Apakah COVID-19 Berdampak pada Sistem Reproduksi Laki-laki dan Proses Bayi Tabung?

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi bayi tabung. (Sumber: liputan6.com)

Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2) merupakan virus yang menyebabkan wabah penyakit coronavirus 2019 (COVID-19) yang telah berdampak luas tidak hanya pada bidang kesehatan, namun juga berbagai aspek kehidupan manusia. Masuknya virus ini ke dalam sel membutuhkan reseptor sel inang angiotensin-converting enzyme 2 (ACE2) dan enzim transmembrane serine protease 2 (TMPRSS2). Reseptor ACE2 ditemukan dalam berbagai organ, termasuk buah zakar (testis) dan kantung air mani (vesikula seminalis). TMPRSS2 ditemukan dalam epididimis (saluran sperma yang menempel di permukaan testis), vesikula seminalis, dan prostat. Apakah organ reproduksi laki-laki rentan terhadap infeksi virus SARS-CoV-2? Apakah COVID-19 berdampak pada fungsi reproduksi laki-laki dan proses bayi tabung?

Kerentanan organ reproduksi laki-laki terhadap virus SARS-CoV-2

Virus SARS-CoV-2 dapat menginfeksi organ reproduksi jika sel-sel sistem reproduksi memiliki ACE2 dan TMPRSS2 secara bersamaan. Spermatogonia (sel benih laki-laki yang belum matang) adalah satu-satunya sel yang memiliki gen ACE2 dan TMPRSS2 secara bersamaan di testis, tetapi sel yang memiliki kedua gen ini secara bersamaan sangat jarang (0,05% sel). Berdasarkan temuan ini, testis memiliki kerentan yang rendah terhadap infeksi virus SARS-CoV-2.

Cedera testis akibat COVID-19

Walaupun testis kurang rentan terhadap infeksi virus SARS-CoV-2, nyeri testis telah dilaporkan sebagai gejala tidak khas COVID-19. Sebagian pasien melaporkan ketidaknyamanan di kantung buah zakar (skrotum) atau testis. Pemeriksaan testis dari 12 jenazah pasien COVID-19  menunjukkan bahwa testis mereka mengalami cedera. Namun, kehadiran virus SARS-CoV-2 di dalam testis hanya terkonfirmasi pada satu kasus. Hal ini menunjukkan bahwa COVID-19 dapat menyebabkan cedera pada testis baik secara langsung (infeksi sel testis yang kemungkinannya kecil) dan secara tidak langsung (melalui demam dan peningkatan kadar zat tertentu di dalam darah selama proses infeksi di organ lain).

Dampak COVID-19 terhadap fungsi testis

Penelitian di Hamburg melaporkan perubahan hormon yang mengindikasikan adanya kerusakan testis pada sebagian besar pasien COVID-19, namun data ini dibandingkan dengan nilai rujukan laboratorium dan bukan dengan data pasien saat masih sehat. Sementara data lain menunjukkan ketika pasien COVID-19 dibandingkan dengan kelompok non COVID-19, ditemukan bahwa rasio hormon testosteron (T) terhadap hormon luteinezing (LH) menurun pada kelompok COVID-19. Penurunan nilai rasio T:LH mencerminkan berkurangnya fungsi testis (hipogonadisme) yang masih dapat dikompensasi.

Data tentang kualitas air mani pasien yang sedang menderita atau pulih dari COVID-19 masih terbatas. Peneliti di Cina melaporkan tiga kasus hasil analisis air mani pasien yang sembuh dan dapat dibandingkan dengan hasil mereka sebelum terjadinya COVID-19. Tidak ada perubahan signifikan pada air mani pada semua kasus. Namun, Holtmann dan rekan menemukan bahwa laki-laki yang pulih dari infeksi derajat sedang memiliki penurunan kualitas sperma yang signifikan dibandingkan dengan yang sembuh dari infeksi ringan dan dari kelompok orang sehat. Keberadaan virus SARS-CoV-2 dalam air mani hanya dilaporkan oleh satu penelitian yang metode pengambilan sampel yang kurang jelas. Tidak ada upaya yang dilakukan untuk menghindari kontaminasi virus dari sumber lain selama pengambilan sampel. Laporan lain dengan metodologi yang lebih baik mengungkapkan tidak ada virus SARS-CoV-2 dalam air mani pasien yang pulih dari COVID-19.

Dampak COVID-19 terhadap proses bayi tabung

Hubungan antara SARS-CoV-2 dan hasil bayi tabung belum dapat dipastikan. Para ahli telah membuat beberapa rekomendasi untuk mengurangi risiko penularan virus ke pasien, staf, sel benih, dan embrio. Pasien COVID-19 harus menunda program bayi tabung. Meskipun virus SARS-CoV-2 tidak terdapat dalam air mani, siklus bayi tabung perlu ditunda apabila pasien mengalami infeksi virus SARS-CoV-2. Kehadiran pasien ini di rumah sakit dapat meningkatkan risiko penyebaran virus ke staf rumah sakit dan pengunjung lainnya.

Kesimpulan

COVID-19 mengganggu fungsi reproduksi laki-laki melalui cedera testis baik secara langsung maupun tidak langsung. Masih belum diketahui apakah kerusakan testis ini bersifat sementara atau permanen. Hipogonadisme terkompensasi telah didokumentasikan sementara dampak COVID-19 pada kualitas air mani tidak terlalu jelas. Meskipun dampak virus SARS-CoV-2 terhadap hasil bayi tabung belum jelas, proses bayi tabung tetap dapat dijalankan dengan syarat semua pihak yang terlibat dalam proses bayi tabung perlu mematuhi rekomendasi yang telah dibuat untuk mencegah penularan virus ini.

Penulis: Agustinus

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:

https://www.worldscientific.com/doi/abs/10.1142/S1363919617500323

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).