Manajemen Bencana dan Mitigasi Jadi Topik Dialog Webinar Internasional WUACD

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

UNAIR NEWS – Merespon dampak gempa yang terjadi akhir Januari lalu di Kota Mamuju Sulawesi Barat, World University Association for Community Development (WUACD) menggelar webinar internasional terkait isu tersebut. Bertajuk Airlangga Social Responsibility in Disaster Management and Mitigation, dialog pada Senin (8/2/2021) ini menyoroti bencana gempa di Mamuju serta upaya pencegahan dan penanganan yang mungkin dilakukan oleh universitas.

Hadir sebagai pembicara, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Indonesia Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc., Ph.D. menyampaikan macam skenario bencana dan penanganannya mengikuti kasus yang terjadi di Mamuju.

Menurutnya, terdapat dua skenario bencana gempa yang dapat terjadi di kawasan Sulawesi, yakni gempa yang diikuti dengan gempa susulan serta gempa yang berpotensi tsunami. Kedua skenario tersebut membutuhkan kesigapan pemerintah dalam mendirikan shelter serta mekanisme penanganan warga yang tepat.

“Maka dari itu peran institusi akademik terletak tidak hanya pada bantuan sosial, tapi juga riset dan inovasi, khususnya pada alat sensor maupun prediksi gempa dan tsunami,” terangnya.

Sementara itu, Dosen Sekolah Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung (ITB) Prof. Dr. Ir. Krishna S. Pribadi menggarisbawahi konsen besar pada upaya pencegahan dampak bencana. Ia menguraikan bahwa dari tahun 2010-2019, Indonesia telah mengalami 20.702 bencana alam yang menelan kerugian sosial, materiil, maupun korban jiwa.

Prof. Krishna pun menekankan pentingnya aksi dalam situasi tanpa bencana sebagai bentuk pencegahan. Aksi-aksi tersebut meliputi perencanaan manajemen bencana, reduksi risiko bencana, pencegahan, integrasi menuju rencana pengembangan, analisis risiko bencana, pendidikan dan pelatihan, pembentukan standar teknis manajemen bencana, dan lain sebagainya.

Mengikuti langkah-langkah penting dalam manajemen bencana tersebut, Dr. Christrijogo Soematono W. turut membagikan partisipasi aktif UNAIR dalam usaha penanganan dampak bencana. Ketua Rumah Sakit Terapung Ksatria Airlangga (RSTKA) itu menceritakan bagaimana rumah sakit terapung yang ia pimpin telah menangani ribuan pasien di daerah terluar Indonesia, tidak terkecuali di Mamuju.

“Tahun ini kita telah menyinggahi 43 pulau dan menangani 14.000 pasien. Pelayanan kami dilakukan secara gratis dan sukarela. Tidak hanya terbatas pada aspek medis, tapi juga sanitasi, sosialisasi, trauma healing, dan lain sebagainya,” jelasnya.

Melihat progress dan pentingnya dialog tersebut, Wakil Rektor I UNAIR Prof. Dr. Ni Nyoman Tri Puspaningsih, M.Si dalam sambutannya menyatakan bahwa webinar internasional ini menjadi kali pertama topik manajemen bencana dan mitigasi dibahas dalam gelaran rutin WUACD.

Khususnya mengikuti situasi geografis Indonesia yang berada di kawasan ring of fire yang rawan bencana, Prof. Nyoman mengingatkan peran penting universitas sebagai pionir penanganan bencana yang berdasar sains, riset, serta social engagement.(*)

Penulis: Intang Arifia Editor: Khefti Al Mawalia

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).