Potensi Ekstrak Ubi Jalar sebagai Antioksidan pada Kesehatan Reproduksi Perempuan

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Sumber: https://www.nusantaratv.com/

Paparan radikal bebas dari lingkungan sekitar cukup banyak didapatkan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari. Secara normal, tubuh manusia memiliki mekanisme untuk menangkal radikal bebas dengan memproduksi antioksidan. Namun, jika kondisi ini berlangsung terus menerus dan tidak ada proses pertahanan diri yang adekuat maka kondisi ini akan memicu terjadinya stres oksidatif dalam tubuh.

Salah satu penyebab stres oksidatif adalah paparan asap rokok. Pada kesehatan reproduksi perempuan, asap rokok dapat menurunkan fungsi ovarium diantaranya yaitu, menghambat pertumbuhan folikel, memperkecil volume ovarium, mengurangi jumlah folikel, merusak sel granulosa, hingga mengacaukan produksi hormon-hormon yang dibutuhkan pada sistem reproduksi (seperti Follicle Stimulating Hormone (FSH), Luteinzing Hormone (LH), dan estrogen).

Beberapa penelitian sebelumnya menyatakan bahwa salah satu komponen bioaktif yang sangat potensial untuk menangkal radikal bebas adalah antosianin. Temuan ilmiah juga menyebutkan bahwa antosianin dapat memiliki aktivitas antioksidan yang lebih tinggi daripada vitamin E, vitamin C dan betakaroten. Menurut seorang peneliti, Zhao, kandungan antosianin ini dapat diperoleh dari ekstrak ubi jalar varietas ungu. Sehingga, berdasarkan temuan yang sudah ada, tim peneliti melakukan observasi lebih mendalam terkait pengaruh antosianin ubi jalar (Ipomoea batatas L.) varietas ungu kultivar Gunung Kawi terhadap kadar FSH serum dan folikulogenesis pada tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang dipapar asap rokok.

Dari temuan peneliti didapatkan hasil yang signifikan bahwa antosianin yang terkandung pada ubi jalar varietas ungu kultivar Gunung Kawi dapat meningkatkan kadar FSH serum, jumlah folikel dan jumlah sel granulosa folikel primer, sekunder dan De Graaf pada tikus betina yang dipapar asap rokok. Hal tersebut membuktikan teori sebelumnya tentang antosianin yang dapat berperan sebagai antioksidan. Antosianin bersifat neuroprotektif karena dapat menangkap ROS dan mampu mencegah terjadinya proses peroksidasi lipid pada otak. Selain itu, antosianin juga mereduksi radikal bebas dan mendonorkan elektronnya pada radikal bebas.

Hasil penelitian ini belum bisa diimplementasikan sepenuhnya pada manusia. Dikarenakan peneliti belum melakukan uji toksisitas kronis. Selain itu, penelitian lanjutan juga peneliti butuhkan untuk mengetahui seberapa besar dosis antosianin yang dibutuhkan untuk mencapai manfaat paling optimal pada tubuh manusia sebagai antioksidan.

Penulis: Astika Gita Ningrum, Retty Ratnawati, Sri Andarini

Untuk informasi lebih lanjut bisa diakses melalui link berikut:

https://medicopublication.com/index.php/ijfmt/article/view/13674

DOI: https://doi.org/10.37506/ijfmt.v15i1.13674

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).