Pemberian ASI dan Stimulasi Pijat Berpotensi Meningkatkan Kualitas Gerak Spontan Bayi Prematur

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh KlikDokter

Bayi prematur merupakan salah satu kelompok risiko tinggi untuk mengalami gangguan tumbuh kembang jangka panjang. Pemberian nutrisi dan stimulasi dini yang optimal dapat meminimalisasi risiko gangguan tumbuh kembang bayi prematur. Nutrisi terbaik untuk bayi prematur adalah pemberian ASI sejak dini. Sedangkan salah satu jenis stimulasi yang sampai saat ini masih terus diteliti oleh para ahli adalah stimulasi pijat yang khusus diberikan untuk bayi prematur. 

Deteksi dini merupakan kunci utama dalam keberhasilan penanganan gangguan perkembangan anak. Salah satu metode deteksi dini gangguan perkembangan anak yang praktis adalah penilaian kualitas gerakan spontan pada bayi baru lahir hingga usia sekitar 3-4 bulan. Gerakan spontan bayi pada rentang usia ini mencerminkan integritas dari otak, dan bila menunjukkan kualitas yang abnormal maka bayi berada pada risiko tinggi mengalami gangguan perkembangan di masa depan. 

Stimulasi pijat pada bayi prematur selama ini dikenal mempunyai dampak positif terhadap pertumbuhan dan perkembangan bayi. Berbagai penelitian telah menunjukkan adanya bukti bahwa proses interaksi antara ibu dan bayi selama pemberian stimulasi pijat, melalui kontak penglihatan, pendengaran, dan sentuhan, ternyata mempunyai dampak positif untuk meningkatkan berbagai hormonal untuk proses tumbuh kembang bayi

Penelitian yang dilakukan di Ruang Bayi RSUD Dr. Soetomo pada 44 bayi prematur dengan berat badan lahir <2.500 gram, dimana semua bayi prematur mendapatkan ASI. Bayi dibagi menjadi 2 (dua) kelompok. Pada 21 bayi diberikan ASI disertai stimulasi pijat sesuai standar khusus bayi prematur. Sedangkan pada 23 bayi diberikan ASI tanpa disertai stimulasi pijat. Stimulasi pijat diberikan dengan frekuensi 3 (tiga) kali sehari selama 10 hari berturut-turut. Sementara itu, penilaian kualitas gerakan spontan dilakukan oleh seorang ahli yang terlatih melalui rekaman video. Penilaian meliputi analisis kompleksitas dan variasi gerakan spontan bayi, dan dikategorikan menjadi dua kelompok: gerakan Normal dan Abnormal.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kedua kelompok tidak terdapat perbedaan karakteristik dalam hal kondisi pada saat didalam kandungan, pada saat lahir, dan juga tidak berbeda dalam hal parameter demografi. Kedua kelompok juga tidak berbeda dalam hal perjalanan pertumbuhan fisik dalam hal berat badan, panjang badan, dan lingkar kepala. 

Pada saat awal setelah dilahirkan, kualitas gerakan spontan pada kedua kelompok bayi lebih banyak didominasi oleh gerakan spontan abnormal. Pada kelompok ASI saja, dijumpai bayi dengan kualitas gerakan Normal sebesar 7 (30,4%) dan Abnormal sebesar 16 (69,6%). Sedangkan pada kelompok ASI + Stimulasi pijat, didapatkan masing-masing: Normal 3 (14,3%) dan 18 (85,7%). 

Namun pada saat usia bayi sekitar 4-6 bulan, terjadi hal yang sebaliknya dibandingkan pada saat baru lahir, dimana kualitas gerakan spontan lebih didominasi oleh gerakan spontan Normal. Pada kelompok ASI saja, didapatkan bayi dengan kualitas gerakan spontan Normal sebesar 15 (78,9%) dan Abnormal 4 (21,1%). Sementara pada kelompok ASI + Stimulasi pijat didapatkan Normal 15 (75,0%) dan Abnormal 5 (25,0%). Dengan demikian secara keseluruhan terjadi peningkatan proporsi bayi yang mempunyai gerakan spontan Normal sebesar 48,5% pada kelompok ASI saja, dan 60,7% pada kelompok ASI + Stimulasi pijat. Namun demikian, adanya perbedaan ini tidak signifikan secara uji statistik. 

Hasil penelitian ini mencerminkan bahwa pemberian ASI pada bayi prematur merupakan salah satu kunci keberhasilan mencegah gangguan perkembangan di masa mendatang. Pemberian ASI pada bayi prematur adalah langkah mendasar dan paling penting dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi yang sangat dibutuhkan dalam proses perkembangan sirkuit otak pada saat awal baru lahir, yang dalam hal ini dapat dideteksi secara klinis menggunakan penilaian kualitas gerakan spontan bayi. Bila bayi mempunyai integritas koneksi antar sirkuit otak yang tumbuh dan berkembang dengan baik, maka bayi akan menunjukkan pola gerakan spontan Normal, demikian sebaliknya. Keberhasilan ASI untuk memperbaiki dan membangun koneksi jaringan sirkuit otak bayi prematur dalam penelitian ini terbukti dari dominasi kualitas gerakan spontan pada kedua kelompok ketika menginjakkan usia 3-4 bulan. 

Pemberian stimulasi pijat pada bayi prematur nampaknya juga menghasilkan dampak positif. Hal tersebut terbukti dari terjadinya peningkatan proporsi bayi dengan kualitas gerakan spontan yang lebih tinggi pada kelompok ASI + Stimulasi pijat dibandingkan pada kelompok ASI saja. Namun demikian, dampak positif dari stimuasli pijat terhadap pembentukan sirkuit otak secara jangka panjang ini masih membutuhkan konfirmasi melalui penelitian pada usia bayi yang lebih panjang lagi.   

Kesimpulan dari studi ini adalah pemberian ASI pada bayi prematur merupakan hal yang prioritas dan bersifat wajib karena sangat dibutuhkan dalam perkembangan otak bayi terutama pada saat usia awal setelah dilahirkan. Stimulasi pijat mempunyai dampak positif untuk mendukung proses perkembangan otak bayi prematur. Namun dampak positif dari stimulasi pijat akan didapatkan bila bayi tersebut juga diberikan ASI. 

Penulis: Dr. dr. Ahmad Suryawan, SpA(K)

Informasi detail dari studi ini dapat diakses pada: 

Elizabeth Beatrice Jonathan, Ahmad Suryawan, Mira Irmawati. The effect of massage stimulation on the general movements quality in breastfed preterm. Fol Med Indones. 2020;56:302-308 https://e-journal.unair.ac.id/FMI/article/view/24644

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).