mengaharuskan tim dari Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Denpasar, Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) Banyuwangi dan Prodi Kedokteran Hewan Universitas Airlangga (UNAIR) di Banyuwangi untuk melakukan identifikasi penyebab kematian Paus orca tersebut. Dari hasil pengukuran, Paus Orca berjenis kelamin jantan ini memiliki panjang 6,1 meter, dan lingkar badan 2,4 meter.

Aditya Yudhana, drh., M.Si., selaku dosen Prodi Kedokteran Hewan UNAIR Banyuwangi menyebut bahwa perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk mengetahui penyebab kematian mamalia laut ini.

“Saat dilakukan nekropsi, paus tersebut tidak didapati sampah plastik atau kail di dalam tubuhnya, namun ada pendarahan di dalam usus luka luar di bagian tubuh kemungkinan terkena benda benda tajam,” ujar dokter Adit.

Dokter Adit menegaskan bahwa kita belum bisa konfirmasi apakah itu penyebab utamanya, karena kita harus kaitkan dengan parameter yang lain dulu. 

““Untuk mengetahui penyebab kematian paus termasuk pendarahan dalam usus masih menunggu hasil sampel yang akan diuji di laboratorium, perlu waktu untuk menunggu hasil uji labnya selesai semuannya, baru itu nanti bisa kita putuskan,” imbuhnya.

Lebih lanjut, dokter adit menjelaskan bahwa dari kondisi paus yang demikian, ada dua kemungkinan yaitu navigasi yang salah dan behaviour mencari makan. 

“Kalau kita lihat arah migrasinya, paus ini adanya di wilayah Australia, itu pun yang bagian selatan. Lha ini kok bisa sampai ke sini? Kita perlu identifikasi dulu apakah itu memang murni karena sakit, artinya ada perlukaan di organ bagian dalam. Atau, memang ada fungsi navigasi yang terganggu akibat perubahan iklim ataupun mungkin aktivitas kontaminasi yang ada di perairan laut ini,” pungkasnya. (*)

Penulis: Muhammad Suryadiningrat

Editor: Nuri Hermawan

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp