Kelompok KKN 7B Desa Grogol Ajarkan Cara Olah Minyak Jelantah Kepada Ibu-ibu PKK

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Mahasiswa memberikan pelatihan pengelolaan minyak jelantah menjadi lilin aromaterapi. (Foto: Agung Satriyo Bayu)

UNAIR NEWS – Minyak jelantah merupakan limbah umum produksi rumah tangga yang banyak sekali dikeluarkan setiap harinya. Meski terlihat sepele, membuang minyak jelantah ke tempat pencucian piring maupun tanah memiliki dampak yang cukup buruk. Salah satu dampak terbesar pembuangan minyak jelantah dengan sembarangan adalah pencemaran tanah dan sumber air bersih yang ada, serta berbahaya bagi tubuh dan lingkungan sekitar.

Hal tersebut, menjadi ide progam Kuliah Kerja Nyata (KKN) kelompok 7B PSDKU Universitas Airlangga di Banyuwangi. 3 mahasiswa UNAIR yang terdiri dari Fakultas Perikanan dan Kelautan (FPK) dengan progam studi Akuakultur melakukan progam unggulan berupa lintah, yaitu pelatihan pengelolaan minyak jelantah menjadi lilin aromaterapi dengan menggunakan bahan-bahan yang relatif mudah untuk didapatkan. Progam tersebut diadaptasi dari ide salah satu Tim PKM Unair Banyuwangi yang lolos PIMNAS tahun 2020.

Saat diwawancarai tim UNAIR NEWS, Ivan Syahrial Abidin selaku ketua kelompok dan penanggung jawab acara mengungkapkan, progam yang dilaksanakan pada tanggal 31 Januari dan 5 Februari 2021 ini diikuti oleh ibu-ibu PKK dari masing-masing dusun. Progam tersebut diawali dengan sosialisasi bahaya minyak jelantah dan disambung dengan pelatihan lintah. 

“Pembuatannya tidak terlalu sulit, kita hanya perlu memanaskan minyak jelantah yang sudah disaring untuk ditambahkan stearin sebagai penggumpal minyak, setelah itu api dimatikan dan ditambahkan pewarna serta aromaterapi apabila minyak sudah mulai dingin,” jelasnya.

Selain mudah, bahanya pun bisa didapatkan dirumah, sambungnya, seperti pewarna yang bisa memakai krayon atau lipstick bekas dan aromaterapi yang bisa menggunakan minyak kayuputih atau pengharum pakaian.

Partisipan terlihat sangat antusias, dikarenakan proses pembuatan lilin aromaterapi yang cenderung mudah dan menggunakan bahan-bahan rumah tangga yang mudah untuk didapatkan. Herniyati, salah satu partisipan mengungkapkan bahwa progam ini sangat menarik dan beliau baru pertama kali mendengar tentang minyak jelantah yang sebelumnya sudah tidak bisa dimanfaatkan ternyata masih bisa dirubah menjadi lilin aromaterapi yang bernilai ekonomis.

“Melihat sebuah minyak jelantah yang sebelumnya tidak memiliki nilai dan tidak termanfaatkan menjadi suatu yang lebih berdaya guna dan memiliki nilai ekonomis yang lumayan dengan modal yang relatif murah. Hal tersebut sangat bermanfaat bagi kami,” ungkapnya.

Besar harapan Ivan agar desa bisa melanjutkan program ini. sehingga dengan adanya lintah mampu memberikan manfaat dan sumbangsih ekonomi ditengah pandemi-covid 19.

“Semoga pihak desa mau untuk melanjutkan dan menindaklanjuti terkait program ini, mungkin bisa dilakukan standarisasi ataupun produksi masal secara kolektif,” harapnya. “Sehingga ke depan, lintah dapat menjadi sebuah komoditas ekonomis yang dapat memberikan sumbangsih ekonomi di tengah pandemic covid-19 bagi BUMDES ataupun masyarakat Desa Grogol,” pungkas mahasiswa yang akrab dipanggil Ivan tersebut.

Penulis: Azka Fauziya

Editor: Ivan Syahrial Abidin

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp