Pengaruh Work Family Conflict terhadap Prestasi Kerja Melalui Emotional Exhaustion

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi Harian Birawa

Rumah sakit merupakan tempat yang mengutamakan pelayanan kepada masyarakat. Pelayanan yang baik ini sangat ditentukan oleh karyawan dan perawat yang bekerja di rumah sakit tersebut (Rahmawati, 2015). Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003, pegawai adalah setiap orang yang bekerja dalam suatu organisasi dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain sesuai dengan kinerja dan tanggung jawabnya. Secara umum, prestasi kerja mengarah pada sikap positif seseorang tentang pekerjaan atau situasi kerjanya (McGinley, Hanks, & Line, 2017). Tanggung jawab dan persyaratan di tempat kerja akan mempengaruhi baik tingkat konflik bekerja hingga keluarga (WFC) dan isolasi yang disebabkan oleh tempat kerja yang dirasakan oleh pekerja. Namun, konflik keluarga dengan konflik kerja (FWC) terkait konstruksi mungkin tidak selalu bergantung pada pekerjaan. Konflik antara kehidupan keluarga dan pekerjaan didefinisikan sebagai sejauh mana tanggung jawab dan kewajiban kehidupan keluarga dapat mengganggu domain pekerjaan seseorang (McGinley et al., 2017). Konflik antara keluarga dan pekerjaan seringkali konstan, karena individu mengalami stres dan ketegangan dalam merawat anak-anak atau anggota keluarga lanjut usia terlepas dari ekspektasi profesional mereka. Oleh karena itu, Work to family conflict (WFC) diusulkan sebagai salah satu faktor Family to work conflict (FWC) dan hal tersebut menyebabkan pengaruh di tempat kerja terhadap sikap seseorang terhadap prestasi kerjanya.

Penelitian yang dilakukan oleh Karatepe (2013) menemukan bahwa Emotional Exhaustion memediasi sepenuhnya antara konflik pekerjaan-keluarga dan prestasi kerja. Artinya ketika seorang pekerja mengalami konflik pekerjaan-keluarga, seorang pekerja akan mengalami Emotional Exhaustion yang mengakibatkan pekerja mudah marah yang pada akhirnya akan mempengaruhi kinerja pekerja yang bersangkutan. Pekerja yang mengalami Emotional Exhaustion tidak akan dapat bekerja secara maksimal, hal ini dikarenakan pekerja akan merasa tidak ada energi psikologis dalam menjalankan profesinya. Emotional Exhaustion diekspresikan sebagai “penipisan sumber daya emosional dan kognitif yang beroperasi melalui proses internal” (Lawson & Lee, 2018). Seorang pekerja yang mengalami penipisan sumber daya emosional akan mempengaruhi kinerjanya karena Emotional Exhaustion menunjukkan adanya ketegangan dan stres yang berhubungan dengan perasaan yang berpotensi mengalami kerugian di tempat kerja.

Berdasarkan wawancara awal yang dilakukan dengan kepala IGD RSUD Dr. Iskak Tulungagung diketahui bahwa kinerja perawat memang stabil, namun Kepala IGD RSUD Dr. Iskak Tulungagung memiliki kekhawatiran akan konflik yang terjadi antara keluarga dan bekerja sebagai perawat, mengingat mayoritas perawat sudah menikah. Kepala IGD menambahkan perawat IGD harus bekerja secara profesional untuk melayani setiap pasien secara maksimal. Pemilihan lokasi dalam penelitian ini didasarkan pada data yang diperoleh dari BPS Kabupaten Tulungagung, dimana diketahui bahwa perkembangan UMK eks Kabupaten Kediri Kabupaten Tulungagung telah mengalami laju pertumbuhan UMK yang signifikan. Khususnya dari tahun 2015 hingga 2016. Peningkatan ini Nampak pada tahun 2015 sebesar Rp 1.273.050 menjadi Rp 1.420.000 pada tahun 2016, merupakan peningkatan tertinggi dibandingkan dengan kabupaten lain di eks Karesidenan Kediri. Eks Karesidenan Kediri terdiri dari Kabupaten Tulungagung, Kabupaten Kediri, Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Trenggalek dan Kabupaten Blitar.

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan data, kesimpulan yang diperoleh adalah Work to Family Conflict (WFC) berpengaruh signifikan terhadap Prestasi Kerja perawat IGD RSUP Dr. Iskak Tulungagung, Family to Work Conflict (FWC) berpengaruh signifikan terhadap Prestasi Kerja perawat IGD RSUD Dr. Iskak Tulungagung, Emotional Exhaustion memediasi hubungan Work to Family Conflict (WFC) dan Prestasi Kerja perawat ruang gawat darurat RSUD Dr. Iskak Tulungagung, dan Emotional Exhaustion mediated the Hubungan Family to Work Conflict (FWC) dengan Prestasi Kerja perawat IGD RSUP Dr. Iskak Tulungagung. Oleh karena itu, menurut Chummar, Singh, & Ezzedeen, (2019) diperlukan suasana hati yang positif dan perolehan keterampilan yang baik untuk memperluas sumber daya dan mengatasi Emotional Exhaustion yang ada untuk melakukan pekerjaan dengan baik dan kemudian menghasilkan kinerja kerja yang tinggi.

Penulis : Prof. Dr. Anis Eliyana, S.E., M.Si.

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di :

http://www.sysrevpharm.org//index.php?fulltxt=29811&fulltxtj=196&fulltxtp=196-1605200254.pdf

(The effect of work family conflict on job performance through emotional exhaustion)

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).