Mengenang Prof Kwari: Penggagas Program Pediatri FK UNAIR, Intelektual Indonesia Pertama yang Menginjakkan Kaki di Harvard

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Courtesy from Harvard School of Public Health Annual Book, 1954.

UNAIR NEWS – Tepat 47 tahun yang lalu, Universitas Airlangga (UNAIR) sempat dipimpin oleh seorang cendekiawan hebat bernama Prof. R. Kwari Setjadibrata, dr. Sp.A. Ia adalah seorang dokter lulusan ARTS Universitas Indonesia (UI) tahun 1948.

Meski namanya terdengar asing, Rektor UNAIR kelima itu adalah salah satu putera bangsa yang membanggakan. Sembilan tahun setelah Indonesia merdeka, ketika kalangan terdidik masih didominasi oleh para ahli hukum, pengacara, dan insinyur. Sebut saja Mr. Soepomo, Mr. Moh Roem, dan Presiden Soekarno. Nama dr. Kwari Setjadibrata cukup tersohor sebagai kalangan dokter kala itu.

Setelah lulus sebagai sarjana kedokteran, laki-laki kelahiran Serang 21 Januari 1920 itu mengambil Spesialis Ilmu Penyakit Anak di UI. Tepatnya pada tahun 1954.

Pada tahun itu pula, Prof Kwari bertolak ke Amerika untuk melanjutkan studi di Harvard School of Public Health. Selama dua tahun di Harvard, ia mendapat dukungan dari Foreign Office Affairs dan Eisenhower Fellowship.

Ini tentu bukan pencapaian kecil pada masa itu. Terlebih lagi Prof Kwari adalah orang Indonesia pertama yang menapakkan kaki di Harvard.

Seperti yang lekat dalam ingatan Sidrotun Naim, peneliti di Harvard Medical School Microbiology & Immunobiology 2013 – 2015. “Beliau sempat bercerita kepada dr. Darti Satjadibrata, puteri beliau, mengenai bagaimana rekan-rekannya di Harvard sangat penasaran dengan Indonesia. Banyak sekali hal yang ditanyakan,” ujarnya selama pidato pembukaan Harvard Aspire #1 pada 17 Agustus 2020 lalu.

Sepulang dari Harvard, pada tahun 1956, Prof Kwari diangkat sebagai Asisten Ahli Golongan FII di Fakultas Kedokteran (FK) UI. Empat tahun setelahnya, ia naik jabatan sebagai Kepala Golongan FVI di FK UI. Hingga pada 1964, ia resmi dikukuhkan sebagai Guru Besar Fakultas Kedokteran (FK) UNAIR dan berpindah kerja dari UI ke UNAIR.

Di UNAIR, Prof Kwari mengemban jabatan baru sebagai Kepala Bagian Penyakit Anak di FK UNAIR. Dengan jabatan tersebut, ia ditugaskan untuk menginisiasi program pediatri (Spesialis anak, Red) di UNAIR.

Pada tahun 1969 hingga 1974, Prof Kwari diangkat sebagai Pembantu Rektor Khusus Bidang Pembangunan di UNAIR. Dia dikenal memiliki semangat yang tinggi menjadi pionir penggerak.

Kecintaan dan kegigihan Prof Kwari terhadap ilmu pengetahuan membawanya mencapai puncak karir sebagai Rektor UNAIR pada tahun 1974. “Kolega dan sahabat baik saya serta alumni dan dosen UNAIR mengatakan bahwa sebagai pimpinan universitas, peran Prof Kwari sangat besar,” ungkap Sidrotun Naim.

Namun sayang, masa pengabdian Prof Kwari kala itu sangat singkat. Pada tahun 1975, tepat satu tahun ia menjabat sebagai Rektor UNAIR, Prof Kwari tutup usia. Dia dinyatakan meninggal dunia karena gangguan kesehatan.

Saat itu kabar kepergiaannya cukup mengejutkan. Ia meninggalkan istri dan empat orang anak.

Hari ini, tanggal 21 Januari, adalah hari kelahiran Prof Kwari. Sekiranya masih hidup, ia kini genap berusia 101 tahun.

Semasa hidup, Prof Kwari mendedikasikan diri sepenuhnya pada ilmu pengetahuan. Jiwa kepeloporannya dalam mengembangkan ilmu pengetahuan akan selalu menjadi warisan yang sangat berharga. (*)

Penulis: Erika Eight Novanty

Editor: Binti Q. Masruroh

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).