UNAIR NEWS – Dunia riset memang dituntun untuk terus melahirkan banyak terobosan dan inovasi. Salah satunya yang dilakukan oleh Dr. Agung Krismariono drg., M.Kes., Sp.Perio (K)., dalam risetnya yang berjudul “Triangular Frenotomy: A Novel Technique for Gummy Smile Correction”.
Dilansir dari tulisan Artikel Ilmiah Populer yang diunggah di laman UNAIR NEWS pada 18 Februari 2021, Agung menjelaskan bahwa penyakit periodontal tidak saja berdampak secara medis namun juga secara estetik. Sehingga fokus perawatan juga mengarah kepada faktor medis maupun estetik.
“Oleh karena itu, perawatan jaringan periodontal saat ini juga mengarah kepada perbaikan kondisi kesehatan jaringan periodontal, selain juga meminimalkan pengaruh yang ditimbulkan dari segi estetik. Hal ini tidak terlepas dari tuntutan masyarakat yang saat ini juga sudah banyak mengarah ke faktor estetik,” ujarnya.
Pada artikel populer yang berjudul “Teknik Baru dalam Perawatan Gummy Smile” itu, Agung juga menjelaskan bahwa salah satu kondisi jaringan periodontal yang berdampak pada estetik adalah kondisi yang dikenal dengan gummy smile. Gummy smile merupakan kondisi jaringan periodontal yang mempunyai ciri khas yaitu gingiva pada rahang atas depan terlihat berlebihan ketika seseorang tersenyum.
“Gingiva dikatakan terlihat berlebihan jika saat tersenyum, gingiva yang diukur dari tepi gingiva ke batas bawah bibir atas ketinggiannya lebih dari 2mm. Pada umumnya ketika seseorang tersenyum hanya terlihat sebagian kecil gingiva pada rahang atas, umumnya kondisi yang masih dapat ditolerir dari segi estetik adalah ketika tersenyum ketinggian gingiva yang terlihat tidak lebih dari 2mm,” jelasnya.
Gummy smile, lanjutnya, dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain keterlambatan erupsi pasif, faktor keradangan, serta pertumbuhan rahang atas yang berlebihan. Faktor yang sering menjadi penyebab gummy smile adalah faktor keterlambatan erupsi pasif. Pertumbuhan gigi, meliputi 2 fase pertumbuhan, yaitu fase aktif dan fase pasif. Fase aktif ditandai dengan pertumbuhan gigi yang menuju bidang oklusal, sedangkan pertumbuhan yang pasif ditandai dengan bergeraknya tepi gingiva kearah apikal (ujung akar).
“Sehingga bentuk anatomi mahkota gigi menjadi terlihat normal, baik ketinggian maupun lebarnya. Apabila terjadi keterlambatan erupsi pasif, maka gingiva tidak bergerak ke apikal,” tandasnya.
Pada akhir, Agung juga menyinggung tentang perawatan gummy smile dengan teknik triangular frenotomi. Menurutnya, perawatan itu mempunyai beberapa keuntungan, antara lain luka tidak lebar karena hanya melibatkan area selebar gigi insisif (gigi seri) kiri dan kanan. Selanjutnya, pasien gummy smile yang dirawat dengan teknik triangular frenotomi telah terbukti memperbaiki estetikanya saat tersenyum karena bibir atas depan tertarik kebawah sehingga dapat menutupi gingiva yang semula terlihat berlebihan ketika tersenyum.
“Pasien juga hampir tidak merasakan komplikasi paska tindakan bedah. Kontrol selama 3 bulan menunjukkan hasil yang stabil dan tanpa keluhan. Oleh karena itu, perawatan gummy smile dengan teknik baru yaitu triangular frenotomi dapat disimpulkan memberikan hasil yang memuaskan,” pungkasnya.
Penulis: Nuri Hermawan