Membentuk Kinerja Kreatif dalam Era Disruptif: Perspektif Sumber Daya Manusia Strategis

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Sumber: https://blog.gamatechno.com/

Kreativitas yang diberikan individu kepada organisasi menjadi modal penting dalam meningkatkan kinerja organisasi (Simmons & Sower, 2012). Dalam dunia bisnis, karyawan perlu mengembangkan ide-ide dalam menemukan kebaruan untuk kelangsungan hidup perusahaan (Sharifirad, 2016; Song, Wu, & Gu, 2017). Pemikiran “out of the box” karyawan yang membantu perusahaan mendapatkan dukungan dan perubahan yang terjadi dalam dunia bisnis disebut kinerja kreatif (Darvishmotevali, Altinay, & De Vita, 2018; De Stobbeleir, Ashflord, & Buyens, 2011) .

Karena kreativitas dan pengetahuan karyawan akan menentukan kinerja perusahaan, maka perlu bagi karyawan untuk berbagi ilmu dengan rekan kerja untuk mengembangkan ilmunya, dan inilah yang disebut sebagai knowledge sharing (Sigala & Chalkiti, 2015).

Menurut beberapa penelitian yang telah dilakukan, sharing knowledge dengan rekan kerja (sharing knowledge) berhubungan positif dengan kinerja kreatif karyawan (Sharifirad, 2016; Khan & Khan, 2019; Hussain, Konar, & Ali, 2016). Namun, penelitian terbaru yang mengungkapkan berbagi pengetahuan ini tidak memiliki hubungan dengan kinerja kreatif (Kuo & Young, 2008; McAdam, O’Hare, & Moffett, 2008). Oleh karena itu, penelitian ini akan dikaji lebih lanjut untuk mengatasi kesenjangan penelitian melalui konsep sumber daya manusia strategis.

Kemampuan berbicara dan ilmu yang diperoleh seseorang disebut serapan (Cao & Ali, 2018). Kapasitas penyerapan dapat dikembangkan dengan menggunakan karyawan yang mencari pengetahuan yang ada di perusahaan atau pengetahuan baru dan menjadi ras dari luar perusahaan (Men, Fong, Luo, & Zhong, 2017). Dalam beberapa penelitian sebelumnya, daya serap mampu berubah menjadi kemampuan mediasi untuk kinerja kreatif (Cao & Ali, 2018; Men, Fong, Luo, & Zhong, 2017).

Selain itu, peran pemimpin sangat penting dalam upaya menciptakan kreativitas karyawan, karena pola kepemimpinan dapat mendorong karyawan untuk berpikir lebih kreatif (Shal-ley, Gilson, & Blum, 2009; Thundiyil, Chiaburu, Li, & Wagner, 2016). Salah satunya adalah pola kepemimpinan dua arah yang disebut leader-member exchange (LMX) yaitu kepemimpinan yang dilandasi rasa percaya dan saling menghormati antara pemimpin dan pengikut. Para ilmuwan mengamati bahwa LMX dapat menjadi variabel mediasi untuk kinerja kreatif (Liao & Chen, 2018; Audenaert, Decramer, & George, 2016).

Studi sebelumnya belum dilakukan untuk melihat bagaimana peran pertukaran pemimpin-anggota dan kapasitas penyerapan secara bersamaan digunakan untuk menengahi berbagi pengetahuan tentang kinerja kreatif. Oleh karena itu penelitian ini diharapkan dapat memberikan kebaruan bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Di dunia modern ini, masyarakat menuntut agar segala kebutuhannya terpenuhi dengan cepat dan praktis, bahkan untuk merencanakan acara-acara penting dalam hidup mereka seperti pernikahan, pesta ulang tahun, atau perayaan lainnya. Karena tuntutan ini, munculah industri yang disebut event organizer (EO). Penyelenggara acara adalah orang-orang yang bergerak dalam suatu organisasi yang menyelenggarakan acara mulai dari perencanaan hingga acara selesai (Keizer, 2011). Penyelenggara acara juga memiliki beberapa jenis, antara lain party dan MICE (meeting, incentive, convention, exhibition). EO telah menjadi salah satu penggerak perekonomian di Indonesia bahkan telah menjangkau 4.000 pebisnis dengan penyerapan tenaga kerja formal sekitar 40.000 orang. Pertumbuhan industri ini diperkirakan akan mencapai sekitar 15% hingga 20% di tahun-tahun mendatang (Richard, 2019).

Salah satu kunci keberhasilan sebuah event organizer dalam menjalankan tugasnya adalah ketika mencari referensi tentang event apa saja yang mengikuti keinginan konsumen, dan EO juga harus berpikir kreatif dalam menyelenggarakan event untuk mendukung hasil yang lebih baik (Stettler, 2011). Oleh karena itu, pekerja di EO membutuhkan pengetahuan dan bahkan kreativitas yang tinggi, sehingga EO cocok untuk dijadikan objek penelitian ini.

Berdasarkan penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan dan dianalisis bahwa creative performance dipengaruhi oleh knowledge sharing, leadermember exchange, atau knowledge sharing melalui leader-member exchange sebagai variabel mediasi. Sedangkan kinerja kreatif tidak dapat dipengaruhi oleh daya serap, atau kapasitas serap sebagai variabel mediasi antara berbagi pengetahuan dan kinerja kreatif. Terakhir, berbagi pengetahuan dapat memengaruhi pertukaran pemimpin-anggota, tetapi berbagi pengetahuan tidak dapat memengaruhi kapasitas penyerapan.

Karyawan dapat memahami pentingnya berbagi informasi yang dimiliki oleh rekan kerja karena dengan sering bertukar ilmu, maka akan memiliki banyak referensi dalam mempersiapkan tugas kedepannya. Walaupun hasil penelitian menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara daya serap dengan kinerja kreatif, namun tidak ada salahnya untuk meningkatkan kemampuan pengenalan pengetahuan karena pada bidang usaha lain mungkin diperlukan keahlian daya serap.

Selain itu, karyawan perlu memahami pentingnya membangun suasana kerja yang nyaman bagi pemimpin karena dengan menciptakan suasana yang menguntungkan bagi kedua belah pihak maka akan muncul hubungan dua arah antara pemimpin dan pengikut yang berguna untuk meningkatkan kesuksesan organisasi.

Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa kreativitas seseorang dapat tumbuh dengan berbagai cara, dan beberapa cara dalam penelitian ini adalah dengan berbagi informasi dan juga hubungan dua arah antara pemimpin dan pengikut.

Penulis : Anis Eliyana

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di :

http://www.sysrevpharm.org/index.php?fulltxt=138661&fulltxtj=196&fulltxtp=196-1601361343.pdf

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).