Peran MRI Dynamic Contrast Enhanced sebagai Modalitas untuk Membedakan Tumor Tulang Jinak dan Ganas

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Halodoc

Tumor tulang adalah pertumbuhan abnormal sel-sel baru jaringan tulang, yang lebih progresif dan tidak terkoordinasi tidak seperti jaringan normal (Davies et al., 2009). Angiogenesis adalah langkah penting dalam pertumbuhan dan metastasis tumor. Tumor hanya dapat tumbuh dalam diameter 2-3 mm, berdasarkan batas difusi O2 di jaringan. Pada angiogenesis ini, komponen mikrosirkulasi seperti arteriol, venula dan kapiler tumbuh tidak normal dengan membran yang tidak lengkap, mengaburkan hierarki normal dan tidak terorganisir, dengan pembuluh darah yang kacau, berkelok-kelok, rapuh dan sangat permeabel (Costa et al., 2011; Verstraete dan Lang , 2000).

Diagnosis lesi tulang dilakukan secara komprehensif, terdiri dari anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan radiologi dan histopatologi. Pemeriksaan radiologi merupakan komponen penting dalam diagnosis lesi tulang, yang dapat dilakukan dengan foto rontgen polos, CT Scanning, MRI Scanning dan / atau Bone scan, berkorelasi dengan kondisi klinis dan demografis pasien (Oh et al., 2017; Davies et al. al., 2009). Pemindaian MRI konvensional dapat mengevaluasi morfologi lesi tulang, tetapi tidak dapat mengevaluasi proses nekrosis dan ketersediaan sel yang layak pada lesi, yang merupakan informasi penting untuk mengevaluasi respons terapeutik dan prognosis (Costa et al., 2011; Pilania dan Jankharia, 2014; Kawakami et al., 2007). Selain itu, MRI konvensional memiliki spesifisitas yang rendah dalam membedakan lesi tulang jinak dan ganas, karena banyak lesi yang menunjukkan karakter tidak spesifik (Gaa et al., 2017; Greenspan, 2011).

Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang, dengan desain retrospektif. Ukuran sampel adalah 15 [8 laki-laki, 7 perempuan; rentang usia 13-75 tahun (rata-rata 38,20 ± 20,49 y.o)], diperoleh selama masa penelitian yaitu Desember 2018 sampai Juli 2019. Populasi adalah semua lesi tulang yang diperiksa dengan DCE-MRI. Kriteria inklusi adalah lesi tulang yang memiliki hasil pemeriksaan histopatologi. Kriteria eksklusi adalah lesi dimana DCE tidak dapat menentukan hasil TIC, dan pasien yang telah diberikan terapi adjuvan.

Terlepas dari manfaatnya dalam evaluasi lesi tulang, apakah TIC dapat membedakan lesi tulang ganas atau jinak masih kontroversial.1,3,4 Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menentukan tipe pola TIC pada DCE-MRI dan menentukan nilai mean kemiringan TIC. untuk setiap lesi tulang. Kami memilih 3 wilayah minat (ROI) di jaringan lesi, yang dipilih dengan tepat. ROI ditempatkan di jaringan yang sesuai, yang hanya terdiri dari komponen jaringan padat yang paling kuat, tidak termasuk komponen nekrotik atau jaringan normal di sekitarnya. ROI berbentuk lingkaran atau oval, dan tidak ada acuan khusus untuk luas minimum ROI. Kami menetapkan 10 mm2 sebagai area minimum untuk ROI, dan 55 mm2 sebagai area maksimum, untuk memastikan kesamaan. Tiga ROI dipilih dan penempatan ROI selalu dibandingkan dengan DWI dan ADC untuk menemukan posisi lesi yang layak. Protokol pemeriksaan menggunakan 3T MRI Scanner, Siemens® Magnetom Skyra. Setelah MRI polos awal dilakukan dengan protokol standar termasuk koronal, sagital dan aksial T1W, T2W dan urutan STIR, maka dilakukan DCE-MRI. Gambar pasca kontras FST1W konvensional juga diperoleh setelah studi DCE-MRI (Davies et al. 2009). 

TIC menunjukkan variasi vaskularisasi yang dapat tumpang tindih antara lesi jinak dan ganas berdasarkan pola peningkatannya (van Rijswijk et al, 2004). Secara umum, lesi maligna menunjukkan pola peningkatan cepat awal dan kemiringan yang lebih tinggi dibandingkan lesi jinak meskipun tidak selalu spesifik (Fayad et al., 2012). Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa pemeriksaan tipe TIC memiliki sensitivitas 77% dan spesifisitas 78% dalam membedakan lesi jinak dan ganas, dengan rata-rata% nilai kemiringan lesi maligna adalah 70,4 ± 60,3%, jauh lebih tinggi dibandingkan lesi jinak yaitu 37,6 ± 52,9% (Kawakami et al., 2007). Pada lesi dengan lesi interstitial sangat sempit menunjukkan fase washout (5 detik) yaitu TIC tipe 4. Sedangkan pada lesi dengan ruang interstisial yang relatif sempit menunjukkan dataran (2-3 menit) yaitu TIC tipe 3. Terakhir pada lesi dengan seluleritas rendah dan ruang interstisial yang lebar menunjukkan peningkatan secara bertahap yaitu TIC tipe 5. TIC tipe 5 dapat ditemukan pada lesi maligna yang telah diberikan kemoterapi atau radioterapi adjuvan (Li et al., 2009).

Perubahan intensitas sinyal yang dipantau oleh DCE-MRI dapat digunakan untuk mengevaluasi fisiologi lesi tulang dalam hal vaskularisasi, perfusi, permeabilitas kapiler dan ruang interstisial. Perbedaan antara tipe pola TIC dan nilai kemiringan rata-rata dalam penelitian kami menunjukkan bahwa DCE-MRI memiliki peran penting dalam membedakan antara lesi tulang ganas dan jinak.

Penulis: Dr. Rosy Setiawati, dr., Sp.Rad(K)

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di: 

https://ijrp.org/paper-detail/1347

Vivid Umi Varidha, Paulus Rahardjo, Rosy Setiawati. The Role of Dynamic Contrast Enhancement MR Imaging as A Modality to Differentiate between Benign and Malignant bone lesion. International Journal of Research Publication (Volume: 57, Issue: 1)

https://doi.org/10.47119/IJRP100571720201346

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).