Santri sebagai Kekuatan Baru Dalam Penanggulangan Stunting

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi santri Indonesia. (Sumber: itsacid)

Siapa yang tidak mengenal kata santri? Hampir kita semua akrab dengan kata itu. Sejarah kata “santri” ternyata ada beberapa versi. Salah satunya meyakini istilah itu berasal dari bahasa Sanskerta. Ketika kita menelisik kedalam  Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata “santri” setidaknya mengandung dua makna. Arti pertama adalah orang yang mendalami agama Islam, dan pemaknaan kedua adalah orang yang beribadah dengan sungguh-sungguh atau orang yang saleh. Santri selama ini digunakan untuk menyebut orang-orang yang sedang atau pernah memperdalam ajaran agama Islam di pondok pesantren. Kata “pesantren” oleh sebagian kalangan diyakini sebagai asal-usul tercetusnya istilah “santri.”

Sebagai pembelajar tentunya santri akan mendapatkan ilmu yang bermanfaat, baik untuk dirinya ataupun untuk masa depan mereka. Tentunya hal ini membutuhkan sebuah perhatian yang sangat besar sehingga santri tidak akan berhadapan dengan masalah di kemudian hari. Santri kebanyakan hidup di dalam pondok pesantren dan tentunya mereka berhadapan dengan masalah Kesehatan. Penyakit yang biasa ditemukan di pondok pesantren berupa penyakit kulit, Diare, DBD, Malaria, ISPA, TBC. Banyak hal yang menyebabkan santri berhadapan dengan hal itu antara lain adalah masalah sanitasi, ruangan dan bangunan, serta perilaku masyarakat di pesantren.

Santri sebagai penggerak utama pesantren memiliki potensi besar untuk ditingkatkan perannya. Masalah Kesehatan merupakan masalah utama tetapi bisa diselesaikan apabila semua masyarakat mau bergerak. Begitu juga masalah Kesehatan di pondok pesantren. Diharapkan pesantren melalui santri dan pesantren sebagai organisasi dapat berperan serta dalam memperbaiki kesehatan lingkungannya sendiri pada awalnya. Dengan mengubah perilaku dan menambahkan kemampuan santri diharapkan santri akan mempunyai kekuatan dalam meningkatkan Kesehatan masyarakat. Karena kalau santri sehat akan berprestasi dan akan menjadi penggerak menuju sehat di keluarga maupun di masyarakat.

Stunting saat ini masih menjadi isu kesehatan yang besar di Indonesia. Akan tetapi  selama ini isu ini hanya dianggap sebagai ranah orangtua atau pasangan yang ingin memiliki anak, beberapa pihak menganggap tanggung jawab akan anak muncul Ketika seseorang sudah menikah yang notabene akan melanjutkan keturunan. Anggapan ini harus segera diganti, penyiapan generasi bukan Ketika pembuahan akan dilakukan saja, tetapi harusnya pencegahan stunting disiapkan mulai generasi sebelumnya. Sudah saatnya remaja dilibatkan dalam program pencegahan stunting, karena suatu saat remaja akan memasuki fase pernikahan dan siap untuk melanjutkan keturunan.

Fokus program pencegahan stunting yang selama ini dilakukan adalah penyuluhan bagi pasangan pranikah sehingga setelah menikah mereka memahami mengenai pola makan sehat bagi anak dan keluarga. Stunting merupakan siklus yang tidak hanya dimulai sejak kehamilan, tapi juga masa anak-anak dan remaja. Siklus ini sesuai alur kehidupan, kita bisa memperbaiki keadaan dengan memperbaiki siklus ini dimulai sejak remaja putri. Pemikiran ini menempatkan masalah stunting menjadi perhatian sejak remaja.

Remaja bisa dimulai dengan kesadaran agar mereka menjaga asupan gizinya, karena mereka adalah calon orangtua. Dari hasil Riset Kesehatan Dasar 2018, masih banyak remaja yang ada dalam kondisi kurus dan sangat kurus. Selain itu, remaja putri di Indonesia juga banyak yang mengalami anemia defisiensi zat besi. Kondisi itu diperburuk dengan tingginya angka pernikahan di usia remaja. Memperbaiki remaja bisa melalui banyak jalur baik informal maupun formal. Penguatan media dalam membawa pesan harus diperhatikan, seperti kita memperkuat institusi dimana remaja berada seperti sekolah, karang taruna, maupun pondok pesantren.

Pondok pesantren sebagai organisasi yang banyak remaja sebagai anggotanya bisa dioptimalkan dalam penanggulangan stunting. Menyiapkan santri yang sehat dan mengetahui bagaimana stunting dapat dicegah tentunya bisa menjadi solusi yang baik dalam pencegahan stunting. Santri yang saat ini merupakan pembelajar, suatu saat mereka akan memasuki fase untuk bertemu dengan masyarakat secara umum, atau bahkan mereka akan memasuki fase untuk menikah dan melanjutkan keturunan. Dengan membekali santri pengetahuan yang berguna dalam pencegahan stunting tentunya kita seperti sudah membekali generasi yang akan dating senjata untuk melawan serangan stunting.

Santri selain dibekalu ilmu agama akan mempunyai bekal yang mulia dalam masalah Kesehatan pada umumnya dan pencegahn stunting pada khususnya.  Santri tidak hanya menjadi masyarakat saja, Sebagian dari mereka akan meneruskan kewajiban berdakwah di masyarakat. Dengan mempunyai pengetahuan yang bagus tentang Kesehatan tentunya mereka akan menyisipkan pesan Kesehatan ini pada saat mereka menyebarkan ilmunya. Pemikiran yang bagus ini tentunya masih membutuhkan dukungan banyak pihak agar benar terwujud. Memperkuat santri melalui pondok pesantren dengan mengintegrasikan pencegahan stunting dan Kesehatan tentunya akan menempatkan negara ini menjadi kuat dam melek tentang pesan Kesehatan. Dengan kondisi seperti ini maka generasi selanjutnya akan kita selamatkan dari ancaman stunting.

Penulis: Pulung Siswantara

Artikel lengkapnya dapat dilihat pada link berikut ini,

http://www.sysrevpharm.org/index.php?mno=10589

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp