Rendahnya Klaim INA-CBGs Dibandingkan Biaya Rumah Sakit pada Kasus Persalinan Pervaginam

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Hello Sehat

Jaminan Kesehatan Nasional dengan pola pembiayaannya berupa pembayaran prospektif atau sistem paket yang kita kenal dengan Indonesia Case Base Groups (INA-CBGs) merupakan disrupsi sistem pembiayaan kesehatan yang dapat menjadi kendala pelayanan kesehatan, tidak terkecuali pelayanan persalinan. Ketidakcukupan pembiayaan persalinan pervaginam sebagai proporsi tertinggi metode persalinan nasional tentunya dapat menjadi hambatan langsung ataupun tidak langsung terhadap angka kematian maternal yang masih sangat tinggi di Indonesia.

Berdasar hal ini, tim peneliti dari Departemen Obstetri dan Ginekogi, Fakultas Kedokteran, Universitas Airlangga yang berafiliasi di RS Universitas Airlangga melakukan riset untuk membandingkan pembiayaan persalinan pervaginam yang di lakukan di RS rujukan ini yang telah dipublikasikan di Journal of Public Health Research.

Dari hasil penelitian didapatkan diparitas antara biaya dengan klaim persalinan pervaginam yang bermakna dimana beban biaya yang dikeluarkan RS (± Rp. 9,2 juta) lebih tinggi dibandingkan klaim yang didapatkan dari BPJS melalui harga INA-CBGs sebesar ± Rp. 1,8 juta. Disparitas ini juga akan semakin meningkat perbedaannya jika didapatkan level severitas atau derajat keparahan kasus yang semakin tinggi yang dimungkinkan dengan adanya peningkatan lama rawat inap dan juga beberapa sumber daya lain yang dikeluarkan oleh rumah sakit.

Adanya disparitas pembiayaan yang tinggi ini menunjukkan bahwa skema pembiayaan persalinan pervaginam pada program JKN dengan tarif INA-CBGs nya berada di bawah nilai aktuaria. Beberapa penelitian di luar menunjukkan klaim biaya persalinan pervaginam yang jauh lebih tinggi, Penelitian di beberapa negara Eropa menunjukkan klaim yang terendah di Polandia sebesar 476 Euro (± Rp. 8,1 juta) atau sekitar 5 kali lipat klaim di Indonesia hingga yang tertinggi di Swedia sebesar 2047 Euro (± Rp. 35 juta).

Temuan pada studi ini dapat dijadikan dasar pemerintah dalam melakukan review ulang kebijakan pembiayaan kesehatan khususnya pembiayaan persalinan karena hal ini cukup penting untuk menjaga kualitas pelayanan maternal terutama dalam hal persalinan yang menjadi salah satu pilar dari safe motherhood sehingga dapat membantu upaya penurunan angka kematian Ibu. Upaya penyesuaian pembiayaan persalinan juga tentunya dapat membantu kontrol tindakan SC untuk mendapatkan rasio SC yang sesuai.

Penulis: Mangala Pasca Wardhana, Khanisyah Erza Gumilar, Prima Rahmadhany, Erni Rosita Dewi, Muhammad Ardian Cahya Laksana

Untuk informasi lebih lanjut bisa melalui link berikut:

https://www.jphres.org/index.php/jphres/article/view/1999/714

DOI:  https://doi.org/10.4081/jphr.2020.1999

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp