Potensi Daun Srikaya sebagai Terobosan Terapi Melawan Virus DBD

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh SehatQ

Penyakit demam berdarah (DBD) adalah penyakit infeksi virus yang ditularkan melalui nyamuk di daerah subtropis dan tropis. Sekitar 350 juta kasus dilaporkan secara global dan lebih dari 2,5 miliar orang berisiko tinggi. Indonesia merupakan negara tropis dan rumah bagi nyamuk vektor jenis virus dengue (DENV), Aedes aegypti, dan Aedes albopictus. Infeksi ini disebabkan oleh empat serotipe DENV (DENV-1 hingga DENV-4) yang termasuk dalam famili Flaviviridae. Sampai saat ini, belum ada antivirus yang efektif untuk penyakit dengue. Namun, vaksinasi kini telah diujicobakan di banyak negara endemik termasuk Indonesia dan masih belum menghasilkan sebuah solusi yang tepat. Di sisi lain, Indonesia merupakan negara besar di Asia Tenggara dan memiliki keanekaragaman tumbuhan yang tinggi di dunia. Ada lebih dari 5.000 tanaman obat yang tersedia di sekitar kita. Konsekuensinya, tanaman obat dimanfaatkan oleh penduduknya dalam menyembuhkan berbagai penyakit. Ditemukan tanaman obat untuk senyawa antivirus, seperti Amaryllidaceae, Annonaceae, Euphorbiaceae, dan banyak tanaman lainnya.

Namun, tidak ada antivirus atau vaksin yang efektif tersedia untuk penyakit DBD. Saat ini, penggunaan jamu tradisional untuk mengatasi berbagai penyakit semakin meningkat secara global. Tanaman obat merupakan sumber potensial untuk pengembangan obat antivirus baru. Tanaman menghasilkan varian komposisi kimia yang berpotensi mencegah replikasi virus dan sumber daya yang memungkinkan untuk mengendalikan infeksi virus. Tumbuhan telah dijelaskan memiliki aktivitas antivirus pada manusia dan hewan. Selain itu, anggota famili Annonaceae, Zingiberaceae, Cucurbitaceae, Fabaceae, Myrtaceae, Caricaceae, Meliaceae, Poaceae, Acanthaceae, Euphorbiaceae, Halymeniaceae, Piperaceae, dan banyak famili lainnya telah dilaporkan sebagai antivirus dengue. Daun srikaya mengandung beberapa bahan aktif seperti fitosterol, flavonoid, alkaloid, saponin, glikosida, senyawa fenolik, dan tanin yang memiliki sifat terapeutik seperti antikanker, antioksidan, antidiabetes, antimikroba, antivirus, anti inflamasi, dan antimelanogenik. Namun, tidak ada laporan tentang daun srikaya yang memiliki efek antivirus terhadap DENV. Oleh karena itu, riset kami memiliki tujuan untuk menyelidiki efektivitas daun srikaya terhadap DENV-2 yang diisolasi dari Surabaya, Indonesia pada tahun 2013.

Menariknya, dalam penelitian kami yang menggunakan isolat DENV-2 (NCBI: KT012513), diperoleh dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh tim Dengue Lembaga Penyakit Tropis Universitas Airlangga. Lebih lanjut, DENV-2 memiliki rasio keparahan penyakit yang lebih tinggi dibandingkan serotipe lain (DENV-1, DENV-3, dan DENV-4) di Brazil. Baru-baru ini, infeksi sekunder DENV-2, DENV-3, dan DENV-4 meningkatkan risiko infeksi dengue yang berat di Asia Tenggara. Sebuah riset juga menyatakan bahwa proliferasi in vitro DENV-2 sudah terstandarisasi. Selain itu, kami membuat pemodelan filogenetik molekuler dan visualisasi pohon dengan menerapkan perangkat lunak Molecular Evolutionary Genetics Analysis X (MEGA X) ke metode kemungkinan maksimum berdasarkan gen envelope glikoprotein dari Indonesia dan negara lain. Pohon filogenetik divalidasi dengan melakukan analisis dengan model Tamura-Nei.

Kami menemukan bahwa bahwa daun srikaya menghambat DENV-2 dalam sel Vero dengan IC50: 73.78 μg/mL, CC50: 331.54 μg/mL, dan SI: 4.49. Selanjutnya, kami menguji daun srikaya pada berbagai konsentrasi dan kami mengamati bahwa daun srikaya yang rendah menunjukkan efek sitotoksik pada semua konsentrasi yang dievaluasi (viabilitas >50%). Dalam penelitian ini digunakan berbagai konsentrasi ekstrak, yaitu 200, 100, 50, 25, 12,5, dan 6,25 μg/mL. daun srikaya menunjukkan penurunan replikasi DENV-2, pada konsentrasi terendah (6,25 µg/mL) menunjukkan aktivitas anti-DENV-2. Temuan kami menunjukkan bahwa daun srikaya menunjukkan tindakan antivirus konsekuensial terhadap DENV-2 dalam sel Vero. Selain itu, penelitian ini menyarankan bahwa aktivitas antivirus utama daun srikaya dimungkinkan sebagai akibat dari aksinya terhadap tahap replikasi virus intraseluler menggantikan tahap awal urutan replikasinya seperti masuknya virus. Namun demikian, kerangka kerja yang lengkap dari aktivitas yang harus ditemukan untuk pengobatan anti-DENV. Penyelidikan lebih lanjut mungkin menerapkan model yang sesuai, misalnya sel manusia yang dikultur.

Sebelumnya telah diungkap efek sitotoksik nanopartikel berbasis kitosan daun srikaya terhadap sel kanker serviks (HeLa) dengan nilai IC50 sebesar 344,48 μg/mL. Meskipun ada banyak penelitian tentang efek biologis daun srikaya, hanya dua laporan yang menunjukkan efek antivirus terhadap HIV dan virus flu burung. Mekanisme penghambatan ekstrak dilakukan dengan cara mengganggu perlekatan dan mengurangi replikasi virus. Flavonoid tersebut diduga memiliki mekanisme mengganggu replikasi virus dengan melakukan penghambatan enzim pada virus yang mengakibatkan sintesis blokade RNA virus. Penelitian ini membantu pembentukan penemuan antivirus baru dari komposisi bioaktif yang sangat diperlukan untuk menghasilkan obat antivirus dengan efikasi lebih baik dan tidak toksik.

Penulis: Teguh Hari Sucipto, Arif Nur Muhammad Ansori, dkk.

Judul Artikel: Novel Antiviral Investigation of Annona squamosa Leaf Extract against the Dengue Virus Type-2: In vitro Study

Informasi detail tentang artikel ilmiah ini dapat dilihat di: https://www.phcogj.com/article/1382

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp