Hubungan Antara Mikrobiota Usus dengan Keadaan Attention-Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Sumber: https://www.smc-hospital.com/

Hubungan Gut-Brain Axis (GBA) sangat banyak diteliti dalam satu dekade terakhir. Hubungannya yang mungkin dapat menjelaskan banyak kelainan psikiatrik melalui keadaan usus menjadi sebuah bidang yang sangat menarik untuk dikaji lebih dalam. Beberapa penelitian mengenai hubungan mikrobiota dengan kondisi psikiatrik seperti gangguan depresi mayor (GDM), autism spectrum disorder (ASD), skizofrenia sudah banyak dilakukan. Sedangkan, untuk hubungannya dengan ADHD masih belum terlalu dibahas secara luas. Namun, diketahui bahwa ADHD juga dipengaruhi oleh lingkungan mikrobiota usus dan sebaliknya, keadaan mikrobiota usus juga mampu mempengaruhi gejala-gejala yang ditimbulkan pada kondisi ADHD. 

Attention-Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) merupakan kelainan dengan gejala inatensi, hiperaktif, dan impulsif yang sering ditemukan baik di anak-anak maupun dewasa. ADHD ini menimbulkan banyak sekali beban, baik dari segi ekonomi, psikososial, dan kultural. Estimasi prevalensi ADHD di dunia sendiri sebesar 7.2% pada anak-anak usia di bawah 18 tahun. Prevalensi ini terus meningkat setiap tahunnya dengan jumlah laki-laki lebih banyak di banding perempuan. 

Ketidakseimbangan mikroba dikenal dengan disbiosis diketahui disebabkan karena peningkatan mikroba yang dapat menyebabkan keradangan dan merusak keadaan usus. Hal ini dapat menyebabkan translokasi mikroba yang dapat menyebabkan keradangan sistemik. Keradangan sistemik ini dapat menyebabkan masalah pada otak, termasuk ADHD yang mengalami peningkatan beberapa sitokin pro-inflamatori. 

Terdapat tiga hal yang mungkin dapat menjelaskan hubungan antara mikrobiota usus dengan kondisi ADHD. Pertama, genus Bifidobacterium ditemukan meningkat pada kondisi ADHD, namun ditemukan menurun pada kondisi ADHD yang diberi nutrisi mikro. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian nutrisi mikro dapat memodulasi jumlah genus ini. Genus ini juga diketahui merupakan produsen gamma-aminobutyric acid (GABA)⎯ neurotransmitter yang dikatakan mungkin memiliki hubungan dengan terjadinya kondisi ADHD. Penurunan genus Bifidobacterium ini berbanding lurus dengan penurunan skor diagnosis ADHD (skor ADHD-IVRS). Yang kedua, genus Dialister ditemukan secara signifikan menurun pada ADHD yang tidak pernah diobati, tetapi meningkat pada ADHD yang sudah pernah diobati. Genus ini juga mampu meningkatkan jumlah GABA. Yang terakhir, genus Faecalibacterium ditemukan menurun pada kondisi ADHD. Genus ini diketahui memiliki efek anti-radang, sehingga jika genus ini jumlahnya menurun maka produksi sitokin pro-inflamatori akan berlebihan. Sudah diketahui bahwa peningkatan sitokin pro-inflamatori merupakan salah satu hal yang memicu terjadinya ADHD. 

Studi lebih lanjut masih diperlukan untuk mengetahui lebih dalam mengenai hubungan mikrobiota usus dengan ADHD karena belum adanya konsensus yang menunjukkan mikrobiota mana yang benar-benar berkorelasi dengan ADHD. Dan masih perlu diperhatikan efek-efek eksternal yang dapat mempengaruhi hasil dalam penelitian seperti pola diet, kondisi psikiatrik yang lain, kondisi sakit lain, konsumsi prebiotik/ probiotik/ antibiotik, dan pengaruh berat badan karena hal-hal ini dapat mempengaruhi kondisi mikrobiota usus secara langsung maupun tidak langsung.

Penulis: Alverina Cynthia Sukmajaya

Artikel lengkapnya dapat dilihat pada link berikut ini,

https://annals-general-psychiatry.biomedcentral.com/articles/10.1186/s12991-02100330-w

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp