Obat Prevensi Terjadinya Kekeruhan Lensa Posterior Penderita Katarak

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Hello Sehat

Katarak merupakan penyebab kebutaan tertinggi di seluruh dunia, dengan prevalensi katarak di Indonesia pada usia di atas 50 tahun, mencapai 64-95%. Seiring dengan kejadian katarak yang tinggi, maka operasi katarak merupakan tindakan operatif yang paling sering dilakukan di bidang mata. Komplikasi posterior capsular opacity (PCO) terjadi sebesar 5-50% kejadian paska bedah katarak, dan terjadinya PCO meningkat pada pasien dengan potensi munculnya fibrin paska operasi, seperti katarak pada anak, operasi dengan manipulasi iris berlebih, penderita diabetes melitus, riwayat uveitis, vitrektomi, pengguna silicon oil, katarak traumatika, sindroma pseudoeksfoliasi, serta riwayat operasi pada iris dan trabekula.

Terjadinya PCO merupakan respon penyembuhan luka pada perlukaan  jaringan, PCO tipe fibrosis dapat bermanifestasi sebagai fibrosis kapsul lensa anterior dan terjadi akibat adanya sisa lens epithelial cell (LEC) yang melakukan migrasi dan mengalami epithelial to mesenchymal transdifferentiation (EMT) menjadi sel miofibroblas. Sedangkan fibrin, merupakan suatu provisional matrix dari filbroblas yang nantinya mengalami transdiferensiasi menjadi sel miofibroblas yang menghasilkan extracellular matrix patologis, salah satunya adalah kolagen tipe I. Berbagai metode dan pengobatan telah dilakukan untuk mencegah fibrosis kapsul lensa, namun sampai saat ini memiliki hasil yang kurang memuaskan. Pada sisi lainnya, alteplase, suatu rekombinan tissue plasminogen activator (r-tPA), telah dipergunakan secara klinis di bidang mata dengan cara diberikan ke dalam bilik mata depan (BMD) untuk mendegradasi bentukan fibrin dengan cara menghambat PAI-1. Berdasarkan hal tersebut, diharapkan bahwa pemberian alteplase dapat melakukan proses fibrinolisis, sehingga kadar fibrin yang dapat menjadi provisional matrix fibroblas dapat menurun, dan seterusnya dapat menghambat terjadinya fibrosis kapsul anterior. Tujuan penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pemberian alteplase terhadap PAI-1 dan kolagen tipe I.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan hasil kultur dari LEC yang diambil dari jaringan kapsul anterior lensa yang tidak lagi diperlukan paska kapsulotomi. Jaringan kapsul anterior lensa diletakkan dalam media tumbuh dan dilakukan proses kultur hingga mencapai konfluensi 80-90%, dilakukan karakterisasi sebelum dipindahkan ke sumuran yang didesain dalam bentuk fibrin coated dish untuk dapat menilai keterkaitan dengan fibrin. Berikutnya dilakukan scratching  pada setiap sumuran sebagai perlukaan mekanik dan dibagi menjadi kelompok kontrol tanpa perlakuan, dan tiga kelompok perlakuan yang diberikan alteplase dengan dosis 25, 50 dan 100μg/ml dan evaluasi ekspresi PAI-1 dan kolagen tipe 1 dilakukan pada hari ke-10 paska perlakuan dengan menggunakan antibodi terlabel fluorescein isothiocyanate (FITC) dengan menghitung intensitasnya di bawah mikroskop fluoresein.

Hasil penelitian ini menunjukkan terjadinya hambatan secara signifikan ekspresi PAI-1 pada seluruh kelompok perlakuan dan ekspresi kolagen tipe 1 pada kelompok yang diberi alteplase dosis 100μg/ml. Simpulan pada penelitian ini yang pertama adalah dosis perlakuan alteplase hingga sebesar 100μg/ml untuk kultur LEC manusia tidak menimbulkan toksisitas. Yang kedua adalah alteplase memiliki efek hambatan bermakna dalam proses fibrosis kapsul anterior lensa dengan reaksi fibrin melalui mekanisme penghambatan PAI-1 dan kolagen tipe I dibandingkan kelompok kontrol. Saran penelitian ini adalah supaya melanjutkan penelitian dengan subyek coba dan manusia.

Penulis: Dr. Nurwasis, dr. SpM(K)

Informasi detil dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di http://www.connectjournals.com/toc.php?aid=%20Arifa%20Mustika&&bookmark=CJ-033216&&volume=19&&issue_id=Supp-02&&month=December&year=2019

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).