Benarkah Leukotrikia pada Vitiligo dapat Menurunkan Respon Terapi NB-UVB?

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi vitiligo. (Sumber: https://www.mayoclinic.org/)

Vitiligo merupakan suatu kelainan spesifik yang didapat. Penyakit ini menyebabkan hilangnya pigmen warna kulit atau depigmentasi sehingga kulit penderita akan berwarna putih susu. Prevalensinya di seluruh duni mencapai 0,3-0,5% dan semakin meningkat dalam beberapa decade terakhir. Vitiligo dapat dibedakan menjadi yaitu vitiligo segmental dan vitiligo segmental berdasarkan onset, perjalanan penyakit, dan beberapa hal lain. Masih banyak hal yang belum diketahui dari penyakit ini sehingga seringkali terapinya tidak mendapatkan hasil yang memuaskan. Oleh sebab itu, vitiligo dapat menurunkan kualitas hidup penderita, menimbulkan kecemasan, kurang percaya diri, dan menimbulkan stigma psikososial.

Prinsip dari terapi vitiligo yaitu untuk memfasilitasi repopulasi dari melanosit yang aktif sehingga dapat bermigrasi dan melakukan biosintesis melanin, pigmen warna kulit. Hingga saar ini, terapi menggunakan narrowband UVB (NB-UVB) masih menjadi terapi yang paling efektif dan aman untuk pasien vitiligo. Hal ini dikarenakan NB-UVB dapat menginduksi aktivitas transkripsi untuk sintesis melanin di melanosome lalu ini akan ditransfer ke keratinosit.

Akan tetapi dalam penilaian klinis keberhasilan terapi masih sangat bersifat subjektif karena hanya melihat persentase repigmentasi secara klinis. Oleh sebab itu diperlukan suatu penanda yang terukur sehingga keberhasilan terapi vitiligo dapat dinilai secara objektif. Penanda ini salah satunya yaitu protein S100, suatu protein sitoplasma yang diekspresikan oleh melanosit dan mempunyai sensitivitas tinggi terhadap melanosit sehingga protein S100 dapat mencerminkan jumlah melanosit. Protein S100 merupakan penanda yang baik untuk mendeteksi melanosit namun sayangnya protein ini juga dihasilkan oleh sel Schwann dan sel Langerhans sehingga penggunaannya menjadi lebih terbatas.

Keberhasilan terapi vitiligo ditandai dengan kembalinya warna pigmen kulit atau repigmentasi. Salah satu sumber dari proses repigmentasi ini adalah melanosit yang terletak di folikel rambut. Namun ada suatu kondisi di beberapa pasien vitiligo yaitu leukotrikia. Leukotrikia adalah depigmentasi lengkap di rambut karena berkurangnya melanosit di bulbus rambut sehingga warna rambut penderita menjadi putih. Selain itu leukotrikia dihubungkan dengan tidak adanya melanosit. Lantas bagaimana respon terapi pada pasien vitiligo dengan leukotrikia? Studi menyebutkan bahwa leukotrikia mungkin dapat mengurangi respon terapi vitiligo dan menjadi salah satu penyebab prognosis buruk. Studi sebelumnya ini menggunakan warna rambut yang dilihat menggunakan mata telanjang atau kaca pembesar. Oleh sebab itu diperlukan studi menggunakan penanda protein S100 seperti yang telah disebutkan di atas untuk mendapatkan hasil yang lebih objektif.

Sebuah laporan kasus dari empat pasien vitiligo nonsegmental yang berobat di RSUD Dr. Soetomo Surabaya pada tahun 2017 melaporkan perbandingan jumlah protein S100 pada pasien vitiligo dengan leukotrikia sebelum dan sesudah terapi NB-UVB. Subjek penelitian hanya diberikan terapi NB-UVB diberikan dua kali seminggu hingga delapan kali. Selain itu juga dilakukan biopsi sedalam 3 mm sebelum dimulai terapi dan setelah terapi NB-UVB terakhir. Pemeriksaan protein S100 menggunakan imunohistokimia kemudian diitung jumlahnya pada lima lapang pandang lalu dibandingkan. Data protein S100 juga didapatkan menggunakan metode Remmele. Hasilnya yaitu masih terdapat melanosit pada vitiligo dengan leukotrikia.

Selain itu pasien juga menunjukkan peningkatan jumlah melanosit jika dibandingkan sebelum diterapi NB-UVB. Sebelum terapi NB-UVB jumlah melanosit hanya berkisar 2-6 sedangkan setelah terapi NB-UVB jumlah melanosit meningkat menjadi 8-12. Selain itu juga terdapat perbaikan klinis yang signifikan pada pasien. Hasil laporan kasus ini sejalan dengan penelitian yang juga menghitung jumlah protein S100. Oleh sebab itu dapat disimpulkan dari laporan kasus ini yaitu leukotrikia pada pasien vitiligo tidak berkontribusi pada kurangnya respon terapi NB-UVB serta penggunaan protein S100 untuk evaluasi respon terapi yang lebih objektif dan akurat namun masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut

Penulis: Cita Rosita Sigit Prakoeswa

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:

https://www.jpad.com.pk/index.php/jpad/article/view/1398

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp