Persepsi Perpustakaan dalam Generasi Digital

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh DPK Banten

Pada tahun 2017, pidato Presiden Jokowi saat peresmian Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (NKRI) menjelaskan bahwa perpustakaan perlu meningkatkan minat baca anak Indonesia, khususnya generasi milenial atau generasi digital native. Digital natives adalah mereka yang lahir saat internet dikembangkan antara 1995-2009. Pada tahun 2017 NKRI melakukan survei tingkat minat baca di Indonesia dengan hasil jumlah buku yang tuntas sebanyak 5-9 buku per tahun, menunjukkan bahwa minat baca di Indonesia tergolong rendah. Hal ini menjadi tantangan bagi perpustakaan dalam perannya untuk meningkatkan minat baca sesuai dengan slogan perpustakaan nasional tahun 2019 yaitu “Sukseskan Program Suka Baca di Indonesia 2019, Wujudkan Indonesia Cerdas Melalui Membaca dengan Pemberdayaan Perpustakaan” . Pemerintah mulai memberikan perhatian dengan mendanai perpustakaan baik untuk perpustakaan umum, perpustakaan universitas maupun perpustakaan sekolah. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2019 mengatur alokasi anggaran dalam APBN untuk pengembangan perpustakaan sesuai dengan standar koleksi perpustakaan, standar sarana dan prasarana, standar pelayanan perpustakaan, standar staf perpustakaan, standar penyelenggaraan, dan standar pengelolaan perpustakaan, Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 26 Tahun 2017 tentang Pedoman Penggalangan Dana Bantuan Operasional Sekolah Untuk Perpustakaan. 

Perilaku pemanfaatan perpustakaan di Indonesia masih tergolong rendah, berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terkait intensitas kunjungan perpustakaan. Ini serupa dengan jumlah siswa yang mengunjungi perpustakaan sekolah. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Muhtadien dan Krismayani (2017) menyatakan bahwa hanya sebagian kecil siswa yang berkunjung untuk menggunakan perpustakaan. Ada siswa yang hanya mengunjungi perpustakaan 2 kali dalam setahun. Para siswa lebih memilih pergi ke kafetaria saat istirahat atau jam kosong. Berbeda dengan penggunaan perpustakaan di Indonesia, perpustakaan di luar negeri menunjukkan tingkat penggunaan yang tinggi. Pengguna merasa sangat puas dengan sumber daya, layanan dan fasilitas yang diberikan perpustakaan. Harapan mereka terhadap perpustakaan telah terpenuhi sehingga menjadikan mereka memanfaatkan perpustakaan sebagai tempat untuk memenuhi kebutuhan informasi mereka. 

Dari fenomena dan permasalahan rendahnya penggunaan sumber daya perpustakaan yang telah dijelaskan sebelumnya, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor penyebab pengguna digital native menggunakan atau tidak menggunakan perpustakaan, sehingga diperlukan tindakan-tindakan untuk perbaikan perpustakaan di masa yang akan datang. teridentifikasi. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Sebanyak 341 digital natives di 25 kota di Jawa Timur diberikan pertanyaan terbuka untuk mengungkapkan pengalamannya saat menggunakan perpustakaan, menghasilkan 991 jawaban. Teknik analisis data dilakukan dalam 3 tahap yaitu open coding, axial coding, dan selective coding. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor utama penggunaan perpustakaan adalah kualitas pelayanan (68,9%), dimana pengguna mengutamakan kenyamanan selama berada di perpustakaan, padahal internet sebagai saingan perpustakaan dan sebagai sumber informasi menawarkan kecepatan dan kemudahan penggunaan perpustakaan. akses ke informasi.

Penulis: Dyah Puspitasari Srirahayu, Dessy Harisanty, Esti Putri Anugrah

Untuk membaca artikel dengan judul “Library Perception in Digital Native Generation” dapat diakses melalui https://digitalcommons.unl.edu/libphilprac/4731

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).