Kisah Rizma Mahasiswa FKG UNAIR, Jadi Korban Gempa Sulawesi Barat

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

UNAIR NEWS – Tahun baru masih berjalan setengah bulan, namun telah banyak bencana alam bertebaran. Terakhir, gempa bumi melanda Provinsi Sulawesi Barat hingga menimbulkan 81 korban meninggal dunia (terhitung per tulisan ini dirilis).

Bencana alam gempa bumi yang menelan banyak korban jiwa dan kerusakan material tersebut turut membuat salah satu mahasiswi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga menjadi korban.

Gempa Mengguncang Saat UAS

Rizma Puspadini Naharuddin, merupakan mahasiswi FKG UNAIR angkatan 2018 yang turut menjadi korban pada gempa bumi Sulawesi Barat tersebut. Mahasiswi yang akrab disapa Rizma tersebut mengungkapkan bahwa gempa pertama yang terjadi di wilayah tempat tinggalnya yaitu pada Kamis (14/01/2021).

“Gempa pertama, hari Kamis jam 14.35 WITA. Saat itu saya sedang belajar buat UAS esok hari, tiba-tiba tanah bergetar,” ujar Rizma.

Berdasarkan kronologis peristiwa yang disampaikan oleh Rizma, saat sedang terjadi gempa bumi pertama itu, Rizma bersama keluarganya langsung panik dan berlari mengarah ke luar rumah. Awalnya Ia bersama keluarga sempat meninggalkan perumahan tempat tinggalnya untuk mengungsi, namun setelah mendengar info dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) yang menyatakan bahwa gempa tersebut tidak berpotensi tsunami, maka Ia memutuskan untuk kembali ke rumah.

Masih berdasarkan penjelasan dari Rizma, gempa kedua  yang terjadi di tempat tinggalnya, di Kabupaten Mamuju-Sulawesi Barat, berlangsung pada dini hari, tepatnya pukul 02.30 WITA.

“Saya baru saja tidur sekitar satu jam. Kemudian tiba-tiba saya reflek terbangun karena tanah berguncang hebat dan suara gemuruh keras, dan kondisi saat itu langsung gelap gulita, listrik padam” Tuturnya.

Seperti pada gempa pertama, Rizma bersama keluarga langsung berusaha keluar dari rumah.

“Saya berlari keluar kamar, saya lihat kakak dan adik saya sudah lebih duluan keluar dari kamar. Dalam keadaan gelap, kakak berusaha membuka kunci pintu rumah, akhirnya kami bertiga keluar dari rumah, namun ayah dan ibu saya belum juga kunjung keluar. Sesaat kemudian, saya mendengar teriakan ibu dari dalam rumah memanggil-manggil nama kami bertiga, dan saya pun juga berteriak memanggil ayah dan ibu saya dan berkata kalau kami bertiga sudah ada diluar rumah, sesaat kemudian ayah dan ibu saya pun keluar dari rumah,” jelas Rizma.

Ketika seluruh keluarga telah berada di luar rumah dan tanah belum juga berhenti berguncang, pada saat itu juga Rizma bisa mendengar suara reruntuhan dan benda pecah dari dalam rumah. Bahkan Ia juga sudah berpikir kalau rumahnya tersebut berpotensi roboh. Pasca gempa itu Rizma sekeluarga pergi ke tempat yang lebih aman dan kembali ketika matahari terbit.

“Setelah matahari terbit, kami kembali ke rumah. Alhamdulillah rumah kami tidak roboh, hanya saja lemari-lemari kaca berjatuhan, salah satu kamar plafon runtuh, dan retak-retak di dinding dan lantai rumah.” Kata Rizma.

Suasana rumah Risma pasca gempa Sulawesi Barat. (Foto: istimewa)

Pasca kedua gempa bumi yang melanda Rizma tersebut, Ia dan keluarga memilih untuk mengungsi ke rumah saudaranya di Makassar. Namun sebelumnya, Ia juga sempat mengungsi di area parkir Rumah Sakit Regional Provinsi Sulawesi Barat selama dua malam. Ditambah, pada saat itu Ia dan keluarga sedang menjalani isolasi mandiri, karena setelah tes rapid antigen, Ia dinyatakan reaktif.

“Selama di pengungsia itu kami sekeluarga hanya berdiam di dalam mobil dan tidak bergabung maupun bersosialisasi dengan korban bencana lainnya,” ungkapnya.

Dikarenakan momen bencana alam tersebut adalah hal pertama bagi Rizma, Ia mengaku dampak psikologis menghantui dirinya. Bersadarkan penjelasannya, Ia selalu merasa was-was setiap mendengar suara gemuruh yang keras. Sehingga selain dampak kerugian materil, dampak psikologis juga melanda Rizma dan keluarga.

Menanggapi hal tersebut, FKG UNAIR berinisiatif untuk membantu Rizma sekeluarga, mengingat Rizma adalah bagian dari Universitas Airlangga, sehingga sudah sewajibnya kita sebagai saudara untuk saling membantu.

“Untuk meringankan beban Rizma sekeluarga, kami mengajak segenap civitas untuk berdonasi. Berapapun rupiah yg kita donasikan, insyaAllah sangat bermanfaat untuk mereka. Donasi bisa disalurkan melalui rekening Mandiri: 141-000-982-0473 (a.n. Anis Irmawati). Semoga Allah senantiasa menganugerahkan kesehatan, rezeki yang luas dan barokah, serta memudahkan semua urusan kita sekeluarga. Aamiin,” ucap Dr. Anis Irmawati, drg., M.Kes.

Terakhir, Rizma berharap semoga korban-korban gempa Sulawesi Barat segera dapat dievakuasi. Bantuan logistik, air, dan listrik Ia harap bisa segera diperoleh masyarakat di pengungsian. Serta harapan terbesarnya, semoga tidak terjadi gempa susulan yang lebih besar dan berpotensi tsunami.

“Saya juga memohon doanya, semoga bencana ini segera berlalu dan kami dapat kembali beraktivitas di Mamuju dengan aman tanpa perasaan was-was,” pungkasnya. 

Penulis: Bastian Ragas

Sumber: http://fkg.unair.ac.id/en/2021/01/19/kisah-rizma-mahasiswa-fkg-unair-jadi-korban-gempa-sulawesi-barat/

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).