Pakar UNAIR Ulas Potensi dari Sel Hematopoietik dan Sel Natural Killer sebagai Terapi COVID-19

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Dr. Purwati, dr., Sp.PD, K-PTI, FINASIM. (Foto: Istimewa)

UNAIR NEWS – WHO telah menetapkan COVID-19 (SARS-CoV-2) sebagai pandemic global semenjak April 2020. Penyebaran virus meningkat secara drastic dalam waktu yang singkat. Mekanisme infeksi virus ini yaitu virus akan masuk ke sel dan memulai replikasi/reproduksi dirinya sendiri menggunakan sel inang sehingga menyebabkan terjadinya kerusakan pada sel inang. 

Mengenai hal itu, salah satu pakar dari Universitas Airlangga Dr. Purwati, dr., Sp.PD, K-PTI, FINASIM., mencoba mengulas potensi sel hematopoietik dan sel natural killer sebagai terapi COVID-19. Dilansir dari tulisan artikel ilmiah populer yang berjudul “Potensi dari Sel Hematopoietik dan Sel Natural Killer sebagai Terapi COVID-19”, Purwati menjelaskan bahwa terapi antiviral dipilih untuk terapi COVID-19 mengacu pada terapi uang digunakan pada pandemic sebelumnya yaitu MERS dan SARS.

“Komisi Kesehatan Nasional Republik Cina dimasukkan dalam terapi antiviral sesuai pada Pedoman Pencegahan, Diagnosa, dan Penanganan dari Pneumonia diakibatkan oleh Coronavirus. Terapi antibiotic juga digunakan untuk konjungsi terapi antiviral. Baru-baru ini, terapi medis biologis berbasis stem cell juga dipilih sebagai opsi terapi untuk menangani COVID-19 dikarenakan potensi viabilitasnya,” jelasnya.

Hematopoietik stem sel (HSCs), sambungnya, merupakan sel progenitor multipoten yang bisa didapatkan dari berbagai macam tipe dari sel darah. HSCs dapat ditemukan pada sel mononuclear darah tepi (PBMSc), bone marrow, atau darah plasenta. Isolasi sel HSC harus mengekspresikan marker CD73, CD90, dan atau CD 105, tidak mengekspresikan marker CD 14, CD 34 dan CD45.

“HSCs diklaim memiliki sifat anti inflamasi, imunosupresif, dan dapat ditransplantasikan kepada individu yang tidak kompatibel meskipun mekanisme spesifiknya masih belum dapat diklarifikasi,” paparnya. 

Pada akhir, ia juga menjelaskan bahwa sel natural killer (NK) merupakan limfosit bawaan yang bertindak sebagai pertahanan pertama melawan sel tumor dan infeksi virus. Sel NK memiliki banyak mekanisme untuk membunuh sel yang terinfeksi virus, termasuk eksositosis granules cytolytic dan potensi kematian reseptor ekstraseluler. Sel NK juga memiliki peran penting dalam mengontrol infeksi, khususnya infeksi oleh virus. 

“Meskipun studi ini merupakan studi in vitro, hal ini dapat menjadi pijakan teori dalam mengembangkan alternative terapi lain berbasis stem sel terapi dalam menangani COVID-19 di Indonesia,” pungkasnya.

Penulis: Nuri Hermawan

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp