Kiat “Life After Campus” ala Mahasiswa UNAIR

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Kegiatan Konsultasi Online Life after campus : Setelah sarjana, mau kemana?. (Foto: SS Zoom)

UNAIR NEWS – Kehidupan pasca kampus seringkali dianggap sebagai sesuatu yang menyeramkan. Karena dihadapkan dengan tantangan-tantangan yang kemudian membuat seseorang cenderung merasa panik dan khawatir dalam memikirkan bagaimana kehidupannya setelah lulus sarjana nanti. 

Mengenai hal itu, Serius Miliyani Dwi Putri, S.K.M, mahasiswa penerima beasiswa LPDP, yang saat ini sedang menempuh studi S2 Epidemiologi Kedokteran Tropis di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, memaparkan tantangan dan kiat-kiat dalam mempersiapkan kehidupan pasca kampus. Paparan itu, disampaikan lewat kegiatan Konsultasi Online yang di selenggarakan oleh Jago Preventif melalui Zoom meeting (20/3/2021).

“Pada umumnya, ada 4 tantangan yang akan dihadapi pada pasca kampus nanti, meliputi kebingungan harus memilih antara kerja, menikah, atau lanjut studi. kemudian tingkat kepercayaan diri yang menurun karena pencapaian teman yang lebih dulu sukses sedangkan diri sendiri masih belum tau apa yang ingin dituju, persaingan yang begitu ketat, hingga memicu stress dan keputusasaan karena tak kunjung mendapatkan pekerjaan yang sesuai,” jelas mahasiswa yang akrab di sapa Mili tersebut.

Tidak hanya itu, ia juga menjelaskan bahwa beberapa tantangan dapat teratasi jika mimpi-mimpi tersebut sudah direncanakan sedari awal, karena kunci utamanya tetap “life-plan”. Hal-hal yang perlu di persiapkan sebelum menghadapi pasca kampus, sambungnya, yaitu mengidentifikasi tujuan yang sebenarnya ingin dicapai, upgrade wawasan dan jangan ragu keluar dari zona nyaman, serta mulai menyusun CV untuk mengetahui kapasitas diri.

“Hidup adalah pilihan. Meskipun pilihan ini seringkali membingungkan, namun selesaikan apa yang sudah di mulai. Sebelum membuat pilihan ada baiknya untuk menentukan visi hidup. Visi ini tidak bersifat permanen karena pemikiran bisa berkembang, coba peka terhadap diri sendiri, gali pengalaman dan cara pandang orang lain tentang kehidupan untuk membuka wawasan,” lanjutnya.

Mili yang juga merupakan Founder Bagimili Institute, mengungkapkan bahwa semua pilihan pasti memiliki resiko. Siapapun yang memiliki mimpi pasti pernah merasakan ragu, yang bisa menjadi penghalang terbesar mimpinya. Ragu itu, tandasnya, harus dikenali dan tidak perlu dihindari.

“Agar ketika di masa depan berhadapan lagi dengan ragu maka bisa handling, begitupun dengan perasaan sedih dan kecewa. Perasaan ini adalah sebuah kewajaran. Tak ada keberanian tanpa rasa takut, karena setiap pemberani pasti mengalami sedikit ketakutan,” ungkapnya.

Pada akhir, ia menyampaikan bahwa pilihan yang terbaik adalah saat mengetahui dan siap menghadapi kemungkinan terburuk yang terjadi. Ia juga menegaskan bahwa kata gagal tidak ada, hanya saja kurang mempersiapkan. Mili adalah salah satu orang yang membuktikan bahwa apa yang telah ia jalani saat ini adalah apa yang ia rencanakan 8 tahun lalu. 

“Terkadang yang membuat mimpi kita tidak tercapai adalah karena kita tidak percaya dengan kemampuan kita. Tetap percaya apapun yang diupayakan akan kembali ke diri sebagai kebaikan. Jangan  menyerah, karena hal baik butuh waktu. Berdirilah diatas kaki sendiri. Rencanakan mimpi dengan sebaik-baiknya. Semangatlah anak muda, anak muda besar karena tekadnya,“ tutupnya.

Penulis : Athiya adibatul wasi

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp